khutbah idul fitri, kembali kepada fitrah

Ma’asyiral Muslimin wal muslimat Rahimakumullah

Puji syukur marilah senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah, SWT, yang masih memberikan nikmat yang tak terhitung jumlahnya kepada kita semua. Perlu kita sadari , bahwa kita bisa berjalan, bukan karena kita memiliki sepasang kaki, tetapi lebih karena ruh kita masih diberikan kekuasaan oleh Allah SWT, sehingga kaki kita bergerak menurut perintah ruh kita. Orang yang berpenyakit semacam stroke yang mengakibatkan lumpuh sehingga tidak bisa berjalan, sebetulnya hati dan pikiranya juga punya berkeinginan untuk berjalan, tetapi ruhnya sudah tidak diberi kuasa untuk memerintahkan kaki lagi, sehingga walaupun kakinya masih utuh namun dia tidak mampu berjalan.

Hadirin rokhimakumulloh

Kita bisa berdiri dengan tegak juga karena karena ruh kita diberi kekuasaan oleh allah untuk menjaga keseimbangan kita, Karena menurut teori, dengan luas telapak kaki kita yang sedemikian kecil seharusnya tidak mampu menyangga berat badan kita. Sebagai bukti, kalau ruh atau nyawa kita sudah lepas dari raga, tidak ada yang bisa mendirikan jasad tersebut dengan tegak dan seimbang.

Oleh karena itu, tidak sepantasnyalah kita mengingkari atau mengkufuri nikmat yang diberikan oleh Allah SWT. Marilah kita selalu bersyukur kepada Allah dengan jalan selalu berusaha meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT.

Marilah kita membuka mata, telinga dan hati kita, menyaksikan salah satu tanda kebesaran dan kekuasaan Allah, sekaligus satu perumpamaan yang sangat besar. Marilah kita melihat bagaimana umat Islam yang telah kembali kepada fitrahnya menuju ke tempat dilaksanakannya Salat ‘Id seraya mengingat akan suatu hari di mana semua manusia sejak Nabi Adam as. hingga manusia yang terakhir diciptakan Allah akan dikumpulkan pada suatu hari yang oleh Allah disebutkan di dalam al-Qur’ân surah asy-Syu’aro’ : 88-89

يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَّلَا بَنُوْنَ ۙ اِلَّا مَنْ اَتَى اللّٰهَ بِقَلْبٍ سَلِيْمٍ ۗ
(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih,

Dan didalam surah al-Muthoffifin : 6 disebutkan

يَّوْمَ يَقُوْمُ النَّاسُ لِرَبِّ الْعٰلَمِيْنَۗ
(yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam”

Kita semua jama’ah sholat ‘Id ini mendatangi tempat salat ‘Id tidak satu pun yang memiliki persamaan. Kita datang dari rumah menuju ke tempat Salat ‘Id beraneka ragam cara dan bentuk. Ada yang datang berkendaraan mobil, motor, sepeda, ada juga yang berjalan kaki.

Ada yang datang beriringan dengan keluarganya, bercanda dan bersenda gurau sepanjang perjalanannya, ada juga yang hanya tersenyum simpul, berdiam diri, namun ada juga yang bersedih. Ada yang berpakaian serba baru nan mewah lengkap dengan segala aksesorisnya, namun ada juga berpakaian yang sederhana bahkan yang sangat sederhana. Semua itu perumpamaan atau gambaran bagaimana ketika umat manusia datang menghadap Allah berkumpul di Padang Mahsyar, menunggu peradilan dari Qâdi Rabb al-Jalîl. Allah ‘azza wajalla

الله اكبرالله اكبرالله اكبر و لله الحمد

Bulan yang penuh berkah dan kemulian, bulan ramadhan, telah melewati kita. Bulan penuh ampunan dan maghfiroh telah memotong umur kita pada tahun ini untuk kembali pada tahun berikutnya. Bisa jadi, kita masih bertemu dengan bulan romadhon pada tahun berikutnya, namun tidak menutup kemungkinan, ramadhan kemarin adalah ramadhan terakhir yang kita jumpai.

