Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Khutbah Jum'at : Hikmah Isra' Mi'raj; Keutamaan Sholat

Hikmah Peristiwa Isra' Mi'raj dan Keutamaan Shalat

Muqaddimah silahkan ditambahkan sendiri
Hadirin …………

Hari ini kita sudah berada pada bulan Sya’ban 1439 H, berarti kita telah melalui bulan rajab. Sebagian besar kaum muslimin khususnya di negeri ini meyakini bahwa pada bulan rajab terjadi peristiwa isra’ mi’raj Nabi Muhammad صلى الله عليه و سلم tepatnya pada tanggal 27. Walaupun bulan pasti dari peristiwa isra’ mi’raj itu masih terjadi khilaf di kalangan ulama’.

Sofiyurrahman Al-Mubarakfuri dalam ar-Rakhiqul Makhtum, ada enam macam pendapat yang menjelaskan waktu terjadinya Isra dan Miraj. Tetapi tidak ada satupun yang pasti. Dan Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-’Asqalani menyatakan ada lebih dari sepuluh pendapat yang berbeda dalam menentukan kapan waktu terjadinya Isra’ dan Mi’raj.

Namun yang jelas, bahwa isra’ mi’raj Nabi Muhammad صلى الله عليه و سلم merupakan suatu peristiwa yang luar biasa dan bahkan peristiwa tersebut menjadi ujian keimanan bagi orang-orang yang hidup pada masa itu bahkan masa sekarang.

Peristiwa ini dikatakan sebagai peristiwa luar biasa karena :

1. Perjalanan Rasulullah صلى الله عليه و سلم yang diperjalankan oleh Allah dari kota Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha kemudian ke sidratul muntaha, merupakan kejadian yang sangat sulit diterima oleh akal manusia, apalagi dengan kondisi masyarakat pada waktu itu.

2. Dalam peristiwa isra’ mi’raj itulah Allah mulai mewajibkan sholat kepada Ummat nabi Muhammad صلى الله عليه و سلم yakni 50 waktu sehari semalam yang akhirnya dikurangi menjadi lima waktu.

Hadirin yang berbahagia…

Pada kesempatan khutbah kali ini, saya tidak akan mengulang kisah isra’ dan mi’raj Nabi Muhammad صلى الله عليه و سلم, melainkan kita akan membicarakan mengenai sholat yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari peristiwa isra’ mi’raj ini.

Hadirin ……………

Kita semua mengetahui bahwa sholat adalah salah satu rukun Islam dan merupakan tiang agama, namun kenyataan yang terjadi sekarang adalah banyak diantara ummat islam yang menganggap remeh kewajiban sholat ini, dengan entengnya mereka meninggalkan sholat.

Mengenai ini, Allah Ta’ala berfirman dalam QS. Maryam: 58-60:

اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ اَنْعَمَ اللّٰهُ عَلَيْهِمْ مِّنَ النَّبِيّٖنَ مِنْ ذُرِّيَّةِ اٰدَمَ وَمِمَّنْ حَمَلْنَا مَعَ نُوْحٍۖ وَّمِنْ ذُرِّيَّةِ اِبْرٰهِيْمَ وَاِسْرَاۤءِيْلَ ۖوَمِمَّنْ هَدَيْنَا وَاجْتَبَيْنَاۗ اِذَا تُتْلٰى عَلَيْهِمْ اٰيٰتُ الرَّحْمٰنِ خَرُّوْا سُجَّدًا وَّبُكِيًّا ۩ ۞ فَخَلَفَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ اَضَاعُوا الصَّلٰوةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوٰتِ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا ۙ اِلَّا مَنْ تَابَ وَاٰمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا فَاُولٰۤىِٕكَ يَدْخُلُوْنَ الْجَنَّةَ وَلَا يُظْلَمُوْنَ شَيْـًٔا ۙ
(58). Mereka itulah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yakni para nabi keturunan Adam, orang yang Kami bawa (dalam kapal) bersama Nuh, keturunan Ibrahim dan Israil (Ya‘qub), serta orang yang telah Kami beri petunjuk dan Kami pilih. Apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Allah Yang Maha Pengasih, mereka tunduk, sujud, dan menangis. (59). Kemudian, datanglah setelah mereka (generasi) pengganti yang mengabaikan salat dan mengikuti hawa nafsu. Mereka kelak akan tersesat. (60). Kecuali orang yang bertobat, beriman, dan beramal saleh, mereka akan masuk surga dan tidak dizalimi sedikit pun.

Imam Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya menjelaskan, bahwa generasi yang اضاعوا الصنوة (menyia-nyiakan sholat) itu, kalau mereka sudah menyia-nyiakan sholat, maka pasti mereka akan lebih menyia-nyiakan kewajiban-kewajiban lainnya. Karena shalat itu adalah tiang agama, dan merupakan sebaik-baik perbuatan hamba.

Dan akan bertambah lagi (keburukan mereka) dengan mengikuti syahwat dunia dan kelezatannya,, senang dengan kehidupan dan kenikmatan dunia. Maka mereka itu akan menemui kesesatan, artinya kerugian di hari qiyamat.

Adapun maksud lafazh اضاعواالصنوة ini, menurut Ibnu Katsir, ada beberapa pendapat. Ada orang-orang yang berpendapat bahwa اَضَاعُوا الصَّلٰوةَ itu meninggalkan sholat secara keseluruhan (tarkuhaa bilkulliyyah). Itu adalah pendapat yang dikatakan oleh Muhammad bin Ka’ab Al-Quradhi, Ibnu Zaid bin Aslam, As-Suddi, dan pendapat itulah yang dipilih oleh Ibnu Jarir.

