Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Khutbah Jumat Tentang Menghormati Ulama

Khutbah kita kali ini akan menjelaskan tentang menghormati 'ulama' dan larangan mencela, menggunjing dan merendahkan mereka. Adapun dalil tentang keutamaan 'ulama' atau orang yang berilmu adalah sebagai berikut :

 يَرْفَعِ اللهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ

Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. (al-Mujadilah : 11).

قُلۡ هَلۡ يَسۡتَوِي ٱلَّذِينَ يَعۡلَمُونَ وَٱلَّذِينَ لَا يَعۡلَمُونَۗ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُوْلُواْ ٱلۡأَلۡبَٰبِ

Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.. (az- Zumar : 9)

Hadirin………….

Kalau kita perhatikan fenomena ummat Islam di negeri ini terhadap para 'ulama' atau orang yang berilmu yang kalau kita kaitkan dengan aqidah al wala’ wal baro’, maka terasa timbul di hati rasa prihatin dan sedih.

Bagaimana tidak, ulama itu adalah pewaris para Nabi, penerus misi dakwah yang dibawa oleh Rasulullah صلى الله عليه و سلم dan para sahabat Beliau Radhiyallahu ‘anhum. Kita tidak bisa mengamalkan agama ini tanpa ulama’. Kita tidak mungkin mendapatkan pelajaran secara langsung dari Rasulullah tentang agama Islam ini. Lewat para ulama’lah kita bisa mengenal bahwa Allah itu Esa, tahu tata cara shalat, puasa, zakat, haji dan lain sebagainya.

Namun hari ini kita saksikan bagaimana sikap ummat Islam kepada ulama’nya sendiri. Tidak usahlah kita bicara sikap ummat agama lain karena sudah jelas. Ummat Islam hari ini terlihat kurang (kalau enggan mengatakan tidak) menghormati para ulama’. Kita perhatikan bagaimana usaha-usaha untuk menggembosi lembaga Majelis Ulama Indonesia, menanamkan keraguan di hati rakyat kepada para ulama, dengan sangat halus seolah-olah mereka berkata “fatwa ulama itu bisa dipesan sesuai selera”.

Ketahuilah wahai orang yang berakal, Para ulama’ itu adalah wali Allah. Dan Allah berfirman dalam hadits Qudsi:

مَن عادى لي وليًّا، فقد آذنتُه بالحرب
“Barang siapa memusuhi wali-Ku maka Aku nyatakan perang terhadapnya.” (HR. Al-Bukhari)
Hadirin….

Menghormati ulama’ termasuk pengagungan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, sebagaimana disebutkan dalam hadits dari Abu Musa Al-Asy’ari Radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah صلى الله عليه و سلم bersabda:

إِنَّ مِنْ إِجْلَالِ اللَّهِ إِكْرَامَ ذِي الشَّيْبَةِ الْمُسْلِمِ وَحَامِلِ الْقُرْآنِ غَيْرِ الْغَالِي فِيهِ وَالْجَافِي عَنْهُ وَإِكْرَامَ ذِي السُّلْطَانِ الْمُقْسِطِ
Sesungguhnya termasuk pengagungan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, yaitu memuliakan orang tua yang muslim, orang yang hafal Al- Qur’an tanpa berlebih-lebihan atau berlonggar-longgar di dalamnya dan memuliakan penguasa yang adil. (Diriwayatkan oleh Abu Dawud)

Ubadah bin Shamit Radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan, bahwa Rasulullah صلى الله عليه و سلم bersabda:

لَيْسَ مِنْ أُمَّتِي مَنْ لَمْ يُجِلَّ كَبِيرَنَا وَيَرْحَمْ صَغِيرَنَا وَيَعْرِفْ لِعَالِمِنَا حَقَّهُ
Bukan termasuk ummatku, siapa yang tidak memuliakan orang yang lebih tua, menyayangi orang yang lebih muda dan mengetahui hak-hak orang ‘alim. (Hadits riwayat Al-Hakim dalam Al-Mustadrak)

Berdasarkan nash-nash di atas, jelaslah bahwa kewajiban setiap muslim terhadap para ulama dan orang-orang shalih adalah mencintai dan menyukai mereka, menghormati dan memuliakan mereka, tanpa berlebih-lebihan atau merendahkan sebagaimana yang telah dijelaskan di atas.

Disebutkan dalam kitab Jami’ul ‘Ulum wal Hikam karangan Ibnu Rajab al-Hambali, bahwa Mengolok-olok ulama dan orang-orang shalih, mengejek atau melecehkan mereka, tentu saja bertentangan dengan perintah untuk mencintai dan memuliakan mereka. Melecehkan ulama dan orang shalih, sama artinya dengan menghina dan merendahkan mereka.