Ibarat kupu kupu, kita baru saja keluar dari kepompong, yang sebelumnya berwujud ulat, setelah berhasil menahan lapar dan dahaga, maka semua sifat-sifatnya berubah. Dari yang sebelumnya sering membuat gatal, menyakitkan, merusak dan merugikan lingkungan serta banyak dibenci, menjadi kupu kupu yang berwarna-warni, menyenangkan, tidak pernah menyakitkan orang lain, bermanfaat membantu penyerbukan, dan tidak ada yang membencinya. Itulah gambaran yang diharapkan bagi orang yang telah selesai menjalankan puasa.

Hari ini adalah hari kembalinya jiwa dan raga kita kepada fitrah, jiwa yang suci, ibarat kertas putih yang bersih, akan sempurna tatkala terhapusnya dosa kita kepada Allah diikuti dengan terhapusnya noda dan dosa kita kepada sesama manusia. Dosa kita kepada sesama manusia, tidak bisa hilang atau terhapus dengan puasa dan istihgfar, tetapi kita harus memohon maaf dan saling memaafkan.

الله اكبرالله اكبرالله اكبر و لله الحمد

Hari ini kita juga diibaratkan seperti bayi, bukan berarti kita harus kembali minta gendong lagi kepada orang tua kita, tetapi kita diharapkan dapat meniru sifat-sifat bayi. Mari kita cermati sifat bayi, yang kami maksud disini bukan hanya bayi yang baru lahir saja, tetapi bayi sampai dibawah umur dua tahun yang masih kelihatan sifat fitrahnya, yaitu diantaranya;

1. Bayi tidak pernah marah, tidak pernah emosi kepada siapapun.

2. Bayi tidak pernah dendam, bayi tidak pernah memiliki rencana akan membalas kesalahan orang lain.

3. Bayi tidak pernah berprasangka buruk (su uzhon) / curiga kepada siapapun, namun tetap hati-hati dalam melangkah.

4. Bayi selalu menyenangkan siapa saja yang malihatnya, bukan menyusahkan dan membuat resah orang lain.

5. Bayi selalu memiliki rasa ingin tahu, dengan selalu bertanya dan mencoba sesuatu yang baru, tetapi Bayi tidak pernah usil dan selau ingin tau dengan urusan orang lain serta bayi juga tidak ada yang sok tau,

6. Bayi selalu berfikir tenang, tidak pernah gelisah apapun keadaannya, karena percaya bahwa Allah SWT, pasti mentaqdirkan yang terbaik bagi dirinya, walaupun mungkin kelihatannya tidak menyenangkan.

7. Bayi tidak pernah iri dan dengki, tidak ada bayi yang suka ngomongin orang dibelakang yang bersangkutan, tidak ada bayi yang doyan memfitnah, mengado domba dan lain sebagainya.

8. Bayi tidak pernah protes apapun yang dilakukan oleh orang tuanya terhadap dirinya, karena apa yang diperbuat oleh orang tuanya semata-mata adalah untuk dirinya juga.

9. Bayi baunya selalu wangi dan harum, karena hanya makan makanan dan minum minuman yang baik dan halal.

10. Bayi selalu bekerja keras untuk berlatih berjalan, menjalani hidup ini, walaupun sering jatuh atau gagal berkali kali , dia tidak kenal putus asa dari rahmad Allah, SWT, karena kewajiban kita adalah berusaha, dan hasilnya ditentukan oleh Allah, SWT.

Hadirin wal hadirot rohimakumullah.

Di hari yang mulia ini, hari raya Idul Fitri, marilah kita muhasabah dan merenung sejenak. Kita tanyakan kepada diri kita masing-masing. Sebuah pertanyaan, “Ramadhan ke berapakah ramadhan kemarin sejak kita menginjak dewasa?” Jawabannya memang sangat beragam, bisa satu, dua, ….lima, sepuluh, belasan, bahkan sudah puluhan kali. Dan pertanyaan selanjutnya, pertanyaan yang terpenting, “Apakah kita sudah mampu menjadi produk ramadhan?

