Khutbah Jum'at : Tafsir Surah al-Fatihah

Mukaddimah khutbah silahkan ditambahkan sendiri
Jama'ah Jum'ah yang berbahagia ...Marilah kita senantiasa berusaha meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah baik kuantitas maupun kualitasnya. Kerjakan segala perintah Allah dan tinggalkan segala larangan-Nya.

Salah satu bacaan penting dalam shalat adalah surat Al-Fatihah. Sekurang-kurangnya 17 kali ummat Islam membacanya setiap hari. Di antara kalimat penting dalam Al-Fatihah adalah: اياك نعبد واياك نستعين
Hanya kepadaMu kami menyembah dan hanya kepadaMu kami meminta pertolongan.

Baca Teks Khutbah dengan judul Sembahlah Allah

Lagi-lagi kita ikrar kepada Allah untuk beribadah hanya kepadaNya, kita tidak bergeser sedikitpun dari kondisi ini. Seluruh hidup, kita baktikan kepada Allah semata. Janji kita ini senada dengan tujuan penciptaan manusia. Allah berfirman:

وَمَا خَلَقۡتُ ٱلۡجِنَّ وَٱلۡإِنسَ إِلَّا لِيَعۡبُدُونِ
Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia, kecuali untuk mengabdi kepadaKu. (QS. Adz Dzariyat 56)

Hadirin yang mulia ...

Yang paling penting dari itu semua adalah, bagaimana membuktikan janji-janji yang selalu kita ucapkan dan kita ulang-ulang setiap hari itu?

Kita khawatir jika nanti apa yang kita ucapkan, dengan kenyataannya jauh berbeda, bila demikian apa bedanya dengan orang-orang munafiq?

Berdasarkan hadits Rasulullah صلى الله عليه وسلم, bahwa tanda-tanda orang munafiq itu ada tiga, jika bicara bohong, jika bersumpah khianat, jika janji mengingkari.

Begitulah rambu-rambu yang disampaikan Rasulullah صلى الله عليه وسلم. Karenanya kita harus benar-benar mengabdikan seluruh hidup kita untuk Islam, hidup dalam Islam dan untuk Islam, yang pertama-tama harus kita lakukan adalah memahami tujuan hidup itu sendiri.

Kita harus tahu dan yakin bahwa hidup ini memang untuk beribadah, bukan untuk main-main. Allah menciptakan dunia seisinya ini punya tujuan. Tidak ada yang sia-sia dan tidak ada yang tidak berguna.

Firman Allah SWT:

أَفَحَسِبۡتُمۡ أَنَّمَا خَلَقۡنَٰكُمۡ عَبَثٗا وَأَنَّكُمۡ إِلَيۡنَا لَا تُرۡجَعُونَ فَتَعَٰلَى ٱللَّهُ ٱلۡمَلِكُ ٱلۡحَقُّۖ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ رَبُّ ٱلۡعَرۡشِ ٱلۡكَرِيمِ
Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? Maka Maha Tinggi Allah, Raja Yang Sebenarnya; tidak ada Tuhan selain Dia, Tuhan (Yang mempunyai) 'Arsy yang mulia. (QS. Al-Mukminun 115-116)

Jamaah yang berbahagia ...

Karena Allah Subhannahu wa Ta'ala menciptakan kita tidak main-main, maka kita juga harus serius dalam hidup ini. Pengabdian dan ketaatan kita kepada Allah SWT; tidak boleh asal-asalan. Beribadah kepada Allah harus dijadikan prioritas. Jangan sampai ibadah hanya dijadikan kegiatan sampingan.

Manfaat dari ibadah ini bukan untuk Allah, tetapi semata-mata untuk kita sendiri. Allah tidak butuh apa-apa dari kita. Jika seluruh jin dan manusia sejak diciptakan hingga sekarang patuh dan tunduk kepada Allah, tidak sedikitpun menambah kekuasaanNya, begitu pula sebaliknya, jika semua makhluk ingkar kepada Allah, tidak sedikit pun mengurangi kebesaran Allah Subhannahu wa Ta'ala.

