Khutbah Jum'at; Hikmah dari Peristiwa Wafatnya Nabi Muhammad
Mukaddimah silahkan ditambahkan sendiri
Hadirin……..
Marilah kita senantiasa bersyukur kepada Allah, atas segala nikmat dan karunia-Nya kepada kita. Nikmat-nikmat yang sesungguhnya tidak dapat kita hitung banyaknya. Rasa syukur itu kita wujudkan dengan perbuatan, yakni meningkatkan amal ibadah, bertaqwa kepada Allah subhanahu wata’ala.
Hadirin..
Hari ini kita telah memasuki bulan Rabiul Akhir 1446 H, dan itu berarti bahwa kita baru saja selesai dengan segala kegiatan dalam rangka memperingati hari kelahiran junjungan kita, Nabi Muhammad ﷺ
Banyak hikmah yang telah disampaikan oleh para Da’i, penceramah tentang Nabi Muhammad ﷺ sejak dari kisah kelahirannya, kisah keteladanannya, hingga kisah perjuangannya. Namun ada hal yang sering terlupakan, bahwa bulan Rabi’ul Awal yang kita kenal sebagai bulan kelahiran Nabi, ternyata pada bulan ini juga beliau wafat.
Para ulama sepakat bahwa Nabi ﷺ lahir pada hari senin tanggal 12 Rabiul Awal tahun gajah, dan wafat juga pada hari senin, 12 Rabiul Awal tahun 11 hijriyah. Bahkan pada bulan rabiul Awal juga beliau berhijrah ke Madinah.
Pertanyaannya adalah, jika bulan kelahiran dan wafatnya Nabi adalah sama, mengapa orang-orang merayakan kelahirannya saja dan tidak memperingati hari wafatnya? Jawabannya adalah, bahwa kelahiran Nabi ﷺ adalah merupakan anugerah bagi manusia, sedangkan wafatnya Nabi adalah kedukaan dan merupakan tanda dekatnya kiamat.
Dijelaskan dalam hadits ‘Auf bin Malik Radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, “Rasulullah ﷺ bersabda:
اُعْدُدْ سِتًّا بَيْنَ يَدَيِ السَّاعَةِ مَوْتِي
“Ingatlah (wahai ‘Auf) ada enam (tanda) sebelum datangnya hari Kiamat, kematianku….
Hadirin…
Terlalu panjang jika kita uraikan kisah wafatnya Rasulullah ﷺ karena kisah tersebut diawali dari haji wada’ yang beliau tunaikan, turunnya surah an-Nasr yang difahami oleh Ibnu Abbas sebagai isyarat ajalnya Nabi ﷺ, peristiwa per*ang khaibar di mana Nabi diberi racun oleh seorang wanita Yah*di, dan detik-detik wafatnya baginda Nabi Muhammad ﷺ yang penuh keharuan dan kesedihan.
Pada kesempatan ini, saya hanya menyampaikan hikmah apa yang dapat kita ambil dari peristiwa wafatnya baginda Nabi Muhammad ﷺ.
Hadirin..
Hikmah yang pertama, bahwa Rasulullah ﷺ sangat memperhatikan sholat.
Ketika Rasûlullâh ﷺ dalam kondisi sakit keras dan tidak bisa berdiri, Beliau ﷺ tidak lepas perhatiannya terhadap shalat kaum Muslimin. Beliau ﷺ bertanya:
أَصَلَّى النَّاسُ؟ فَقَالُوْا: لَا هُمْ يَنْتَظِرُونَكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ، قَالَ: ضَعُوا لِي مَاءً فِي الْمِخْضَبِ
“Apakah mereka telah melaksanakan shalat?” Para Sahabat menjawab, “Belum. Mereka masih menunggu engkau, wahai Rasûlullâh!” Lalu Rasûlullâh ﷺ bersabda, “Taruhkanlah air untukku pada al-makhdhab (tempat air untuk mandi).
Aisyah Radhiyallahu ‘anha berkata, “Kami melakukan apa yang diminta oleh Rasûlullâh ﷺ”
Kemudian Rasûlullâh ﷺ mandi di wadah tersebut lalu bangkit hendak berdiri hendak ke masjid, namun Beliau ﷺ tidak kuat lalu pingsan. Tidak lama berselang, Beliau ﷺ tersadar dan bertanya:
أَصَلَّى النَّاسُ؟ فَقَالُوْا: لَا هُمْ يَنْتَظِرُونَكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ، قَالَ: ضَعُوا لِي مَاءً فِي الْمِخْضَبِ
“Apakah mereka telah melaksanakan shalat?” Para Sahabat menjawab, “Belum. Mereka masih menunggu engkau, wahai Rasûlullâh!” Lalu Rasûlullâh ﷺ bersabda, “Taruhkanlah air untukku pada al-makhdhab (tempat air untuk mandi).
Aisyah Radhiyallahu 'anha berkata, “Kemudian Beliau ﷺ duduk di al-makhdhab tersebut dan mandi. Setelah itu, Beliau bangun hendak berdiri, namun Beliau ﷺ tidak kuat lalu pingsan. Tidak lama kemudian, Beliau siuman kembali.