 Sudahkah amalan yang kita kerjakan pada bulan ramadhan berbekas dalam diri kita pada bulan-bulan setelahnya? Puasa romadhon sebagaimana yang tersebut dalam al-Qur’an surah al-baqoroh ayat 183 bertujuan agar kita menjadi insan-insan yang bertakwa. Karena hanya orang-orang yang bertaqwalah yang bisa bersikap seimbang dalam hidupnya, yaitu hablum minallah wa hablum minannas.

Dengan didikan romadhon, kita akan selalu berusaha menampilkan akhlaq yang mulia, baik akhlaq kepada sesama manusia maupun akhlaq kepada Allah SWT. Romadhon memang telah berlalu, namun pelajaran apa yang sudah kita ambil, sudahkah kita memperbaiki akhlaq kita terhadap Allah? Tidak dikatakan berakhlaq kepada Allah jika kita tidak mau menerima kebenaran yang datang dari Allah, tidak dikatakan berakhlaq kepada Allah jika kita berpaling dari seruan, merasa enteng dengan kewajiban dan selalu berbuat maksiat.

Masih pantaskah kita mengaku sebagai hamba Allah jika azan subuh berkumandang kita malah menarik selimut? Sungguh sangat tidak pantas jika kita berjalan di atas muka bumi ini dengan angkuh dan sombong, karena sombong itu adalah sifat Allah SWT, bukan untuk dipakai oleh manusia. Sangat keterlaluan, apabila nikmat-nikmat dari Allah selalu kita pakai, tetapi kewajiban kita, kita lalaikan. Tidak dikatakan berakhlaq kepada Allah jika dengan bangga melakukan maksiat, dengan bangga kita habiskan uang kita di meja jud1, membeli minuman k3ras. Padahal setiap gerak langkah kita tidak pernah terlepas dari pengawasan Allah SWT.

Hadirin wal hadirot rohimakumullah

Romadhon telah mendidik kita agar kita selalu merasa di awasi oleh Allah, agar hati kita selalu merasa kehadiran Allah. karena disaat kita berpuasa, di saat orang lain tidak melihat jika kita makan atau minum, disaat orang lain tidak tau apa yang kita lakukan, kita tetap berpuasa, karena apa? karena keimanan kita kepada Allah, kita merasa bahwa Allah selalu melihat tingkah laku kita. Sikap Selalu merasa diawasi Allah inilah yang kita kenal dengan sebutan al-ihsan, Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda:

الا حسا ن ا ن تعبد الله كا نك ترا ه , فا ن لم تكن تر اه فا نه يرا ك
“bermula ihsan yaitu bahwa engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat Allah, walaupun engkau tidak melihat Allah maka ketahuilah bahwa Allah melihatmu” (HR. Bukhori)

Bagaimanapun hebatnya diri kita, siapapun kita, ulama’ kah, kiyai kah, pemimpinkah, petani, rakyat dan lain sebagainya. kita tidak akan bisa membendung hawa nafsu sebelum kita bisa menghadirkan Allah dalam jiwa kita. Berakhlaq kepada Allah akan membuat hati kita selalu merasa butuh kepada Allah, juga akan membuat kita selalu merasa kecil di hadapan Allah, sehingga kita tidak pernah membanggakan diri, merasa kaya misalnya, padahal hanya Allah yang Maha Kaya, merasa pandai dan berilmu, padahal hanya Allah yang maha Mengetahui, merasa kuat dan lain sebagainya, padahal Allah SWt itu adalah Maha segala-galanya.

Hadirin wal hadirot rohimakumullah

Sekarang mari kita lihat bagaimana romadhon mendidik kita untuk berakhlaq mulia kepada sesama manusia. Ingatlah disaat kita sedang berpuasa, kita tidak boleh menyakiti badan maupun perasaan orang lain, tidak boleh menggunjing, memfitnah, adu domba, iri dan dengki, dendam, berkata dusta, bertengkar, menghina orang lain dan akhlaq-akhlaq tercela lainnya, yang jika itu tetap kita lakukan, maka sia-sialah ibadah puasa kita, walaupun puasanya tidak batal, tapi pahala puasanya nol besar. Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda :

كم من صا ئم ليس له من صيا مه الا الجو ع و العطش
“berapa banyak orang yang berpuasa tapi tidak mendapat apa-apa dari puasanya itu selain lapar dan dahaga saja”

الله اكبرالله اكبرالله اكبر و لله الحمد

Didikan ibadah puasa inilah yang akan kita jadikan sebagai bekal bagi kita untuk hidup ditengah-tengah masyarakat. Suatu akhlaq yang akan membawa kita kepada persatuan dan kesatuan, kerukunan dan sikap toleransi antar sesama muslim. Akhlaq ini yang akan mengikis habis setiap hal yang dapat membawa pertikaian, ketidak-rukunan dengan tetangga dan dengan sesama saudara.

