Khutbah Jum'at : Keutamaan Infaq Di Jalan Allah
Muqaddimah silahkan ditambahkan sendiriBaca: Pedoman Khutbah bagi Pemula
Hadirin yang dimuliakan Allah.
Khutbah kita kali ini berlandaskan firman Allah Swt yakni dalam surah al-Baqarah ayat 245:
Hadirin yang berbahagia.
Ayat tadi merupakan janji Allah Swt kepada setiap orang yang beriman, yang mau infaq dan sedekah di jalan Allah maka Allah akan melipatgandakan harta yang diinfaqkan itu. Sejalan dengan ayat ini adalah surah Saba’: 39
Ibnu Asyur berkata : “Yang dimaksud dengan infaq di sini adalah infaq yang dianjurkan dalam agama. Seperti berinfaq kepada orang-orang fakir dan berinfaq di jalan Allah untuk menolong agama Allah”.
Tentunya kita sudah mengetahui apa makna infaq di jalan Allah itu, yakni segala hal yang berhubungan dengan kemanfaatan bagi agama Islam ini, maka itu dinamakan dengan jalan Allah.
Membantu lembaga pendidikan agama misalnya, membiayai pendidikan anak-anak yang sedang menuntut ilmu disuatu pesantren misalnya, membantu operasional suatu pengajian dengan lancarnya kegiatan pengajian tersebut, termasuk juga menyumbangkan harta yang kita miliki untuk pembangunan sebuah masjid.
Hadirin……….
Kita kembali ke ayat 245 surah al-Baqarah dan surah Saba’ ayat 39 tadi. Pada surah al-Baqarah : 245 tadi Allah Swt menjanjikan akan melipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak
Dan pada surah Saba’ : 39 Allah juga menjanjikan akan mengganti setiap harta yang kita infaqkan itu.
Ibnu Katsir berkata menafsirkan ayat 39 surah Saba’ itu : “Betapapun sedikit apa yang kamu infakkan dari apa yang diperintahkan Allah kepadamu dan apa yang diperbolehkanNya, niscaya Dia akan menggantinya untukmu di dunia, dan di akhirat engkau akan diberi pahala dan ganjaran”.
Kalimat “Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan maka Allah akan menggantinya” pada ayat 39 surah Saba’ itu juga diperjelas oleh hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
“Tidaklah para hamba berada di pagi hari, melainkan pada pagi itu terdapat dua malaikat yang turun. Salah satunya berdoa, "Ya Allah, berikanlah ganti kepada orang yang berinfak", sedang yang lain berkata, "Ya Allah, berikanlah kebinasaan (harta) kepada orang yang menahan (hartanya)….” (HR. Bukhori).
Hadirin yang dimuliakan Allah.
Dari dua ayat yang sudah saya bacakan tadi sebenarnya sudah cukup menjadi penyemangat dan merangsang kita untuk gemar berinfaq dan sedekah. Sebab Allah yang Maha Kaya telah berjanji pasti akan menggantikan apa saja yang kita infaqkan itu dan kita mengetahui bahwa Allah itu tidak akan pernah mengingkari janjinya.
Bahkan dalam surah Saba’ ayat 39 itu Allah menegaskan janji tersebut dengan kalimat bersyarat, dengan menjadikan jawaban dari kalimat bersyarat itu dalam bentuk jumlah ismiyah dan dengan mendahulukan musnad ilaih (sandaran) terhadap khabar fi’il nya (الْخبر الْفعلي ) yaitu dalam firmanNya (فَهُوَ يُخْلِفُهُ ).
Sehingga dari dalil-dalil al-Qur’an dan hadits Nabi tentang do’a dua malaikat tadi, banyak ulama yang mengatakan bahwa infaq dan sedekah itu merupakan kunci rezeki. Dan dipertegas lagi dengan hadits Nabi صل الله عليه وسلم sebagaimana terdapat dalam kitab Riyadush Sholihin
“Infaqkanlah hartamu. Janganlah engkau menghitung-hitungnya (menyimpan tanpa mau mensedekahkan). Jika tidak, maka Allah akan menghilangkan barokah rizki tersebut. Janganlah menghalangi anugerah Allah untukmu. Jika tidak, maka Allah akan menahan anugerah dan kemurahan untukmu.”
Hadirin………..
Lalu bagaimana dengan harta yang kita infaqkan untuk membangun masjid?
Mengenai hal ini, ada hadits Nabi صل الله عليه وسلم yang diriwayatkan Dari Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Imam Ibnu Hajar, yang diterangkan dalam hadits di atas adalah cuma bahasa hiperbolis/ kiasan. Karena tak mungkin tempat burung menaruh telur atau yang seukuran itu dijadikan tempat shalat.
Sebagian ulama lainnya menafsirkan hadits tersebut secara tekstual. Maksudnya, siapa membangun masjid dengan menambah bagian kecil saja yang dibutuhkan, tambahan tersebut seukuran tempat burung bertelur, atau bisa jadi caranya, para jama’ah bekerja sama untuk membangun masjid dan setiap orang punya bagian kecil seukuran tempat burung bertelur, ini semua masuk dalam istilah membangun masjid. Karena bentuk akhirnya adalah suatu masjid dalam benak kita, yaitu tempat untuk kita shalat.
Berarti penjelasan Ibnu Hajar di atas menunjukkan bahwa jika ada yang menyumbang satu sak semen saja atau bahkan menyumbang satu bata saja, atau bahkan menyumbangkan tenaga saja, maka sudah mendapatkan pahala untuk membangun masjid.
Namun hadirin sekalian, walau demikian hebatnya ganjaran pahala dari, jangan sampai niat kita berubah. Yakni beribadah bukan karena Allah semata. Seperti semangat sedekah supaya kaya, supaya dipuji dan lain sebagainya. Karena Allah sedah mengingatkan kita dalam al-Qur’an surah al-Baqarah: 264
Hadirin yang dimuliakan Allah.
Demikian khutbah kita kali ini, walaupun mungkin masih kurang begitu mendalam namun mudah-mudahan kita semua dapat memahami, menghayati, merenungkan dan kemudian mengamalkannya.
Sumber :
1. rumaysho.com
2. almanhaj.or.id
Baca Juga: Hikmah Idul Fitri; Sucikan Hati, Jalin Silaturrahim
Posting Komentar untuk "Khutbah Jum'at : Keutamaan Infaq Di Jalan Allah"
Saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan artikel di atas.