Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sejarah Masuknya Islam Ke Jambi

I. PENDAHULUAN

Jambi merupakan salah satu Provinsi yang terletak di tengah pulau Sumatera dan memiliki jalur pelayaran dengan Malaka serta China. Agama asli masyarakat Jambi ( Pra-Melayu kuno abad ke III ) adalah agama primitive yang memiliki pondasi animisme, dynamisme, bahkan pantheisme.

Pada abad ke IX sampai XII, Jambi dikuasai oleh kerajaan melayu yang beragama Hindu-Budha, hal ini ditandai dengan berdirinya candi di Muaro Jambi yang dikenal juga dengan nama candi Muara Takus.

Candi Muara Takus merupakan kawasan candi terluas di Asia Tenggara yaitu lebih kurang 250 Ha yang terdiri dari 60 bangunan candi, ini menggambarkan betapa besar pengaruh ajaran Budha dalam kehidupan masyarakat Jambi ketika itu. Bahkan dikatakan bahwa, Candi Muaro Jambi ini merupakan pusat belajar agama Budha terbesar di Asia Tenggara.

jambi

Sisa dari pengaruh ajaran Hindu-Budha yang masih berkembang dalam masyarakat saat ini adalah kepercayaan reinkarnasi dalam berbagai perkembangan penafsirannya, seperti keyakinan bahwa orang yang selama hidupnya suka melakukan kej*hatan, ketika mati akan menjadi hantu.

II. MASUKNYA ISLAM KE JAMBI DAN PERKEMBANGANNYA

Banyak versi yang dikemukakan tentang masuknya Islam ke Jambi , baik yang kita peroleh dari cerita tradisional maupun catatan resmi sejarah dan sumber lokal.

Dari sumber lokal kita ketahui bahwa orang yang pertama membawa Islam ke Jambi adalah seorang berkebangsaan Turki bernama Ahmad Salim, beliau adalah seorang saudagar yang diutus oleh ayah nya dari Turki untuk melakukan perdagangan ke Asia /Jambi.

Ahmad Salim kemudian menikah dengan salah seorang putri dari Raja Aditiawarman yang beragama Budha dan dikenal dengan gelar Putri Selaras Pinang Masak yang kemudian menganut agama Islam.

Setelah itu, Ahmad Salim mulai mengembangkan Agama Islam dan mengikis pengaruh agama Budha. Ahmad Salim diberi gelar Datuk Paduko Berhalo dan beliau dianggap sebagai orang pertama yang menyebarkan agama Islam di Jambi (abad ke XV).

Dalam versi lain diceritakan bahwa Ahmad Salim (Datuk Paduko Berhalo) mempunyai anak yang bernama Orang Kayo Hitam. Sebagai seorang raja, ia berhasil menyebarluaskan agama Islam di tanah melayu Jambi dengan mengembangkan semboyan adat “adat bersendi syara’, syara’ bersendi kitabullah, syara’ mengato adat memakai".

Kemudian Ahmad Salim mengislamkan saudara sepupunya dari Pagaruyung yang kemudian dinobatkan sebagai sunan pijoan serta sunan Kembangseri.

Setelah Orang Kayo Hitam wafat, ia di teruskan oleh putranya yang bernama pengeran Hilang di Aek yang bergelar Penembahan Rantau Kapas (1515-1560)*. Setelah beliau berhasil membangunan pondasi Islam, ahirnya pada abad ke XVII M berdirilah kesultanan pertama di Jambi yang berdasarkan Islam dengan raja pertamanya Sultan Abdul Kahar (1615-1643 M).

Di wilayah Jambi bagian barat, datang seorang ulama dari Aceh bernama Tengku Muhammad Ali yang mendirikan masjid Istiqomah di lubuk Sarolangun, di Kerinci Koto Tuo Pulau Tengah berdiri masjid bergaya masjid Demak yang diprakarsai oleh Syech yang belajar di Mataram dan mengembangkan mazhab syafi’i. Di Pondok Tinggi berdiri masjid Agung Pondok Tinggi, di Bungo Desa Amplu berdiri masjid Al-Falah.

Dalam penggalan sejarah versi lain nya, Islam masuk ke Kota Jambi dibawa oleh seorang Arab ‘Alawiyin bernama Habib Husein Al Baraqbah yang berasal dari kota Tariem, Hadramaut, Yaman.

Habib Husein Al Baraqbah dilahirkan pada tahun 1683 M , Habib Husein Al Baraqbah berangkat dari Yaman menuju India. Dari India ke Aceh kemudian ke Palembang.

Di Palembang, Habib Husein Al Baraqbah menetap serta menikah dengan anak pembesar kerajaan Palembang serta mendapat dua orang putra yaitu Habib Qosyim bin Husein Baraqbah dan Syaid Abdullah (1706 M).

Pada tahun 1716 M, beliau melanjutkan da’wahnya menuju Jambi dan menetap di Kampung Arab Melayu Kecamatan Pelayangan Kota Jambi. Di sana beliau mengajarkan ilmu pengetahuan Islam seperti Al Qur’an, Tafsir, Fiqih mazhab Syafi’i , Tauhid, serta Tasawuf.

Di antara murid Habib Husein Al Baraqbah adalah seorang keturunan china yang bernama Shin Thay ( Datuk Sintai ). Ia menikah dengan salah seorang putri sultan Jambi.

Kemudian Habib Husein Al-Baraqbah menikah dengan Nyai Resik ( Fatimah ) putri dari datuk Shin Thay. Habib Husein Al Baraqbah berada di kampung Arab Melayu sampai wafat pada tahun 1760. Setelah Habib Husein Al Baraqbah wafat, perjuangan beliau di lanjutkan oleh putranya Habib Qosyim al-Baragbah.