Sungguh ironis memang, kita telah berpuasa dengan menahan lapar dan haus, tapi kita masih tetap jahat dengan tetangga, tidak berbaikan dengan saudara, kaum kerabat, dengan mertua atau bahkan dengan orang tua sendiri dan masyarakat sekitarnya.

Damai atau tidaknya suatu kelompok masyarakat tergantung dari akhlaq kita masing-masing, yaitu akhlaq kepada Allah dan akhlaq kepada sesama manusia. lalu dari mana munculnya akhlaq mulia ini ? tentu saja dari hati yang bersih, hati yang terbebas dari segala kotorannya, hati yang tidak menganggap rendah orang lain, hati yang tidak butuh pujian manusia, hati yang terbebas dari sak wasangka, hati yang segala tingkah lakunya semata-mata hanya karena Allah SWT, bukan karena hawa nafsu.

الله اكبرالله اكبرالله اكبر و لله الحمد

Hadirin wal hadirot rohimakumullah

Tadi sudah disebutkan bahwa tujuan dari puasa ramadhan adalah agar kita menjadi orang-orang yang bertakwa, untuk itu mari kita lihat apa sifat-sifat orang yang bertakwa. Penting sebagai muhasabah/ perenungan bagi kita. Apakah ramadhan kita yang lalu betul-betul mencetak karakter dan sifat takwa dalam diri kita ataupun tidak. Jawabannya ada pada diri kita masing-masing. Diantara sifat-sifat Muttaqin yang disebutkan Allah terdapat dalam surat adz-Dzaariyaat :15-19. Allah swt berfirman:

اِنَّ الْمُتَّقِيْنَ فِيْ جَنّٰتٍ وَّعُيُوْنٍۙ اٰخِذِيْنَ مَآ اٰتٰىهُمْ رَبُّهُمْ ۗ اِنَّهُمْ كَانُوْا قَبْلَ ذٰلِكَ مُحْسِنِيْنَۗ كَانُوْا قَلِيْلًا مِّنَ الَّيْلِ مَا يَهْجَعُوْنَ وَبِالْاَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُوْنَ وَفِيْٓ اَمْوَالِهِمْ حَقٌّ لِّلسَّاۤىِٕلِ وَالْمَحْرُوْمِ
Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa itu berada dalam taman-taman (syurga) dan mata air-mata air, sambil menerima segala pemberian Rabb mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang berbuat kebaikan. di dunia, mereka sedikit sekali tidur diwaktu malam.dan selalu memohonkan ampunan diwaktu pagi sebelum fajar. dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian (yaitu orang miskin yg tidak mau meminta-minta).

Di dalam ayat-ayat yang mulia ini, Allah menyebutkan tiga ciri orang bertakwa, yaitu: (1) gemar shalat malam, (2) beristighfar di waktu sahur dan (3) memberikan sedekah kepada orang-orang yang miskin papa.

الله اكبرالله اكبرالله اكبر و لله الحمد

Jama’ah shalat iedul fitri rahimakumullah….,

Sifat orang bertakwa yang pertama adalah :

mereka sedikit sekali tidur di waktu malam. Artinya, orang yang bertakwa adalah orang yang gemar shalat malam.

Rasulullah صلى الله عليه وسلم juga pernah bersabda: “Hendaklah kalian mengerjakan shalat malam, karena ia merupakan kebiasaan orang-orang shalih sebelum kalian, mendekatkan diri kalian kepada Allah, menjaga diri dari dosa, menghapus kesalahan dan menghilangkan penyakit dari tubuh.” (HR. at Tirmidzi, Ahmad, al Baihaqi dan al Hakim).