Jamaah Jum’at yang berbahagia

Setelah memahami bahwa hidup ini sepenuhnya untuk ibadah, maka kita harus mengerti pula arti kedudukan dunia, dimana kita hidup di dalamnya. Allah menjelaskan dalam firman-Nya:

وَمَا ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَآ إِلَّا لَعِبٞ وَلَهۡوٞۖ وَلَلدَّارُ ٱلۡأٓخِرَةُ خَيۡرٞ لِّلَّذِينَ يَتَّقُونَۚ أَفَلَا تَعۡقِلُونَ
Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya? (QS. Al-An’am 32).

Ayat ini menginformasikan kepada kita bahwa ada kehidupan yang lebih serius dari pada kehidupan dunia, kehidupan itu lebih panjang dan lebih baik. Itulah kehidupan akhirat. Di sanalah hakekat kehidupan yang sebenarnya. Karenanya kita harus menyikapi kehidupan dunia ini sebagai tempat investasi atau menabung.

Di dunia ini kita menanam, sedang buahnya nanti kita nikmati di akhirat, Jika dunia ini sudah dapat dinikmati, ketahuilah bahwasanya itu hanyalah percikan saja. Karena dunia ini tempat bertanam maka kita harus kerja keras semasa masih diberi kehidupan, jika kita menanam jagung, jangan harap memetik padi, jika kita menanam kebaikan sudah barang tentu kita akan menuai kebaikan yang berlipat ganda . Begitu juga sebaliknya.

Adapun mereka yang tidak memahami hidup atau arti hidup di dunia ini, akan memanfaatkan kesempatan yang ada hanya sekedar untuk makan dan bersenang-senang saja. Mereka mengira bahwa dunia ini satu-satunya kehidupan.

وَقَالُوٓاْ إِنۡ هِيَ إِلَّا حَيَاتُنَا ٱلدُّنۡيَا وَمَا نَحۡنُ بِمَبۡعُوثِينَ
Dan tentu mereka akan mengatakan (pula): "Hidup hanyalah kehidupan kita di dunia ini saja, dan kita sekali-sekali tidak akan dibangkitkan". (QS. Al-An’am: 29).

Hadirin yang mulia ...

Mereka tidak mempunyai harapan kecuali balasan di dunia ini. Jika mereka berbuat baik, mereka mengharapkan imbalan di dunia saja. Itulah sebabnya kematian bagi mereka adalah akhir segala-galanya.

وَقَالُواْ مَا هِيَ إِلَّا حَيَاتُنَا ٱلدُّنۡيَا نَمُوتُ وَنَحۡيَا وَمَا يُهۡلِكُنَآ إِلَّا ٱلدَّهۡرُۚ وَمَا لَهُم بِذَٰلِكَ مِنۡ عِلۡمٍۖ إِنۡ هُمۡ إِلَّا يَظُنُّونَ
Dan mereka berkata: "Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang akan membinasakan kita selain masa", dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja. (QS. Al-Jatsiyah 24).

Hadirin yang mulia ...

Karena pandangan mereka tentang kehidupan dunia seperti itu maka semasa hidupnya hanya dipakai untuk mengejar kesenangan hidup saja. Kesenangan menjadi tujuan hidupnya. Hedonisme atau hura-hura menjadi ideologinya. Allah menggambarkan kehidupan mereka dalam firman-Nya:

إِنَّ ٱللَّهَ يُدۡخِلُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ جَنَّٰتٖ تَجۡرِي مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُۖ وَٱلَّذِينَ كَفَرُواْ يَتَمَتَّعُونَ وَيَأۡكُلُونَ كَمَا تَأۡكُلُ ٱلۡأَنۡعَٰمُ وَٱلنَّارُ مَثۡوٗى لَّهُمۡ
Sesungguhnya Allah memasukkan orang-orang mukmin dan beramal saleh ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Dan orang-orang kafir bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan seperti makannya binatang. Dan jahannam adalah tempat tinggal mereka. (Surah Muhammad: 12)

Sebagian di antara manusia ada yang senang kepada perhiasan hingga menjadi hamba perhiasan. Ada yang cinta kepada harta, sehingga ia menjadi budak harta. Hamba perut karena tidak pernah puas, dan Rosulullah صلى الله عليه وسلم telah bersabda: “seandainya bani Adam sudah mempunyai dua gunung emas, maka dia tidak akan pernah puas dan masih ingin mencari gunung yang ketiga sampai tanah dimasukkan kedalam mulutnya (mati)". dan Kepada mereka Rasulullah صلى الله عليه وسلم memberi ancaman:

Binasalah hamba dinar, binasalah budak dirham, binasalah hamba-hamba sutera atau perhiasan. (HR. Al-Bukhari)

Hadirin yang mulia

Perbedaan orang kafir dengan orang beriman dalam memandang kehidupan dunia itu amat jauh, orang kafir memandangnya sebagai satu-satunya kehidupan. Sedangkan orang mukmin memandangnya sebagai jembatan menuju kehidupan yang hakiki.

