Proses terjadinya hujan dalam isyarat hadits Nabi Muhammad Saw

Alhamdulillah kabut asap yang menyelimuti kota-kota di pulau Sumatera sudah hilang, kabut asap terasa sangat menyiksa dan sangat tidak baik untuk kesehatan. Hilangnya kabut asap ini bisa jadi berkaitan dengan turunnya hujan dalam beberapa hari terakhir.

Nah menarik untuk kita ulas, bagaimana sebenarnya kajian ilmiah tentang hujan dan isyarat Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم dalam hadits nya.

hujan
Mari kita kemukakan dulu hadits Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم.

Diriwayatkan oleh Imam Bukhori dalam kitab Shahih al-Bukhari dari Abdullah bin Maslamah dari Malik dari Shalih bin Kaisan dari Ubaidillah bin Abdillah bin Utbah bin Mas'ud dari Zaid bin Khalid al-Juhani, beliau berkata :

Rasulullah صلى الله عليه وسلم shalat shubuh bersama-sama kami di Hudaibiyah selepas hujan yang turun sejak malam.

Selesai shalat beliau menghadap kami (makmum) dan berkata : Tahukan kalian apa yang telah difirmankan Tuhan kalian ? para sahabat menjawab "Allah dan Rasul-Nya lah yang lebih mengetahui".

Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda : Tuhan kalian berfirman : Menjelang pagi ada hamba-Ku yang mukmin dan ada yang kafir. Barang siapa yang mengatakan kami dihujani oleh anugerah dan rahmat Allah, maka itulah hamba yang mukmin kepada-Ku dan kafir kepada bintang. Sedangkan barangsiapa yang mengatakan bahwa hujan turun karena bintang ini dan begini, maka itulah hamba yang kafir kepada-Ku dan mukmin kepada bintang.

Hadits ini dari sisi keimanan perlu untuk disampaikan kepada setiap orang Islam, karena saya sendiri mendengar orang-orang di sekitar mengatakan bahwa hujan ini merupakan hujan buatan, pak Gubernur telah menurunkan beberapa tim untuk menaburkan sekian ton garam di awan untuk membuat hujan buatan.

Saya jawab, memang benar ini hujan buatan, tetapi buatan Allah, bukan buatan pak Gubernur.

Sahabat yang berbahagia, sekarang kita mencoba untuk menguraikan kajian ilmiah dari hadits Nabi صلى الله عليه وسلم di atas mengenai proses turunnya hujan.

Sesungguhnya, proses turunnya hujan dari awan masih menjadi masalah yang belum dapat diuraiakan secara detail dari sisi ilmiah. Adapun yang diketahui oleh para ilmuwan hanyalah bahwa bumi merupakan planet dalam susunan tata surya yang paling kaya dengan air.

Volume air di bumi diperkirakan mencapai 1360 - 1385 juta KM Kubik, yang terbanyak adalah di lautan/ samudera (97,2 %) dan sisanya merupakan air tawar (8,2 %).

Dan sebagian besar air tawar di bumi (2,052 - 2,15%) tertahan dalam bentuk salju tebal di atas dua kutub bumi dan di puncak-puncak gunung, sedangkan sisanya tersimpan di bebatuan kerak bumi (0,28 %), di danau air tawar (0,33%), di tanah liat bumi yang lembab (0,18%) dan di kelembapan lapisan atmosfer bumi (0,036%), sementara air tawar yang mengalir di sungai dan anak-anak sungai hanyalah 0,0048%.

Air yang terkandung di bumi ini Allah distribusikan dengan ketentuan yang akurat dan Allah daur ulang dalam sebuah proses sirkulasi yang tertib antara bumi dan lapisan atmosfer bumi.

Tanpa sirkulasi akuratif ini, maka air di bumi ini akan rusak sebab sebab ada jutaan makhluk hidup yang hidup dan mati di berbagai kawasan berair dalam setiap detak waktu, sehingga bisa merubah air terutama air tawar menjadi berbau seandainya sirkulasi ini tidak terjadi.

Allah menghendaki dan menetapkan air di bumi ini tersimpan dalam jumlah tertentu dan membaginya dengan sangat teliti dan bijaksana antara lautan/ samudera, sungai dan danau, dan menyimpannya sebagian di bebatuan kerak bumi atau menahannya dalam bentuk salju padat di kutub dan puncak gunung atau menyebarkannya dalam bentuk kelembapan tanah dan udara untuk menjaga keseimbangan suhu di permukaan bumi.

Keseimbangan ini merupakan suatu hal yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup di bumi, sebab, jika jumlah air di bumi ini berlebih, maka permukaan bumi akan tergenang oleh air, dan sebaliknya, jika kekurangan, maka makhluk hidup akan kekurangan air dan mati.

Panas matahari menguapkan air dari permukaan laut/ samudera, sungai, danau, kolam, rawa-rawa, salju bahkan air yang tersimpan dibawah permukaan bumi, pernafasan setiap manusia dan hewan, getah pohon dan berbagai sumber air lainnya.