Teladan paling agung dalam masalah ini adalah Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم sendiri. Suatu malam bilal bin rabbah masuk kemasjid nabawi untuk mengumandangkan azan yang pertama, ia melihat Rasulullah صلى الله عليه وسلم berbaring setelah melaksanakan sholat malam (tahajjud) dan berkata, “Shalat wahai Rasulullah.” Tetapi ketika melihat orang yang paling dicintainya menangis sedemikian rupa, Bilal bin Rabbah, shahabat yang menjadi mu’adzin beliau, juga menangis sesenggukan…, dan berkata dengan nada sedu-sedan,

يَا رَسُوْلَ اللهِ لِمَ تَبْكِي وَقَدْ غَفَرَ اللهُ لَكَ مَا تَقَدَّمَ وَمَا تَأَخَّرَ
Wahai Rasulullah, kenapa anda menangis…..padahal bukankah Allah sudah mengampuni dosa anda, baik yang telah lalu maupun yang terkemudian?” Rasulullah صلى الله عليه وسلم menjawab,
أَفَلَا أَكُوْنُ عَبْدًا شَكُوْرًا
Tidak bolehkah aku menjadi hamba yang bersyukur ?.” (Ibnu Hibban, no 620)

Subhanallah. Manusia mulia, yang ma’shum, terhindar dari dosa, dan manusia yang paling baik kualitas imannya dan paling tinggi takwanya saja masih senantiasa melaksanakan shalat malam dengan berlinang air mata. Maka kita, sebagai umat beliau, yang tidak memiliki jaminan sejengkal tempat pun di surga nanti tentu lebih pantas untuk memperbanyak ibadah kita kepada Allah subhanahu wa Ta’ala.

الله اكبرالله اكبرالله اكبر و لله الحمد

Jama’ah shalat iedul fitri yahdikumullah….,

Sifat orang bertakwa yang kedua adalah
(وَبِاْلأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ) “mereka beristighfar di waktu sahur.”

Waktu sahur adalah waktu yang penuh keutamaan, kemuliaan dan kebaikan karena ia termasuk sepertiga malam terakhir, Nabi kita tercinta pernah bersabda:
“Allah Tabaraka wa Ta’ala turun ke langit dunia ketika sepertiga malam yang terakhir. Kemudian Dia berfirman, “Siapa yang berdoa akan aku kabulkan. Siapa yang meminta akan Aku beri. Dan siapa yang memohon ampun akan Aku ampuni.”(HR. Bukhori dan Muslim)

Hadirin wal hadirot rohimakumullah

Adakah yang kita harapkan selain ampunan dari Allah atas segala kesalahan dan dosa kita? Para ulama’ menyebutkan bahwa taubat dan beristighfar dari dosa adalah wajib. dan Allah berfirman:

وَمَنْ لَّمْ يَتُبْ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ.....
...dan siapa yang tidak bertaubat maka dia adalah orang yang zhalim.” (al-Hujuraat: 11).

Orang yang tidak bertobat, tidak beristigfar dan tidak mau mengakui kesalahan dengan memohon ampunan Allah adalah orang zhalim. Pikirannya picik, karena tidak mau mengakui dosanya padahal Rasulullah صلى الله عليه وسلم pernah bersabda,

كُلُّ بَنِى آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ
“Setiap anak adam adalah berbuat dosa, dan sebaik-baik orang yang berbuat dosa adalah orang-orang yang mau bertaubat.” (Ibnu Majah, no 4251)

الله اكبرالله اكبرالله اكبر و لله الحمد

Jama’ah shalat Idul Fitri Rahimakumullah….

Adapun sifat yang ketiga adalah,
(وَالْمَحْرُوم وَفِي أَمْوَالِهِمْ حَقُّ لِّلسَّآئِل ) “ dan di dalam hartanya ada hak bagi peminta-minta, dan orang miskin yang menahan diri dari meminta. Maksudnya, ia gemar bersedekah dan memberikan sebagian rizki yang diberikan Allah kepadanya untuk orang lain yang membutuhkan.

Sering kali kita bertanya, “Sedemikian pentingkah bersedekah sehingga Allah selalu mengulang perintah bersedekah ini dalam banyak ayat-Nya?” Jawabannya adalah "Ya". Allah memerintahkan kita untuk bersedekah karena kebaikannya akan kembali kepada diri kita.