Beliau ﷺ kembali melontarkan hal yang sama, sementara pada Sahabat setia menunggu Rasûlullâh ﷺ untuk menunaikan shalat Isya bersama Beliau. Setelah berusaha dan tidak mampu, Beliau ﷺ akhirnya menyuruh orang-orang yang ada disekitarnya untuk meminta Abu Bakr Radhiyallahu a’nhu agar memimpin para Sahabat menunaikan shalat Isya’.
Hadirin, peristiwa ini menunjukkan kepada kita betapa agungnya sholat dalam Islam.
Hikmah yang kedua, bahwa Beliau adalah khalîlullâh (kekasih Allâh), meski demikian, Beliau ﷺ tetap mengalami kematian. Jika seandainya ada orang yang berhak hidup kekal di dunia, tentu Rasûlullâh ﷺ di antara yang berhak untuk kekal di dunia. Akan tetapi, Nabi Muhammad ﷺ justru mengalami kematian, bahkan beliau mengalami sakaratul maut yang luar biasa.
Maka, berbahagialah orang yang bisa mengambil pelajaran dari kisah ini serta sudah mulai melakukan persiapan untuk menghadapi kematian yang pasti akan mendatanginya. Dia melakukan persiapan terus-menerus sebelum terlambat, karena kedatangan malaikat pencabut nyawa tanpa didahului pemberitahuan. Dan di akhir zaman kata Nabi, akan banyak orang yang meninggal dunia mendadak.
Hadirin..
Hikmah yang ke tiga adalah ta’ziyatul Muslimin (menghibur hati kaum Muslimin) ketika tertimpa musibah atau bisa meringan beban mereka ketika menerima musibah yang berat.
Jika kita tertimpa penyakit, maka ingatlah Rasûlullâh ﷺ, kekasih juga mengalami sakit keras. Jika kita merasa sedih karena kehilangan orang yang kita cintai, maka ingatlah bahwa Kesedihan akibat dari kehilangan Rasûlullâh ﷺ lebih berat dibandingkan rasa sedih akibat ditinggal oleh siapapun di dunia ini bahkan oleh semua orang. Dengan ini, beban kesedihan kita akan sedikit berkurang.
Oleh karena itu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَيُّمَا أَحَدٍ مِنَ النَّاسِ، أَوْ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أُصِيبَ بِمُصِيبَةٍ، فَلْيَتَعَزَّ بِمُصِيبَتِهِ بِي عَنِ الْمُصِيبَةِ الَّتِي تُصِيبُهُ بِغَيْرِي، فَإِنَّ أَحَدًا مِنْ أُمَّتِي لَنْ يُصَابَ بِمُصِيبَةٍ بَعْدِي أَشَدَّ عَلَيْهِ مِنْ مُصِيبَتِي
"Wahai manusia! Siapapun di antara manusia atau kaum Mukminin yang tertimpa musibah, maka hendaklah dia menghibur dirinya dengan musibah yang menimpanya akibat kematianku untuk menghilangkan kesedihannya akibat musibah yang menimpanya karena kematian orang selainku. Karena sesungguhnya, tidak ada seorangpun dari umatku yang akan tertimpa musibah yang lebih dahsyat daripada musibah kematianku (Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam).
Hadirin……
Menutup khutbah ini, saya akan menyampaikan nasehat Rasulullah ﷺ.
Di dalam Musnad Imam Ahmad dan Sunan Ibnu Mâjah juga para imam lainnya terdapat hadits dari Abu Ayyub al-Anshâri Radhiyallahu ‘anhu. Dalam hadits itu diberitakan bahwa ada seorang laki-laki mendatangi Rasûlullâh ﷺ lalu mengatakan:
عِظْنِي وَأَوْجِزْ وفي رواية عَلِّمْنِي وَأَوْجِزْ قَالَ: إِذَا قُمْتَ فِي صَلَاتِكَ فَصَلِّ صَلَاةَ مُوَدِّعٍ وَلَا تَكَلَّمْ بِكَلَامٍ تَعْتَذِرُ مِنْهُ غَدًا وَاجْمِعِ الْيَأْسَ مِمَّا فِي أَيْدِي النَّاسِ
"Berilah aku nasehat dengan ringkas! (dalam riwayat lain) Ajarilah aku dengan ringkas! Lalu Rasûlullâh ﷺ bersabda, “Jika kamu berdiri hendak melaksanakan shalat, maka shalatlah sebagaimana shalat orang yang hendak pergi selama-lamanya; Janganlah kamu mengucapkan satu perkataan yang kamu akan meminta maaf karenanya pada esok harinya; bertekadlah untuk tidak mengharapkan apa yang dimiliki orang lain.”
Makna hadits ini adalah, tunaikan sholat dengan sebaik-baiknya, jagalah lisan agar tidak menyakiti hati manusia, dan janganlah mengharapkan sesuatu kecuali hanya kepada Allah.
Posting Komentar untuk "Khutbah Jum'at; Hikmah dari Peristiwa Wafatnya Nabi Muhammad"
Saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan artikel di atas.