Mengolok-olok dan memandang rendah Ahli Ilmu dan orang shalih, adalah termasuk sifat orang kafir dan merupakan salah satu cabang kemunafikan. Sebagaimana disebutkan dalam banyak ayat al-Qur’an, diantaranya yaitu:

زُيِّنَ لِلَّذِينَ كَفَرُواْ ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَا وَيَسۡخَرُونَ مِنَ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْۘ وَٱلَّذِينَ ٱتَّقَوۡاْ فَوۡقَهُمۡ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِۗ وَٱللَّهُ يَرۡزُقُ مَن يَشَآءُ بِغَيۡرِ حِسَابٖ

kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir, dan mereka memandang hina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang bertakwa itu lebih mulia daripada mereka di hari kiamat. dan Allah memberi rezki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas. (al-Baqarah : 212)

Dalam surah al-Muthaffifin : 29-33 Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

إِنَّ ٱلَّذِينَ أَجۡرَمُواْ كَانُواْ مِنَ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ يَضۡحَكُونَ وَإِذَا مَرُّواْ بِهِمۡ يَتَغَامَزُونَ وَإِذَا ٱنقَلَبُوٓاْ إِلَىٰٓ أَهۡلِهِمُ ٱنقَلَبُواْ فَكِهِينَ وَإِذَا رَأَوۡهُمۡ قَالُوٓاْ إِنَّ هَٰٓؤُلَآءِ لَضَآلُّونَ وَمَآ أُرۡسِلُواْ عَلَيۡهِمۡ حَٰفِظِينَ

29. Sesungguhnya orang-orang yang berdosa, adalah mereka yang menertawakan orang-orang yang beriman.
30. Dan apabila orang-orang yang beriman lalu di hadapan mereka, mereka saling mengedip-ngedipkan matanya.
31. Dan apabila orang-orang yang berdosa itu kembali kepada kaumnya, mereka kembali dengan gembira.
32. Dan apabila mereka melihat orang-orang mukmin, mereka mengatakan: "Sesungguhnya mereka itu benar-benar orang-orang yang sesat",
33. padahal orang-orang yang berdosa itu tidak dikirim untuk penjaga bagi orang-orang mukmin.

Ayat ini merupakan dalil, bahwa mengolok-olok itu terkadang dalam bentuk atau dengan isyarat. Dalam ayat ini Allah menggambarkan, bagaimana bentuk olok-olokan orang-orang kafir terhadap orang-orang mukmin, yaitu mereka saling mengedip-ngedipkan mata dengan tujuan untuk mengejek.

Dalam surah at-Taubah : 79, Allah Azza wa Jalla menjelaskan pula:

ٱلَّذِينَ يَلۡمِزُونَ ٱلۡمُطَّوِّعِينَ مِنَ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ فِي ٱلصَّدَقَٰتِ وَٱلَّذِينَ لَا يَجِدُونَ إِلَّا جُهۡدَهُمۡ فَيَسۡخَرُونَ مِنۡهُمۡ سَخِرَ ٱللَّهُ مِنۡهُمۡ وَلَهُمۡ عَذَابٌ أَلِيمٌ

(Orang-orang munafik itu) yaitu orang-orang yang mencela orang-orang mukmin yang memberi sedekah dengan sukarela dan (mencela) orang-orang yang tidak memperoleh (untuk disedekahkan) selain sekedar kesanggupannya, maka orang-orang munafik itu menghina mereka. Allah akan membalas penghinaan mereka itu, dan untuk mereka azab yang pedih.

Hadirin ……………..

Musuh-musuh Islam senantiasa berusaha menjelek-jelekkan citra ulama Islam, berusaha meruntuhkan kepercayaan umat kepada para ulama dengan sindiran-sindiran dan komentar-komentar negatif tentang ulama.

Pelecehan terhadap para ulama dan orang shalih ada dua:

Pertama : Pelecehan terhadap pribadi ulama.

Contohnya, misalnya orang yang mengejek sifat-sifat tertentu yang dimiliki oleh ulama tersebut. Demikian ini hukumnya haram, karena Allah Azza wa Jalla telah berfirman:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا يَسۡخَرۡ قَوۡمٞ مِّن قَوۡمٍ عَسَىٰٓ أَن يَكُونُواْ خَيۡرٗا مِّنۡهُمۡ وَلَا نِسَآءٞ مِّن نِّسَآءٍ عَسَىٰٓ أَن يَكُنَّ خَيۡرٗا مِّنۡهُنَّۖ وَلَا تَلۡمِزُوٓاْ أَنفُسَكُمۡ وَلَا تَنَابَزُواْ بِٱلۡأَلۡقَٰبِۖ بِئۡسَ ٱلِٱسۡمُ ٱلۡفُسُوقُ بَعۡدَ ٱلۡإِيمَٰنِۚ وَمَن لَّمۡ يَتُبۡ فَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلظَّٰلِمُونَ

Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri* dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan (panggilan yang buruk**). Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. (al-Hujurat: 11)

[*] Jangan mencela dirimu sendiri Maksudnya ialah mencela antara sesama mukmin karana orang-orang mukmin seperti satu tubuh.