Allah berfirman dalam surah al Baqarah: 272.

۞ لَيْسَ عَلَيْكَ هُدٰىهُمْ وَلٰكِنَّ اللّٰهَ يَهْدِيْ مَنْ يَّشَاۤءُ ۗوَمَا تُنْفِقُوْا مِنْ خَيْرٍ فَلِاَنْفُسِكُمْ ۗوَمَا تُنْفِقُوْنَ اِلَّا ابْتِغَاۤءَ وَجْهِ اللّٰهِ ۗوَمَا تُنْفِقُوْا مِنْ خَيْرٍ يُّوَفَّ اِلَيْكُمْ وَاَنْتُمْ لَا تُظْلَمُوْنَ
bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufiq) siapa yang dikehendaki-Nya. dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), Maka pahalanya itu untuk kamu sendiri. dan janganlah kamu membelanjakan sesuatu melainkan karena mencari keridhaan Allah. dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan, niscaya kamu akan diberi pahalanya dengan cukup sedang kamu sedikitpun tidak akan dianiaya (dirugikan).

الله اكبرالله اكبرالله اكبر و لله الحمد

Jama’ah shalat Idul Fitri Rahimakumullah

Diriwayatkan bahwa pada suatu hari, ada seseorang yang meninggal dunia. Dan ketika dipekuburan, ada seorang shalih bertanya kepada orang yang di sampingnya,
“Kamu tahu, apa yang diinginkan oleh si fulan yang sedang dikuburkan ini?”
“Ya.”
“Apa itu?”
“Ia pasti ingin dikembalikan ke dunia, agar bisa menambah pundi-pundi amal kebajikannya.”
“Kamu benar, tetapi itu tidak mungkin.

Oleh karenanya, mumpung kita masih hidup dan diberi kesempatan oleh Allah mari kita memperbanyak amal shaleh kita.”Tidak ada orang yang meninggal kecuali ia ingin kembali ke dunia; kalau ia orang baik, ia ingin kembali ke dunia untuk menambah amal shalihnya agar bisa meninggikan derajatnya di sisi Allah, sedang kalau ia orang fajir/ pendosa, ia juga ingin kembali ke dunia untuk beramal shaleh sebanyak-banyaknya agar bisa memperingan siksanya.

Sufyan bin Uyainah Rahimahulloh berkata,

أَّشَدُّ النَّاسِ حَسْرَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ ثَلَاثَةٌ
رَجُلٌ كَانَ لَهُ عَبْدٌ فَجَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَفْضَلُ عَمَلًا مِنْهُ
وَرَجُلٌ لُهُ مَالٌ فَلَمْ يَتَصَدَّقْ مِنْهُ فَمَاتَ فَوَرَّثَهُ فَتَصَدَّقَ مِنْهُ
وَرَجُلٌ عَالِمٌ لَمْ يَنْتَفِعْ بِعِلْمِهِ فَعَلَّمَ غَيْرَهُ فَانْتَفَعَ بِهِ

“Orang yang paling besar penyesalannya pada hari kiamat nanti ada tiga, yaitu:
1. Seorang tuan yang memiliki budak, namun ternyata pada hari kiamat nanti amal budaknya lebih baik daripada amalnya.
2. Orang yang memiki harta namun ia tidak menyedekahkannya, lalu ia meninggal dunia sehingga hartanya diwariskan kepada ahli warisnya dan mereka menyedekahkannya.
dan 3. Seorang alim (berilmu) yang tidak mengamalkan ilmunya, lalu ia mengajarkan kepada orang lain sedang ia (orang lain itu) yang mengamalkannya.” ( Shifatush Shafwah : 2/235).