Orang kafir memandang dunia ini sebagai tempat untuk bersenang-senang dan melampiaskan segala keinginan, sementara orang mukmin memandang dunia ini tempat menanam. Buah tanaman itu tidak harus dinikmati sekarang, tetapi ditunggu pada kehidupan akhirat nanti.

Hadirin yang berbahagia

Perbedaan cara pandang ini tentu saja menimbulkan cara bersikap dan berperilaku. Orang beriman tidak mungkin berbuat culas, malas dan maksiat. Sebab mereka tahu dan betul-betul yakin, bahwa setiap amalnya dilihat dan dihitung oleh Allah, sedikit atau banyak pasti ada balasannya.

Barangsiapa melakukan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya ia akan melihat (balasannya). Dan barangsiapa mengerjakan kejah*tan seberat dzarrahpun, niscaya ia akan melihat (balasan) nya. (Al-Zalzalah 7-8)

Karenanya seorang muslim tidak mungkin mau menjual agamanya untuk dunianya. Tak hendak menukar akhiratnya demi kenikmatan dunia yang sifatnya sesaat. Mereka lebih mengorban-kan kenikmatan dunia dari pada kehilangan akhirat?

َأَرَضِيتُم بِٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا مِنَ ٱلۡأٓخِرَةِۚ فَمَا مَتَٰعُ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا فِي ٱلۡأٓخِرَةِ إِلَّا قَلِيلٌ
Apakah kamu puas dengan kehidupan dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan) dengan kehidupan akhirat hanyalah sedikit (tidak sebanding). (QS. At-Taubah 38).

Akan tetapi semua perjuangan kita itu bukan semata-mata untuk kehidupan di dunia, bahkan itu semua kita peruntukkan bagi bekal kehidupan di akhirat.

Jama'ah Jum’ah yang mulia ...

Jika kita sudah tahu tujuan hidup, memahami arti dan posisi kehidupan dunia ini, tahu dan meyakini pula kepastian akan adanya kehidupan di alam akhirat, maka tiada jalan lain kecuali pasrah diri kepada Allah.

Kita siap diatur dan mentaati seluruh peraturan Islam tanpa pernah protes atau mengeluh. Yang dalam istilah al-Qur’an disebutkan sami’na wa atho’na.

Untuk itu kita perlu mempelajari dan mengerti syari’at Islam. Kita harus tahu seluk beluk ajarannya, agar tidak meraba-raba lagi. Kita berjalan di atas sebuah kepastian, yaitu jalan keselamatan.

Jika sudah kita temukan jalan ini, tak perlu lagi tengok kanan, tengok kiri. Lurus saja berjalan mengikuti rel ini.

oleh karenanya, janganlah sampai kita menyia-nyiakan waktu dengan hal-hal yang tidak bermanfaat. Dalam hal ini Rosulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:

"Sebagian tanda dari baiknya keislaman seseorang ialah ia meninggalkan sesuatu yang tidak berguna baginya.” (Hadits hasan, diriwayatkan Tirmidzi dan lainnya)

Hadirin ...

Meskipun tekad kita sudah bulat, bukan berarti tantangan sudah selesai. Justru di sini tantangan dan cobaan akan datang silih berganti. Syaitan tidak pernah rela jika kita berada dalam bimbingan iman.

Syaitan adalah musuh bebuyutan manusia, yang tidak senang masuk Neraka sendirian. Mereka akan menggalang kekuatan untuk mempengaruhi manusia dengan segala cara dan dari berbagai jalan agar ummat Muhammad ini hancur binasa.

untuk itu, mari senantiasa kita memohon perlindungan kepada Allah SWT dari tipu daya iblis dan bala tentaranya, serta memantapkan hati kita dalam iman dan islam.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَلَّ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْم

Posting Komentar untuk "Khutbah Jum'at : Tafsir Surah al-Fatihah"