Khutbah Jum'at : Krisis moral indikasi krisis akidah

Muqaddimah khutbah silahkan dibuat sendiri................

Saudara-saudara kaum Muslimin rohimakumullah.

Marilah kita senantiasa berusaha meningkatkan kualitas iman dan taqwa kepada Allah Swt, karena sebaik-baik bekal ketika kita menghadap Allah nanti adalah taqwa.

Jika kita melihat kondisi ummat Islam saat ini khusunya di Indonesia, tergambar dengan jelas betapa merosotnya akhlak sebagian ummat Islam. Dekadensi moral terjadi terutama di kalangan remaja. Sementara usaha untuk membendungnya masih berlarut-larut dan dengan konsep yang tidak jelas.

Rusaknya moral ummat tidak terlepas dari upaya jahat dari pihak luar ummat Islam yang dengan sengaja menebarkan berbagai penyakit moral dan meracuni pola pikir agar ummat Islam menjadi lemah dan dan akhirnya akan hancur. Sehingga yang tadinya mayoritas menjadi minoritas dalam kualitas.

Padahal nilai suatu bangsa sangat tergantung dari kualitas akhlak-nya seperti dikemukakan penyair Mesir Syauki Bik “Suatu bangsa sangat ditentukan kualitas akhlak-nya, jika akhlak sudah rusak maka hancurlah bangsa tersebut.”

Hadirin yang berbahagia.

Hampir di semua sektor kehidupan ummat mengalami krisis akhlak. Para pemimpin sibuk dengan urusannya dan memperkaya diri sendiri. Para ulama’ nya mengalami kemerosotan akhlaq sehingga tidak lagi berjuang untuk kepentingan ummat tetapi hanya kepentingan pribadi atau golongan.

Para pengusaha dan orang-orang kaya lari dari tanggung jawab membayar zakat, infaq dan sodaqoh sehingga kedermawanan menjadi macet dan tidak jarang bercampur dengan sistem ribawi serta tidak memperdulikan lagi cara kerja yang haram ataupun halal.

Para siswa dan mahasiswa juga banyak terlibat kasus perk3lahian, mengkonsumsi n4rk0ba dan kenakalan remaja lainnya.

Kaum wanita muslimah juga terperosok kepada peradaban Barat dengan slogan kebebasan dan emansipasi wanita yang mengakibatkan rusaknya moral mereka, maka akhirnya mereka menjadi sasaran manusia berhidung belang dan tak jarang dijadikan sumber penghasilan murahan dan haram. Dan juga termasuk persoalan pakir miskin yang kurang sabar akan nasib sehingga menjadi objek garapan pihak lain termasuk seperti terjadinya pemurtadan (kristenisasi).

Hadirin yang berbahagia.

Memang perlu kita bedakan antara akhlak dan moral. Akhlak lebih didasari oleh faktor yang berhubungan dengan kehendak Allah, sedangkan moral penekanannya lebih kepada pada unsur kemanusiaan. Contohnya mengucapkan selamat natal kepada non muslim secara akhlak tidak dibenarkan tetapi secara moral itu boleh-boleh saja.

Akhlak secara teori memang indah dan mudah, namun secara praktek memerlukan kerja keras. Oleh sebab itu Allah SWT mengutus Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم untuk memberi contoh akhlak mulia kepada manusia. Pekerjaan itu dilakukan oleh Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم sebaik mungkin sehingga mendapat pujian dari Allah SWT “Sesungguhnya engkau berada pada akhlak yang agung“.

Bahkan Rasulullah صلى الله عليه وسلم sendiri bersabda “Aku diutus untuk menyempurnakan Akhlak“. Lebih dari itu, nabi menempatkan muslim yang paling tinggi derajatnya adalah yang paling baik akhlaknya. "Sesempurna-sempurna iman seseorang mukmin adalah mereka yang paling bagus akhlaknya"
Maka tak heran ketia Aisyah ditanya tentang akhlaq Rasulullah صلى الله عليه وسلم, ia menjawab ; "Akhlak Rasulullah صلى الله عليه وسلم adalah Al Qur`an".

Hadirin yang berbahagia.

