Tahun Baru Hijriyah dan hikmah yang terkandung di dalamnya

Hari ini, sabtu, kita telah memasuki Tahun Baru Hijriyah 1436. Apa hikmah yang dapat kita petik dari tahun baru hijriyah....?

Setelah terbenamnya matahari pada hari jum'at tanggal 29 Dzulhijjah 1435 H, maka penanggalan Islam beranjak menuju tahun baru yaitu 1436 H. Peristiwa Hijrahnya Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم dari kota Mekah (Bakkah) menuju kota Madinah (dahulu dinamakan Yatsrib) dipilih oleh Khalifah Ummar bin Khattab. ra sebagai awal penanggalan hijriyah. Inilah yang menarik dan sangat sayang untuk dilewatkan tanpa kita petik hikmahnya.

gua
Penanggalan masehi dimulai katanya dari kelahiran Nabi Isa, walaupun ini sangat rancu menurut saya sebab perayaan natal adalah pada tanggal 25 Desember bukan 1 Januari, tapi bukan ini yang akan kita bahas.

Bahwa kita bisa merenung, mengapa khalifah Umar ketika itu tidak menjadikan bulan Rabiul Awal yang merupakan bulan kelahiran Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم atau bulan Rajab yang merupakan bulan dimana peristiwa Isra' Mi'raj terjadi di dalamnya (terlepas dari semua perbedaan pendapat para ulama') dan khalifah Umar malah memilih bulan muharram dimana terjadi peristiwa hijrahnya Rasulullah صلى الله عليه وسلم.

Ini memberikan pelajaran kepada kita bahwa, dalam menjalani kahidupan ini, kita dituntut untuk terus berusaha berpindah dari keadaan yang tidak baik menjadi lebih baik, dari suatu tempat yang tidak benar menuju tempat yang lebih kondusif.

Hal ini tergambarkan dari peristiwa hijrah tersebut, dimana Kota Mekah pada waktu itu sangat tidak kondusif bagi perkembangan dakwah Islam. Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم selalu ditentang oleh kaumnya sendiri, yaitu kaum Quraisy, bahkan oleh kerabat dan pamannya sendiri.

Penentangan dari orang dekat kita memang terasa sangat berat bagi kita. Oleh sebab itu, Allah menurunkan perintah agar berhijrah, dan dari kota Madinah inilah dakwah Islam berkembang dan menyebar ke seluruh pelosok dunia, tidak terkecuali Indonesia yang kita cintai ini.

Hijrahnya diri kita dari keadaan yang kurang baik menuju keadaan yang lebih baik hanya dapat kita wujudkan setelah melalui perenungan yang mendalam tentang apa yang sudah kita lakukan di hari-hari yang telah lalu. Sudah berapa banyak amal kebajikan yang kita kerjakan dan sudah berapa banyak larangan Allah yang kita langgar.

Perenungan semacam itu akan kelahirkan tekad yang kuat untuk melakukan perubahan dengan berpegang kepada prinsip " Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari esok harus lebih baik daripada hari ini".

Berpindahnya kita (baca hijrah)juga diharapkan akan membawa dampak yang positif bagi masyarakat sekitar, dan dalam lingkup yang lebih luas ialah bangsa dan negara ini. Kita baru saja menyaksikan pelantikan presiden RI yang ke tujuh, semoga semua itu akan membawa perubahan baik bagi rayat Indonesia.

Dan perubahan yang baik itu hanya akan terjadi jika mental seluruh pemimpin negara ini juga sudah hijrah dari penyakit rohani nya, sebab jika tidak, siapapun pemimpinnya tidak akan mampu membawa kebaikan bagi rakyatnya. Perlu adanya keseragaman visi dan misi dari seluruh pemimpin negeri ini untuk membawa kemakmuran bagi rakyatnya, bukan kemakmuran bagi diri sendiri dan keluarganya.

Berhijrah dari pola fikir koruptor kepada pola fikir menjalankan amanah dengan baik merupakan salah satu hikmah dari perayaan tahun baru Islam I Muharram 1436 Hijriyah.

Semoga tulisan singkat yang lebih merupakan curahan hati dan harapan dari seorang rakyat Indonesia ini dapat membawa manfaat.

Baca juga artikel mengenai hijrah Rasulullah صلى الله عليه وسلم dengan judul : "Merenungi Peristiwa Hijrah Rasululah صلى الله عليه وسلم"

Posting Komentar untuk "Tahun Baru Hijriyah dan hikmah yang terkandung di dalamnya"