Khutbah Jumat Terbaru Tentang Memilih Teman dalam Pergaulan

Khutbah Jum'at Bagaimana cara Memilih Teman

Hadirin Jamaah Jum’at yang berbahagia.

Manusia dalam menjalani hidup dan kehidupan di dunia ini, apa dan siapun dia tidak akan dapat hidup tanpa bantuan orang lain. Sehingga dikenal dengan sebutan sebagai mahluk sosial. Selaku makhluk sosial, manusia pasti membutuhkan teman dan pergaulan.

Di dalam pergaulan sehari-hari, seseorang akan memiliki teman, baik itu disekolah, di tempat kerja ataupun di lingkungan tempat tinggalnya. Sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa teman merupakan unsur penting yang berpengaruh dalam kehidupan seseorang.

Islam sebagai agama yang sempurna dan menyeluruh telah mengatur bagaimana adab dan batasan-batasan di dalam pergaulan. Sebab, dari pergaulan itu akan menimbulkan dampak pada diri seseorang. Jika ia bergaul dengan orang baik, sholeh dan berilmu, maka pengaruh baik juga akan didapatnya. Sebaliknya, jika ia bergaul dengan pelaku maksiat, suka menentang Allah, jahil dan rusak moralnya, maka pelan tapi pasti pengaruh-pengaruh buruk itu juga akan menimpanya.

Banyak di antara manusia yang terjerumus ke dalam jurang kemaksiatan dan kesesatan dikarenakan teman pergaulannya adalah pelaku maksiat dan menyimpang. Sebaliknya, banyak pula yang berubah menjadi orang baik, gemar menuntut ilmu, rajin beribadah, sopan dalam keseharian karena pengaruh pergaulan dalam lingkungan yang baik dan penuh ilmu.

Di dalam sebuah hadits, Rasullullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam menyebutkan tentang peranan dan pengaruh seorang teman:

مَثَلُ الْجَلِيْسِ الصَّالِحِ وَالْجَلِيْسِ السُّوْءِ كَمَثَلِ حَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الكِيْرِ،
فَحَامِلِ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيْكَ أَوْ تُبْتَاعَ مِنْهُ أَوْ تَجِدُ رَائِحَةً طَيِّبَةً
وَنَافِخُ الكِيْرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ أَوْ تَجِدُ مِنْهُ رَائِحَةً خَبِيْثَةً.
“Perumpamaan teman duduk yang baik dengan teman duduk yang jahat adalah seperti penjual minyak wangi dengan pandai besi.
Adapun penjual minyak wangi tidaklah ia melewatimu, baik engkau akan membelinya atau tidak membelinya, engkau pasti akan mendapatkan baunya yang enak.
Sementara pandai besi ia akan membakar bujumu atau engkau akan mendapatkan baunya yang tidak enak.” (Muttafaqun ‘Alaih).

Berdasarkan hadits tersebut dapat diambil hikmah penting bahwasanya bergaul dengan teman yang sholih mempunyai 2 kemungkinan yang kedua-duanya baik, yaitu: Kita akan menjadi baik atau setidaknya kita akan memperoleh kebaikan yang dilakukan teman kita itu. Sedang bergaul dengan teman yang jelek juga mempunyai 2 kemungkinan yang kedua-duanya jelek, yaitu: Kita akan menjadi jelek atau kita akan ikut memperoleh kejelekan yang dilakukan teman kita.

Hadirin Jamaah Jum’at yang berbahagia

Rosulullah Shallallaahu alaihi wa Salam menjadikan seorang teman sebagai patokan terhadap baik dan buruknya agama seseorang, oleh sebab itu Rosulullah Shallallaahu alaihi wa Salam memerintahkan agar kita selektif dalam memilih teman. p> Dalam sebuah hadits, Rosulullah Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda:

اَلْمَرْءُ عَلَى دِيْنِ خَلِيْلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ.
“Seseorang berada di atas agama temannya, maka hendaknya seseorang di antara kamu melihat kepada siapa dia bergaul.” (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi, dan Hakim dengan Sanad yang saling menguatkan).

Dalam sebuah syair disebutkan:

عَنِ الْمَرْءِ لاَ تَسْأَلْ وَسَلْ عَنْ قَرِيْنِهِ، فَكُلُّ قَرِيْنٍ بِالْمُقَارِنِ يَقْتَدِيْ.
Jangan tanya tentang seseorang, tapi tanya tentang temannya, sebab orang pasti akan mengikuti kelakukan temannya.

Demikianlah karena memang fitroh manusia cenderung ingin selalu meniru tingkah laku dan keadaan temannya.

Para Salafusshalih sering menyampaikan kaidah bahwa:

اَلْقُلُوْبُ ضَعِيْفَةٌ وَالشُّبَهُ خَطَّافَةٌ.
Artinya: Hati itu lemah, sedangkan syubhat kencang menyambar.

Sehingga pengaruh kejelekan akan lebih mudah mempengaruhi kita dikarenakan lemahnya hati kita.