Baca : ⇛Kisah Perjuangan Sulthan Thaha Saifuddin, Pahlawan Jambi

III. PERKEMBANGAN PEMIKIRAN ISLAM DI JAMBI

Kemudian perjuangan untuk mengembangkan ajaran Islam di lanjutkan oleh putra Daerah bernama Syech Muhammad Yusuf bin H. Muhammad Khotib (berasal dari Kampung Tengah). Perjuangan da'wah Syech Muhammad Yusuf bin H. Muhammad Khotib ini di teruskan oleh putra kandungnya yang bernama H. Abdul Majid bin H. Muhammad Yusuf. Dari beliau ini lahirlah ulama-ulama besar di Tanah Jambi.

KH. Abdul Majid bin Muhammad Yusuf, Abdul Majid Jambi ) merupakan seorang tokoh ulama mazhab Syafi’iyah perintis pendidikan agama Islam serta pejuang yang gigih melawan penjajah belanda (lahir 1850 M). Beliau sangat 'arief di bidang fiqih Syafi’iyah dan Tasawuf.

Di antara murid-murid beliau adalah :

1. H. Abdullah Afandi (Afandi adalah nama pangkat dalam militer saat itu),
2. H. Burhanuddin (tuk Han)
3. H. Kemas Abdus Somad,
4. Sultan Thoha (raja sekaligus pahlawan nasional dari Jambi),
5. Ibrahim bin Abdul Majid.
6. Kemas Muhammad sholeh,
7. Abdus Somad Ibrahim Arief ( Kampung Jelmu yang di kenal dengan Hop Penghulu Tuo)
8. Ahmad Abdus Sakur, serta beberapa murid lain yang di kirim ke Mekah untuk memperdalam Ilmu agama nya.

Pada tahun 1912, Syech Abdul Majid bin Muhammad Yusuf bersama teman-temannya mendirikaan tiga lembaga pendidikan yang disebut Rumah Kutab yang terbuat dari bahan material bambu, kelak dikenal dengan sebutan madrasah buluh**, rumah kutab itu ialah:

1. Rumah Kutab Sa’adatuddaren (Tahtul Yaman) Syeh Ahmad Abdu Syukur
2. Rumah Kutab Al Jauharen (Sungai asam/Kampung Manggis) Guru Hop Tuo
3. Rumah Kutab Nurul Iman ( Ulu Gedong ) Syech Abdul Majid
4. Rumah Kutab Nurul Islam ( Tanjung Pasir ) H. M. Soleh Bin H. M. Yasin.

Pada tahun 1915-1917, keempat Rumah Kutab ini di pugar dan diganti dengan bahan kayu. Dari keempat rumah kutab/ madrasah inilah murid-muridnya tersebar sampai keseluruh Provinsi Jambi (kecuali Kabupaten Kerinci karena Kerinci pada saat itu masuk wilayah Sumatera Barat), termasuk dari Kepulauan Riau bahkan Malaysia.

Bersamaan dengan tahun itu, bulan Zulhijjah 1334 H/1915 M didirikan organiasi yang diberi nama Tsamaratul Insan dengan izin nomor : 1636 oleh Kanjeng  Sri Paduka Tuan besar Residen Negeri Jambi. Tsamaratul Insan bergerak di bidang Pendidikan agama Islam, persatuan kematian dan pendirian rumah sakit.

Murid-murid yang tamat dari keempat madrasah tersebut kemudian mendirikan beberapa madrasah sampai saat ini. Di antara murid-murid dari madrasah ini adalah Syech MO Bafadhol (mantan Rektor IAIN STS Jambi dan Ketua MUI Provinsi Jambi).

Syech MO. Bafadhol mendirikan madrasah Al-Khoiriyah di Kampung Manggis, KH. Abdul Qodir Ibrahim mendirikan Madrasah As’ad Olak Kemang.

Syech MO Bafadhol di Madrasah Al-Khoiriyah mendirikan fakultas swasta Syari’ah dan KH. Abdul Qadir Ibrahim di Madrasah As’Ad Mendirikan Fakultas swasta Usuluddin dan Tarbiyah, selanjutnya digabung menjadi cikal bakal IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi yang saat ini sudah menjadi UIN (Universitas Islam Negeri) Sulthan Thaha Saifuddin.

..............................
*) Rantau Kapas Merupakan nama salah satu Desa di Muara Tembesi
**) Buluh dalam bahasa Jambi adalam tanaman bambu
Datuk = Gelar kehormatan
Aek = Air
Mengato = Mengatakan/ Berkata (bisa juga bermakna menetapkan)
..............................................

Sumber bacaan :
- Makalah Drs. H. Abdul Kadir Husein, M.Pd.I (Mantan Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jambi)

6 komentar untuk "Sejarah Masuknya Islam Ke Jambi"

  1. bagus dan sangat bermanfaat

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih Sob sudah sudi mampir di blog sederhana ini

      Hapus
  2. alhamdulillah udah nambah ilmu pengetahuan sedikit, walaupun masih banyak yang kurang lengkap kisah nya,, tapi ane kasih jempolll dah... makasih kang udah kasih info nya,,, mantap.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama-sama mas Ambiar, terimakasih sudah sudi mampir di blog sederhana ini

      Hapus
  3. Izin copas ya...
    Terima kasih sebelumnya. .

    BalasHapus
    Balasan
    1. silahkan mba'.... semoga bermanfaat untuk semua

      Hapus

Saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan artikel di atas.