Terjadinya kerusakan moral manusia dewasa ini memberikan gambaran bahwa ummat Islam sudah banyak yang menjauhi dan meninggalkan ajaran agamnya. Seseorang tidak akan melakukan terbuatan tercela selama iman masih terpatri dengan kuat di hatinya.

Harus kita akui bahwa saat ini memang ada sebagian atau sekelompok orang yang memiliki sikap benci kepada agama Islam yang dikenal dengan istilah islamophobia.

Sikap islamophobia ini bukan hanya bukan hanya berasal dari luar Islam saja, namun orang islam sendiri juga memiliki sikap ini, seperti ada kekhawatiran dengan penegakan syari'at Islam. Seperti ketika ada wacana untuk melarang p*rn*grafi melalui Undang-undang, lalu muncullah tuduhan sebagai Primordial dan Sektarian.

Bahkan lebih parah lagi, saat ini ada yang mengkaitkan antara syari’ah dan t3ror*sme.

Dan parahnya, banyak ummat Islam sendiri yang terpengaruh. Padahal orang Islam seharusnya meyakini bahwa ketika syari’ah itu diadopsi sebagai aturan, maka akan membawa pada kebaikan.

Adanya semua itu adalah karena kaum muslimin banyak yang menjauhi syari’at. Padahal Allah sudah berjanji dalam Surah al-A’raf: 96

وَلَوۡ أَنَّ أَهۡلَ ٱلۡقُرَىٰٓ ءَامَنُواْ وَٱتَّقَوۡاْ لَفَتَحۡنَا عَلَيۡهِم بَرَكَٰتٖ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلۡأَرۡضِ وَلَٰكِن كَذَّبُواْ فَأَخَذۡنَٰهُم بِمَا كَانُواْ يَكۡسِبُونَ

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.

Dan dalam Surah al-Isra’ ayat 16:

وَإِذَآ أَرَدۡنَآ أَن نُّهۡلِكَ قَرۡيَةً أَمَرۡنَا مُتۡرَفِيهَا فَفَسَقُواْ فِيهَا فَحَقَّ عَلَيۡهَا ٱلۡقَوۡلُ فَدَمَّرۡنَٰهَا تَدۡمِيرٗا

Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.

Hadirin yang berbahagia.

Oleh karena itu, yang perlu kita lakukan sekarang bukan malah menjauh dari ajaran agama, tetapi bagaimana melakukan penyelarasan antara pemikiran kebangsaan dan keagamaan. Adalah suatu hal yang sangat memprihatinkan ketika penduduk Indonesia yang mayoritas beragama Islam malah menjadi islamophobia.

Berdasarkan Ijtima' Ulama Majelis Ulama Indonesia ke II di Gontor, Ponorogo, tanggal 26 Mei 2006 dikeluarkan keputusan tentang pentingnya antara pola berfikir berkebangsaan dan keagamaan (Islam).

Agama seharusnya dijadikan sebagai sumber inspirasi dan kaidah penuntun di dalam kehidupan berbangsa dan benegara, bukan malah dijauhkan dari kehidupan berbangsa dan bernegara. Keputusan Ijtima Ulama Majelis Ulama Indonesia ke II ini dipertegas lagi dengan keputusan Ijtima Ulama Majelis Ulama Indonesia ke III di Padang Panjang, tanggal 26 Januari 2009 yang menyatakan bahwa Pancasila sebagai Dasar dan Falsafah Negara merupakan Ideologi terbuka.

Dalam rangka mewujudkan amanah dasar negara dan konstitusi, maka agama harus dijadikan sumber hukum, sumber inspirasi, dan kaidah penuntun dalam sistem kehidupan berbangsa dan bernegara, sehingga tidak terjadi benturan antara pola fikir keagamaan dan pola fikir kebangsaan.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ وَاسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الُمْسِلِمْينَ وَالمُسْلِمَاتِ وَالمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ انه هو الغفور الرحيم

Baca juga:
- Pedoman Khutbah Jum'at Bagi Pemula
- Khutbah Jum'at: Kemuliaan dan Memuliakan Rasulullah
- Khutbah Jum'at: Larangan Mengolok-olok Sunnah Nabi

Posting Komentar untuk "Khutbah Jum'at : Krisis moral indikasi krisis akidah"