Uap air ini kemudian akan naik ke tingkatan terbawah lapisan atmosfer bumi (Troposfer) yang semakin berkurang suhu panasnya seiring dengan bertambahnya ketinggian dan tekanan udaranya pun berkurang. Hal ini membantu proses pengumpulan uap air yang membubung dari bumi dalam bentuk atom kecil yang bercampur dengan angin yang biasa disebut dengan "biji pengumpulan" sehingga lebih lanjut membantu kembalinya air ke bumi dalam bentuk hujan, hawa dingin, es, dan embun.

Setiap tahun, sekitar 380.000 KM kubik air menguap dan naik kelangit (awan). Sebagian besar uap air tersebut berasal dari permukaan laut (320.000 KM kubik) sedangkan sisanya (60.000 KM kubik) berasal dari daratan. dan semua ini akan kembali ke bumi dengan tingkat rata-rata yang berbeda (284.000 KM kubik) kembali ke lautan/ samudera, dan 96.000 KM kubik kembali kedaratan.

Perlu kami ulangi bahwa proses terjadinya hujan merupakan proses yang belum sepenuhnya dapat diketahui atau dipahami secara ilmiah dengan segala rinciannya. Sebab, proses tersebut berlangsung dengan sejumlah proses yang tidak terlihat dengan cara langsung.

Adapun yang mampu dilakukan oleh manusia dalam hal ini hanya membuat sejumlah hipotesa dan teori atas proses turunnya hujan, antara lain :

Hujan sebagai pengaruh gerakan angin bumi dan debu yang digerakkannya dari atas permukaan bumi, hujan sebagai muatan ion-ion listrik, hujan sebagai pengaruh sinar matahari dan yang terakhir dari hipotesa itu adalah bahwa hujan merupakan kehendak Allah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu sebagaimana yang di isyaratkan dalam Hadits Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم yang kita bahas sekarang.

Hipotesis para ahli mengatakan, bahwa air yang terdapat di lapisan troposfer bumi berbentuk buliran-buliran kecil. Buliran-buliran ini menempel dengan udara dengan daya rekat dan kekuatan tensi permukaannya, sehingga meski berada di awan dan digerak-gerakkan oleh angin, buliran air ini tidak akan jatuh menjadi hujan kecuali setelah terjadi pembuahan.

Proses pembuahan awan berlangsung dengan berpadunya dua awan dimana salah satunya panas dan yang satunya dingin atau awan yang satu mengandung mengandung listrik positif dan yang lain mengandung listrik negatif. Semua proses ini membutuhkan perhitungan awal yang angat rumit dan matang dan tidak mungkin dilakukan secara asal-asalan atau kebetulan.

Dari sini akan tampak bahwa proses terjadinya hujan merupakan salah satu rahasia alam yang tidak mungkin dapat diketahui atau difahami kecuali setelah mendapatkan yang konfrehensif, namun, kekuasaan Allah terlihat sangat jelas sejelas matahari di siang hari, dan hal ini akan terlihat lebih mencengangkan dalam hal pemerataan distribusi hujan di muka bumi dengan kehendak Allah Yang Maha Mencipta dan Maha Berkehendak.

Kenyataan ini membuktikan kebenaran hadits Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم yang sudah saya sampaikan di awal dan korelasai dengan kebenaran al-Qur'an yang menjelaskan tentang hujan, di antaranya :

1. QS. al-A'raf ayat 57

وَهُوَ الَّذِيْ يُرْسِلُ الرِّيٰحَ بُشْرًاۢ بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهٖۗ حَتّٰٓى اِذَآ اَقَلَّتْ سَحَابًا ثِقَالًا سُقْنٰهُ لِبَلَدٍ مَّيِّتٍ فَاَنْزَلْنَا بِهِ الْمَاۤءَ فَاَخْرَجْنَا بِهٖ مِنْ كُلِّ الثَّمَرٰتِۗ كَذٰلِكَ نُخْرِجُ الْمَوْتٰى لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ
57). “Dialah yang mendatangkan angin sebagai kabar gembira yang mendahului kedatangan rahmat-Nya (hujan) sehingga apabila (angin itu) telah memikul awan yang berat, Kami halau ia ke suatu negeri yang mati (tandus), lalu Kami turunkan hujan di daerah itu. Kemudian Kami tumbuhkan dengan hujan itu berbagai macam buah-buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang-orang mati agar kamu selalu ingat”.

2. QS. al-Hijr ayat 22

وَاَرْسَلْنَا الرِّيٰحَ لَوَاقِحَ فَاَنْزَلْنَا مِنَ السَّمَاۤءِ مَاۤءً فَاَسْقَيْنٰكُمُوْهُۚ وَمَآ اَنْتُمْ لَهٗ بِخٰزِنِيْنَ
22). “Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan.*) Maka, Kami menurunkan hujan dari langit lalu memberimu minum dengan (air) itu, sedangkan kamu bukanlah orang-orang yang menyimpannya”.
...........
*) Maksudnya adalah mengawinkan awan, tanaman, dan sebagainya.