Dan terkhusus kepada segenap ibu-ibu dan semua kaum wanita…, kami berwasiat sebagaimana apa yang dinasehatkan oleh Rasulullah صلى الله عليه وسلم. Setelah beliau menyampaikan khotbah Idul fitri, beliau mendatangi kaum wanita dan bersabda,

يَا مَعْشَرَ النِّسَاءِ تَصَدَّقْنَ ، فَإِنِّى أُرِيتُكُنَّ أَكْثَرَ أَهْلِ النَّارِ
“Wahai segenap kaum wanita…, bersedekahlah, dan perbanyaklah istighfar karena aku melihat kalian adalah mayoritas penghuni neraka.”
وَبِمَ يَا رَسُولَ اللَّهِ
Karena sebab apa wahai Rasulullah?” tanya mereka.
تُكْثِرْنَ اللَّعْنَ ، وَتَكْفُرْنَ الْعَشِيرَ
Karena kalian banyak melaknat dan mengkufuri pemberian suami". Jawab Rasulullah صلى الله عليه وسلم. (HR. Bukhari-Muslim).

الله اكبرالله اكبرالله اكبر و لله الحمد

Itulah tiga sifat orang bertakwa yang dijanjikan surga oleh Allah Ta’ala. Surga itu, Ma la ‘ainun ro’at wa la udzunun sami’at wa la khothoro ala qolbil basyar…., artinya kenikmatan surga itu tidak terlihat oleh mata, tidak pernah terdengar oleh telinga dan tidak pernah terlintas oleh hati sanubari manusia. Semoga kita dimudahkan dan diberi taufik oleh Allah untuk mengamalkan amalan-amalan ahli surga ini. Amin.

الله اكبرالله اكبرالله اكبر و لله الحمد

Jama’ah idul fitri rohimakumullah

Menutup uraian khutbah ini saya ingin menyampaikan suatu percakapan yang sangat indah untuk menjadi pelajaran bagi kita. Percakapan antara Imam al-Ghozali dengan murid-muridnya. Imam al-Ghozali mengajukan enam soal kepada murid-muridnya tersebut

Soal pertama

Apakah yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini? Murid-muridnya ada yang menjawab : Orang tua, Guru, Teman dan Kaum kerabat.

Imam Ghazali berkata Semua jawaban itu benar. Tetapi yang paling dekat dengan kita ialah MATI. Sebab itu janji Allah bahawa setiap yang bernyawa pasti akan mati. Firman Allah

كُلُّ نَفْسٍ ذَاۤىِٕقَةُ الْمَوْتِۗ وَاِنَّمَا تُوَفَّوْنَ اُجُوْرَكُمْ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ ۗ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَاُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَآ اِلَّا مَتَاعُ الْغُرُوْرِ
tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. dan Sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, Maka sungguh ia telah beruntung. kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan”. ( Surah Ali- Imran:185).

Soal kedua

Apa yang paling jauh dari kita di dunia ini ? Murid-muridnya ada yang menjawab : Negeri Cina, Bulan, Matahari, Bintang-bintang, dll
Iman Ghazali berkata: Semua jawaban itu benar. Tetapi yang paling benar adalah MASA LALU. Bagaimanapun kita, apapun kendaraan kita, tetap kita tidak akan dapat kembali ke masa yang lalu. Oleh sebab itu kita harus menjaga hari ini, hari esok dan hari-hari yang akan datang dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran Agama.p> Soal ketiga

Apa yang paling besar di dunia ini ? Murid-muridnya ada yang menjawab :Gunung, Matahari, Bumi, dll
Imam Ghazali berkata : Semua jawaban itu benar, tapi yang besar sekali adalah HAWA NAFSU. Firman Allah

وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيْرًا مِّنَ الْجِنِّ وَالْاِنْسِۖ لَهُمْ قُلُوْبٌ لَّا يَفْقَهُوْنَ بِهَاۖ وَلَهُمْ اَعْيُنٌ لَّا يُبْصِرُوْنَ بِهَاۖ وَلَهُمْ اٰذَانٌ لَّا يَسْمَعُوْنَ بِهَاۗ اُولٰۤىِٕكَ كَالْاَنْعَامِ بَلْ هُمْ اَضَلُّ ۗ اُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْغٰفِلُوْنَ
. “dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai”.(Surah Al A’raf: 179).

Maka kita harus hati-hati dengan nafsu kita, jangan sampai nafsu kita yang membawa kita ke neraka.

