Khutbah Jumat Hikmah Ibadah Haji

Hadirin…

Pada kesempatan yang mulia dan melalui mimbar yang mulia ini, saya mengajak kepada kita semua, mari kita tingkatkan kualitas dan kuantitas iman dan taqwa kita kepada Allah SWT. Tunaikan segala perintah Allah dan tinggalkan apa yang dilarang-Nya.

Hadirin…………

Hari ini kita telah memasuki tanggal 7 Zulhijjah 1445 H. Saat ini, saudara-saudara kita yang menunaikan ibadah haji sedang bersiap-siap untuk melaksanakan rangkaian manasik haji, yang sering disebut ARMUZNA. Pada tanggal 9 Zulhijjah waktu Arab Saudi, mereka akan melakukan wukuf.

Kita do’akan semoga semua jama’ah haji Indonesia, terkhusus dari Kabupaten Batang Hari diberikan kesehatan, kekuatan, keselamatan dan kemudahan oleh Allah dalam melaksanakan ibadah haji serta memperoleh haji yang mabrur dan mabruroh.

Hadirin

Bersamaan dengan pelaksanaan ibadah haji, maka pada khutbah kali ini secara singkat akan saya sampaikan beberapa hikmah dari manasik haji.

Yang pertama yaitu memakai pakaian ihram.

Melepas pakaian sehari-hari dan menggantinya dengan dua helai kain ihram menggambarkan keadaan orang yang meninggal dunia. Dia melepaskan semua atribut dan urusan dunia dan berganti dengan kain kafan.

Pakaian dunia inilah yang kerap membuat manusia lupa diri sehingga mudah berbuat salah dan dosa. Karena itu, pakaian dunia sebagai simbol dari kesombongan dan kecongkakan harus dilepas agar ia diterima oleh Allah SWT.

Pakaian ihram memiliki arti pembebasan diri dari keinginan hawa nafsu dan daya tarik luar selain Allah. Ihram melambangkan penyerahan jiwa raga sepenuhnya kepada kebesaran dan keindahan Dzat dan sifat Allah, membebaskan dari ikatan kedudukan, pangkat, darah, keturunan, harta, dan status sosial lainnya yang sering merusak tali persaudaraan.

Ihram mengajari umat manusia tentang kesamaan dan kesetaraan di hadapan Allah. Allah tidak melihat pangkat dan jabatan kita. Allah hanya melihat ketakwaan dan amal kebaikan yang kita lakukan.

Yang kedua adalah Thawaf

Thawaf artinya mengitari atau mengelilingi. Secara istilah thawaf berarti mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali putaran, dimulai dan diakhiri di Hajar Aswad.

Thawaf dimulai dengan mengucapkan Bismillahi Allahu Akbar. Kalimat takbir menandakan bahwa dalam memulai aktivitas apa pun, setiap manusia harus punya kesadaran dalam dirinya bahwa hanya Allah yang Maha Besar. Manusia tak ada apa-apanya di hadapan Allah. Kesadaran mendalam ini harus tertanam dalam sanubari sehingga tak ada kesombongan dan kezaliman dalam menjalani proses kehidupan.

Secara spiritual, thawaf mengajari manusia tentang siklus kehidupan. Mereka lahir di dunia atas kehendak Allah, hidup selalu bersama Allah (ahya wa amūt), dan pada akhirnya kembali kepada Allah. Berputar atau mengelilingi berarti bergerak sebagai tanda adanya kehidupan. Kondisi kehidupan terus berputar di antara manusia, jatuh bangun, kaya miskin, terkenal dan terlupakan, semuanya silih berganti menghiasai kehidupan manusia.

Ketiga yaitu Sa’i

Arti kata sa’i adalah usaha. Bisa pula dikembangkan artinya menjadi: berusaha dalam hidup, baik pribadi, keluarga, atau masyarakat.

Pelaksanaan sa’i antara bukit Safa dan Marwa melestarikan pengalaman Siti Hajar (ibu Nabi Ismail 'alaihissalam) ketika ia bolak-balik antara bukit Safa dan Marwa untuk mencari air minum bagi dirinya dan putranya.

Rasa kasih sayang seorang ibu pada anaknyalah yang mendorong Siti Hajar bolak-balik antara bukit Safa dan Marwah sebanyak tujuh kali. Jarak antara bukit Safa dan Marwah ± 400 meter. Dengan begitu, jarak yang ditempuh Siti Hajar hampir tiga kilometer.

Sa’i memberikan makna sikap optimistis dan usaha yang keras serta penuh kesabaran dan tawakkal kepada Allah SWT. Ketika seseorang menghayati dan meresapi syariat sa’i, akan muncul dalam dirinya sikap-sikap positif menghadapi berbagai tantangan hidup, antara lain: kerja keras, optimisme, kesungguhan, keikhlasan, kesabaran, dan tawakkal.