[**] Panggilan yang buruk ialah gelar yang tidak disukai oleh orang yang digelari, seperti panggilan kepada orang yang sudah beriman, dengan panggilan seperti: Hai fasik, Hai kafir dan sebagainya.

Berkenaan dengan ayat ini, Ibnu Katsir menyatakan: “Allah Subhanahu wa Ta’ala melarang mengolok-olok orang lain. Yaitu merendahkan dan menghinakan mereka. Sebagaimana disebutkan sebuah hadits dari Rasulullah صلى الله عليه و سلم riwayat Muslim bahwa Beliau bersabda: "Sombong itu adalah menolak kebenaran dan menghinakan orang lain".

Kedua : Mengolok-olok ulama karena kedudukan mereka sebagai ulama, karena ilmu syar’i yang mereka miliki.

Demikian ini termasuk perbuatan zindiq, karena termasuk melecehkan agama Allah. Demikian pula mengolok-olok orang shalih, orang yang menjalankan Sunnah Nabi.

Allah telah menggolongkan pel*cehan terhadap orang-orang yang beriman sebagai pel*cehan terhadap-Nya. Dalam surah At Taubah: 65, Allah SWT berfirman:

وَلَئِن سَأَلۡتَهُمۡ لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا كُنَّا نَخُوضُ وَنَلۡعَبُۚ قُلۡ أَبِٱللَّهِ وَءَايَٰتِهِۦ وَرَسُولِهِۦ كُنتُمۡ تَسۡتَهۡزِءُونَ

Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan manjawab, "Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja". Katakanlah: "Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?"

Ayat ini turun berkenaan dengan perkataan orang-orang munafik terhadap para qari’ “Belum pernah kami melihat orang seperti para qari’ kita ini, mereka hanyalah orang-orang yang paling rakus makannya, paling dusta perkataannya dan paling penakut di medan perang". Maka Allah menurunkan ayat tersebut.

Para ulama Salaf terdahulu, bersikap tegas terhadap orang-orang yang melecehkan ulama dan Ahli Hadits.

Di dalam kitab Al-Kifayah halaman 48, Al-Khathib Al-Baghdadi menyebutkan, bahwa Abu Zur’ah Ar Razi mengatakan: “Jika engkau melihat seseorang melecehkan salah seorang dari sahabat Nabi, maka ketahuilah bahwa dia itu zindiq. Karena kita tahu, bahwa Rasul itu haq, Al Qur’an itu haq, dan sesungguhnya yang menyampaikan Al Qur’an dan As Sunnah kepada kita adalah para sahabat Rasulullah, sesungguhnya mereka ingin memburuk-burukkan para saksi kita untuk menolak Al Qur’an dan As Sunnah, padahal merekalah yang pantas untuk diburukkan, karena mereka adalah zindiq.”

Demikian pula Imam Adz-Dzahabi menyebutkan dalam kitab Siyar A’lamun Nubala’, bahwa Imam Ahmad bin Hanbal berkata: “Jika engkau melihat seseorang memburuk-burukkan Hammad bin Salamah, maka curigailah dia mempunyai maksud buruk terhadap Islam, karena Hammad sangat sangat tegas terhadap Ahli Bid’ah.”

Oleh sebab itu wahai saudara ku sekalian, janganlah karena ketidaktahuan kita membuat kita melecehkan, merendahkan bahkan mengolok-olok ulama’. Jangan ikut-ikutan menggunjing para 'ulama' sebab dikatakan oleh Imam Ibnu Asakir bahwa daging para ulama itu beracun.

Jika kita menggunjing orang lain, berarti suka atau tidak suka kita terus transfer pahala kepada orang tersebut. Jika pahala kita habis, maka dosa orang itu yang akan diambil oleh orang yang menggunjing.

Sebagai penutup simak ayat berikut ini:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱجۡتَنِبُواْ كَثِيرٗا مِّنَ ٱلظَّنِّ إِنَّ بَعۡضَ ٱلظَّنِّ إِثۡمٞۖ وَ لَا تَجَسَّسُواْ وَلَا يَغۡتَب بَّعۡضُكُم بَعۡضًاۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمۡ أَن يَأۡكُلَ يَأۡكُلَ لَحۡمَ أَخِيهِ مَيۡتٗا فَكَرِهۡتُمُوهُۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۚ إِنَّ ٱللَّهَ تَوَّابٞ رَّحِيمٞ

Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. (al-Hujurat: 12)

Bahan Bacaan :
https://almanhaj.or.id/5994-hukum-mengolokolok-ulama-dan-orangorang-shalih.html

Baca juga Khutbah Jum'at tentang Larangan Mengolok-olok Sunnah Nabi

Posting Komentar untuk "Khutbah Jumat Tentang Menghormati Ulama"