Pendapat inilah yang menjadi pendapat sebagian salaf dan para imam seperti yang masyhur dari Imam Ahmad, dan satu pendapat dari Imam As-Syafi’i sampai ke pengkafiran orang yang meninggalkan shalat (tarkus sholah) setelah ditegakkan iqamatul hujjah (penjelasan dalil), berdasarkan Hadits Rasulullah صلى الله عليه و سلم :

بَيْنَ الْعَبْدِ وَبَيْنَ الشِّرْكِ تَرْكُ الصَّلاَةِ (رواه مسلم).
“(Perbedaan) antara hamba dan kemusyrikan itu adalah meninggalkan sholat.” (HR Muslim).

Dan Hadits lainnya:

الْعَهْدُ الَّذِيْ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ الصَّلاَةُ، فَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ كَفَرَ. (رواه الترمذي).
“Batas yang ada di antara kami dan mereka adalah sholat, maka barangsiapa meninggalkannya, sungguh-sungguh ia telah kafir.” (Hadits Riwayat At-Tirmidzi).

Hadirin…………

Surah Maryam ayat 58-60 tadi diawali dengan membicarakan Para Nabi, orang-orang shaleh, orang-orang terpilih, yang memiliki sikap patuh yang amat tinggi. Mereka bersujud dan menangis ketika dibacakan ayat-ayat Allah.

Namun selanjutnya, disambung dengan ayat yang memberitakan sifat-sifat generasi pengganti yang jauh berbeda, yang bertolak belakang dengan generasi pendahulu mereka yang sangat patuh kepada Allah, yakni sikap generasi penerus yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan syahwat.

Begitulah gaya bahasa al-Qur’an ketika menggambarkan sesuatu. Diawali dengan menuturkan keadaan "orang-orang pilihan" yang kemudian datang setelah mereka generasi manusia bobrok yang sangat merosot moralnya, yakni menyia-nyiakan shalat dan mengikuti syahwat. Bobroknya akhlaq manusia dari keturunan orang yang disebut manusia pilihan, berarti merupakan suatu perbuatan yang keterlaluan.

Hadirin…………

Lewat mimbar yang mulia ini, saya mengajak kita semua untuk memberikan hak shalat. Untuk itu, kita harus mengkaji diri kita lagi. Sudahkah peringatan dari Allah itu kita sadari dan kita laksanakan? Sudahkah kita mengajari anak-anak kita sholat? Sudahkah kita memerintahkan anak-anak kita untuk melaksanakan sholat? Setelah semua itu kita laksanakan, maka kita juga harus berusaha untuk mempertahankannya.

Tanpa upaya mempertahankannya, kemungkinan akan lebih banyak tantangan dan dorongan yang mengarah pada اضاعوا الصنوة (menyia-nyiakan atau meninggalkan shalat) واتبعوا الشهوات(dan mengikuti syahwat hawa nafsu).

Hadirin………

Perlu kita ketahui bahwa Shalat merupakan tali Islam yang terakhir. Peringatan yang ada pada ayat yang kita bacakan tadi masih ditambah dengan adanya penegasan dari Rasulullah صلى الله عليه و سلم :

لَيَنْقُضَنَّ عُرَا اْلإِسْلاَمِ عُرْوَةً عُرْوَةً فَكُلَّمَا انْتَقَضَتْ عُرْوَةٌ تَشَبَّثَ النَّاسُ بِالَّتِيْ تَلِيْهَا وَأَوَّلُهُنَّ نَقْضًا الْحُكْمُ وَآخِرُهُنَّ الصَّلاَةُ. (رواه أحمد).
“Tali-tali Islam pasti akan putus satu-persatu. Maka setiap kali putus satu tali (lalu) manusia (dengan sendirinya) bergantung dengan tali yang berikutnya. Dan tali Islam yang pertama kali putus adalah hukumnya, sedang yang terakhir (putus) adalah shalat. (HR. Ahmad).

Hadits Rasulullah itu lebih gamblang lagi, bahwa putusnya tali Islam yang terakhir adalah shalat. Berarti, selagi shalat itu masih ditegakkan oleh umat Islam, berarti masih ada tali dalam Islam itu. Sebaliknya kalau shalat sudah tidak ditegakkan, maka putuslah Islam keseluruhannya.

Maka tak mengherankan jika Allah menyebut tingkah  اَضَاعُوا الصَّلٰوةَ   (menyia-nyiakan/ meninggalkan shalat) dalam ayat tersebut diucapkan pada urutan lebih dulu dibanding  واتبعوا الشهوات  (menuruti syahwat), sekalipun tingkah menuruti syahwat itu sudah merupakan puncak kebejatan moral manusia.

Dengan demikian, bisa kita fahami, betapa memuncaknya nilai jelek orang-orang yang meninggalkan shalat, karena puncak kebejatan moral berupa menuruti syahwat pun masih pada urutan belakang dibanding tingkah meninggalkan shalat.

Tiada perkataan yang lebih benar daripada perkataan Allah dan Rasul-Nya. Dalam hal ini Allah dan Rasul-Nya sangat mengecam orang yang meninggalkan shalat dan menuruti syahwat.

Maka marilah kita jaga diri kita dan generasi keturunan kita dari kebinasaan yang jelas-jelas telah diperingatkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Mudah-mudahan kita tidak termasuk mereka yang telah dan akan binasa akibat melakukan pelanggaran amat besar, yaitu meninggalkan shalat dan menuruti syahwat. Amien.

بار ك الله ......

Posting Komentar untuk "Khutbah Jum'at : Hikmah Isra' Mi'raj; Keutamaan Sholat"