3. QS. al-Baqarah ayat 22

الَّذِيْ جَعَلَ لَكُمُ الْاَرْضَ فِرَاشًا وَّالسَّمَاۤءَ بِنَاۤءً ۖوَّاَنْزَلَ مِنَ السَّمَاۤءِ مَاۤءً فَاَخْرَجَ بِهٖ مِنَ الثَّمَرٰتِ رِزْقًا لَّكُمْ ۚ فَلَا تَجْعَلُوْا لِلّٰهِ اَنْدَادًا وَّاَنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ
22). “(Dialah) yang menjadikan bagimu bumi (sebagai) hamparan dan langit sebagai atap, dan Dialah yang menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan (hujan) itu buah-buahan sebagai rezeki untuk kamu. Oleh karena itu, janganlah kamu mengadakan tandingan-tandingan bagi Allah, padahal kamu mengetahui”.

4. QS. al-An'am ayat 99

وَهُوَ الَّذِيْٓ اَنْزَلَ مِنَ السَّمَاۤءِ مَاۤءًۚ فَاَخْرَجْنَا بِهٖ نَبَاتَ كُلِّ شَيْءٍ فَاَخْرَجْنَا مِنْهُ خَضِرًا نُّخْرِجُ مِنْهُ حَبًّا مُّتَرَاكِبًاۚ وَمِنَ النَّخْلِ مِنْ طَلْعِهَا قِنْوَانٌ دَانِيَةٌ وَّجَنّٰتٍ مِّنْ اَعْنَابٍ وَّالزَّيْتُوْنَ وَالرُّمَّانَ مُشْتَبِهًا وَّغَيْرَ مُتَشَابِهٍۗ اُنْظُرُوْٓا اِلٰى ثَمَرِهٖٓ اِذَٓا اَثْمَرَ وَيَنْعِهٖ ۗاِنَّ فِيْ ذٰلِكُمْ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يُّؤْمِنُوْنَ
99). Dialah yang menurunkan air dari langit lalu dengannya Kami menumbuhkan segala macam tumbuhan. Maka, darinya Kami mengeluarkan tanaman yang menghijau. Darinya Kami mengeluarkan butir yang bertumpuk (banyak). Dari mayang kurma (mengurai) tangkai-tangkai yang menjuntai. (Kami menumbuhkan) kebun-kebun anggur. (Kami menumbuhkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanlah buahnya pada waktu berbuah dan menjadi masak. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang beriman.

5. QS. Thaha ayat 53

الَّذِيْ جَعَلَ لَكُمُ الْاَرْضَ مَهْدًا وَّسَلَكَ لَكُمْ فِيْهَا سُبُلًا وَّاَنْزَلَ مِنَ السَّمَاۤءِ مَاۤءًۗ فَاَخْرَجْنَا بِهٖٓ اَزْوَاجًا مِّنْ نَّبَاتٍ شَتّٰى
53). (Dialah Tuhan) yang telah menjadikan bumi sebagai hamparan dan meratakan jalan-jalan di atasnya bagimu serta menurunkan air (hujan) dari langit.” Kemudian, Kami menumbuhkan dengannya (air hujan itu) beraneka macam tumbuh-tumbuhan.

6. QS. al-Mukminun ayat 18

وَاَنْزَلْنَا مِنَ السَّمَاۤءِ مَاۤءًۢ بِقَدَرٍ فَاَسْكَنّٰهُ فِى الْاَرْضِۖ وَاِنَّا عَلٰى ذَهَابٍۢ بِهٖ لَقٰدِرُوْنَ ۚ
18). Kami turunkan air dari langit dengan suatu ukuran. Lalu, Kami jadikan air itu menetap di bumi dan sesungguhnya Kami Mahakuasa melenyapkannya.

7. QS. al-Furqan ayat 48

وَهُوَ الَّذِيْٓ اَرْسَلَ الرِّيَاحَ بُشْرًاۢ بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهٖۚ وَاَنْزَلْنَا مِنَ السَّمَاۤءِ مَاۤءً طَهُوْرًا ۙ
48). Dialah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan). Kami turunkan dari langit air yang sangat suci.

Ayat-ayat tersebut di atas menyandarkan semua proses tersebut kepada Allah Swt, dengan demikian, Hadits Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم yang kita bahas ini menjadi bukti tersendiri yang menguatkan kenabian dan kerasulan beliau.

Selain itu, sebagai bukti bahwa segala yang beliau ucapkan itu bukan rekayasa (menjawab perkataan orang kafir bahwa Islam dan al-Qur'an itu hanyalah buatan Muhammad. pen) melainkan hanyalah wahyu yang diwahyukan kepadanya (QS. an-Najm : 3-4).

وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوٰى اِنْ هُوَ اِلَّا وَحْيٌ يُّوْحٰىۙ
3. dan tidak pula berucap (tentang Al-Qur’an dan penjelasannya) berdasarkan hawa nafsu(-nya).
4. Ia (Al-Qur’an itu) tidak lain, kecuali wahyu yang disampaikan (kepadanya).

Wallahu a'lam, semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua dan dapat menambah keimanan kita kepada Allah dan Rasul-Nya.

Posting Komentar untuk "Proses terjadinya hujan dalam isyarat hadits Nabi Muhammad Saw"