Jamaah Jum’at yang berbahagia

Seorang teman memberikan pengaruh yang besar dalam kehidupan kita, janganlah ia menyebabkan kita menyesal pada hari kiamat nanti dikarenakan bujuk rayu dan pengaruhnya sehingga kita tergelincir dari jalan yang haq dan terjerumus dalam kemaksiatan.

Perhatikan firman Allah SWT dalam surah al-Furqon : 27-29:

وَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلٰى يَدَيْهِ يَقُوْلُ يٰلَيْتَنِى اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُوْلِ سَبِيْلًا يٰوَيْلَتٰى لَيْتَنِيْ لَمْ اَتَّخِذْ فُلَانًا خَلِيْلًا لَقَدْ اَضَلَّنِيْ عَنِ الذِّكْرِ بَعْدَ اِذْ جَاۤءَنِيْۗ وَكَانَ الشَّيْطٰنُ لِلْاِنْسَانِ خَذُوْلًا

27. (Ingatlah) hari (ketika) orang zalim menggigit kedua tangannya seraya berkata, “Oh, seandainya (dahulu) aku mengambil jalan bersama rasul.
28. Oh, celaka aku! Sekiranya (dahulu) aku tidak menjadikan si fulan*) sebagai teman setia.
29. Sungguh, dia benar-benar telah menyesatkanku dari peringatan (Al-Qur’an) ketika telah datang kepadaku. Setan itu adalah (makhluk) yang sangat enggan menolong manusia.”

*) Yang dimaksud si fulan adalah setan atau orang yang telah menyesatkannya di dunia.

Lihatlah bagaimana Allah menggambarkan seseorang yang telah menjadikan orang-orang fasik dan pelaku maksiat sebagai teman-temanya ketika di dunia sehingga ketika di akhirat nanti menyebabkan penyesalan yang sudah tidak berguna lagi baginya, karena di akhirat adalah hari perhitungan amal bukan hari beramal sedang di dunia adalah hari beramal tanpa perhitungan (hisab).

Hadirin…

Sangat Penting juga bagi kita untuk memperhatikan lingkungan dan pergaulan anak-anak. Demikian juga dengan tontonannya. Perkembangan zaman dan kecanggihan teknologi sekarang ini bagaikan pisau bermata dua, memiliki dampak baik dan dampak buruk. Sehingga dengan semakin majunya zaman, semakin keras pula upaya orang tua untuk mengontrol anak-anaknya.

Seorang anak apalagi yang masih dalam masa pertumbuhan adalah bagaikan pita kaset yang kosong yang dapat merekam apa saja yang dilihat dan didengarnya dan itu dapat mempengaruhi kepribadiannya.

Banyak anak yang berubah tingkah polahnya karena pengaruh pergaulan. Banyak anak yang berani menghardik orang tuanya karena pengaruh temannya. Banyak anak yang sikapnya menjadi kasar karena pergaulan. Menjadi pej*di, pem*buk, dan tindakan krim*nal lainnya karena pengaruh pergaulan. Sebaliknya, ada juga yang berubah menjadi bertingkah layaknya wanita padahal ia laki-laki, juga karena pergaulan.

Janganlah kita ikut-ikutan orang jahil yang suka menjadikan seorang tokoh, entah itu artis, olahragawan, dan sebagainya sebagai figur yang dikagumi bahkan ditiru. Terhadap figur yang dikaguminya ini, biasanya orang-orang jahil tadi akan rela melakukan apa saja walau dengan biaya yang besar untuk meniru sang idolanya tersebut. Mulai dari cara berpakaian, gaya hidup, sampai kepada cara berbicara dan tingkah laku.

Mengapa kita tidak mengidolakan Rosulullah yang orang barat saja kagum kepadanya. Mengapa tidak kita arahkan anak-anak kita untuk mengidolakan para shahabat Nabi, para ulama semisal imam an-Nawawi bagaimana kegigihannya dalam belajar, imam asy-Syafi’I yang seorang anak yatim namun tidak patah semangat menuntut ilmu dan banyak figur-figur lain yang lebih baik dan lebih layak untuk diidolakan.

Hadirin…

Menutup uraian khutbah ini, saya sampaikan nasihat seorang yang bijak tentang hakekat seorang teman, katanya :

Saudaraku, Teman sejatimu adalah yang selalu mendorongmu untuk berbuat kebajikan dan mencegahmu dari berbuat kejelekan walaupun engkau jauh dan engkau tidak bergaul dengannya dan musuh sejatimu adalah yang mendorongmu berbuat kejelekan dan tidak mencegahmu dari berbuat dosa walaupun ia dekat denganmu dan engkau selalu bergaul dengannya.
Semoga Allah selalu memberikan taufik dan hidayah kepada kita semua.

Amin ya Rabbal ‘alamin.

Baarokallahu.......

Posting Komentar untuk "Khutbah Jumat Terbaru Tentang Memilih Teman dalam Pergaulan"