Soal keempat

Apa yang paling berat di dunia? Murid-muridnya ada yang menjawab : Baja. Besi, batu, Gajah, dll
Imam Ghazali berkata: Semua itu benar, tapi yang paling berat adalah MEMEGANG AMANAH. Firman Allah

اِنَّا عَرَضْنَا الْاَمَانَةَ عَلَى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَالْجِبَالِ فَاَبَيْنَ اَنْ يَّحْمِلْنَهَا وَاَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْاِنْسَانُۗ اِنَّهٗ كَانَ ظَلُوْمًا جَهُوْلًا
Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu Amat zalim dan Amat bodoh,{Yang dimaksud dengan amanat di sini ialah tugas-tugas keagamaan}.(Surah Al-Ahzab : 72 ).

Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, dan malaikat semua tidak mampu ketika Allah SWT meminta mereka menjadi khalifah(pemimpin) di dunia ini. Tetapi manusia dengan sombongnya berebut-rebut menyanggupi permintaan Allah SWT sehingga banyak manusia masuk ke neraka karena gagal memegang amanah.

Soal kelima

Apa yang paling ringan di dunia ini ? Murid-muridnya ada yang menjawab :Kapas, Angin, Debu, dll
Imam Ghazali berkata: Semua jawaban kamu itu benar, tapi yang paling ringan sekali didunia ini adalah MENINGGALKAN SOLAT. Gara-gara pekerjaan kita atau urusan dunia, kita dengan enteng meninggalkan sholat

Soal keenam

Apa yang paling tajam sekali didunia ini ? Murid-Murid dengan serentak menjawab : Pedang
Imam Ghazali berkata: Itu benar, tapi yang paling tajam sekali didunia ini adalah LIDAH MANUSIA. Karena melalui lidah, manusia dengan mudahnya menyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri, lidah bisa berbohong, ado domba dan memfitnah”

الله اكبرالله اكبرالله اكبر و لله الحمد

Hadirin wal hadirot rohimakumullah

Demikian khutbah kali ini, semoga apa-apa yang sudah disampaikan tadi dapat menjadi bahan renungan bagi diri kita untuk menjadi lebih baik dimasa-masa yang akan datang, dan semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan taufik dan hidayah-Nya kepada kita semua. Amin ya robbal ‘alamin. Akhir kata, selamat hari raya ‘idul fitri 1432 H, minal ‘aidin wal fa~izin, mohon maaf lahir dan bathin.

.................................................................................................................

Mari kita berdo'a bersama-sama.

Ya Allah, di hari yang fitri ini kami datang menghadap kepada Mu dengan penuh penyesalan atas keingkaran kami terhadap Engkau. Dari romadhon ke romadhon, tentunya banyak sudah dosa dan kesalahan yang kami perbuat, Oleh karena itu ya Allah ya Ghoffar, ampunilah segala dosa-dosa kami, dosa kedua orang tua kami, dan dosa saudara-saudara kami ummat islam baik yang masih hidup maupun yang sudah mendahului kami menghadap Mu. Dan Terhadap keluarga kami yang sudah berpulang menghadapmu ya Allah, maka kami mohon jauhkan mereka dari siksa kubur dan siksa api neraka.

Ya Allah setelah sebulan lamanya kami berpuasa, dan semua itu kami lakukan adalah semata-mata untuk mengaharap ridhoMu. Kamii menyadari bahwa puasa yang kami lakukan itu tidak sepenuhnya sempurna, seringkali disaat sedang berpuasa kami berbuat salah, hati kami masih terselip kemarahan, kedengkian, kebencian dan kemunafikan, sering pula kami berbuat hal-hal yang sia-sia yang merusak pahala puasa kami. Di hari ini ya Allah kami datang mengadukan hal kami ini seraya memohon ampunan kepada Mu dan terimalah ibadah kami.

Ya Allah ya Arhamarrohimin, kasihanilah kami, berikan kekuatan kepada kami untuk selalu taat kepada Mu, tunjukkan kepada kami bahwa yang benar itu adalah benar dan berikan kekuatan kepada kami untuk menerima dan melaksanakannya, dan tunjukkan pula kepada kami bahwa yang salah itu adalah salah serta berikan kekuatan kepada kami untuk menolaknya.

Posting Komentar untuk "khutbah idul fitri, kembali kepada fitrah"