Hadirin……

Keempat yaitu Wukuf

Wukuf artinya berhenti, diam tanpa bergerak. Wukuf adalah berkumpulnya seluruh jemaah haji di Arafah pada 9 Dzulhijjah sebagai puncak ibadah haji.

Jika thawaf itu merupakan gerakan, wukuf mengisyaratkan bahwa suatu saat gerakan itu akan berhenti. Jantung manusia suatu saat akan berhenti berdetak, matanya akan berhenti berkedip, kaki dan tangannya akan berhenti melangkah dan bergeliat. Ketika semua yang bergerak itu berhenti, terjadilah kematian dan manusia sebagai mikro kosmos pada saatnya nanti akan dikumpulkan di Padang Mahsyar. Sampai di sini, Arafah menjadi lambang dari Padang Mahsyar.

Di padang Arafah inilah, dulu para Nabi berwuquf, berhenti dan berkontemplasi, bermunajat kepada Allah SWT. Di padang Arafah inilah dulu Nabi Adam 'alaihissalam dan Siti Hawa mengakui dosa-dosa yang pernah mereka lakukan. Di tempat inilah, dulu Nabi Ibrahim 'alaihissalam mengetahui dan meyakini sepenuh hati bahwa perintah menyembelih anaknya, Isma’il 'alaihissalam, adalah wahyu dari Allah.

Selesai wukuf, jama’ah haji akan melakukan Mabit di Muzdalifah dan Mina.

Mina adalah tempat Nabi Ibrahim 'alaihissalam melaksanakan perintah Allah SWT untuk menyembelih putranya, Nabi Ismail'alaihissalam. Sebelum mereka sampai di tempat yang dituju, tiba-tiba Iblis datang menggoda Nabi Ibrahim 'alaihissalam agar menghentikan niatnya. Namun usaha Iblis itu tidak berhasil. Nabi Ibrahim 'alaihissalam kemudian mengambil tujuh batu kerikil dan melemparnya ke Iblis. Inilah yang disebut Jumrah Ūlā.

Lalu Iblis berusaha menggoda Siti Hajar. Iblis beranggapan bahwa seorang ibu pasti tak akan sampai hati membiarkan buah hatinya disembelih. Tapi Hajar menolak dan melempari Iblis dengan batu kerikil. Lokasi pelemparan Hajar itu kemudian dijadikan tempat melempar Jamrah Wusta.

Langkah Iblis tidak berhenti di situ. Dia beralih kepada Ismail 'alaihissalam, putra Ibrahim-Hajar, yang dianggapnya masih memiliki keimanan yang rapuh. Tapi Ismail ternyata juga menunjukkan perlawanan. Ia kukuh memegang keimanannya dan yakin dengan sepenuh hati akan perintah Allah SWT. Nabi Ibrahim, Siti Hajar, dan Ismail lalu bersama-sama melempari Iblis dengan batu kerikil, yang kemudian diabadikan menjadi lemparan Jamrah Aqabah.

Hadirin……..

Setan tidak akan pernah berhenti menggoda manusia dan godaannya tidak mudah dirasakan. Karena itu, hanya orang-orang yang hidup ikhlas sajalah yang akan mampu menanggulangi godaan setan itu.

Iblis selalu menggoda manusia untuk tidak menaati perintah Allah SWT. Betapapun kecilnya kadar kebajikan yang akan dilakukan oleh manusia, godaan iblis pasti senantiasa menghadang.

Al-Qur’an menceritakan ikrar Iblis yang minta diberi kesempatan hidup sampai hari kiamat.

Allah SWT berfirman:

قَالَ رَبِّ بِمَآ أَغۡوَيۡتَنِي لَأُزَيِّنَنَّ لَهُمۡ فِي ٱلۡأَرۡضِ وَلَأُغۡوِيَنَّهُمۡ أَجۡمَعِينَ إِلَّا عِبَادَكَ مِنۡهُمُ ٱلۡمُخۡلَصِينَ

Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya,
kecuali hamba-hamba Engkau yang ikhlas di antara mereka". (al Hijr: 39-40)

hadirin……….

Demikian sedikit dari sekian banyak hikmah rangkaian manasik haji. Semoga bermanfaat.. aamiin

..........ۗ وَلِلَّهِ عَلَى ٱلنَّاسِ حِجُّ ٱلۡبَيۡتِ مَنِ ٱسۡتَطَاعَ إِلَيۡهِ سَبِيلٗاۚ وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ ٱللَّهَ غَنِيٌّ عَنِ ٱلۡعَٰلَمِينَ

………….. mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam. (Ali Imron : 97)

با رك الله ...................

Posting Komentar untuk "Khutbah Jumat Hikmah Ibadah Haji"