Khutbah Jumat Singkat Renungan Di Bulan Muharram

Muhasabah Di Bulan Muharam
Mukaddimah silahkan ditambahkan sendiri
Hadirin yang berbahagia

Perputaran waktu terus bergulir seiring dengan perputaran matahari dan bulan. Dari hari ke hari, minggu ke minggu dan bulan ke bulan, dan tanpa terasa kita telah sampai pada hari ke 11 bulan Muharam tahun 1443 H.

Bulan Muharrom merupakan bulan pertama dalam kalender hijriyah. Sehingga sering kali dijadikan tolak ukur untuk menilai ataupun mengevaluasi apa yang telah dilaksanakan serta merencanakan apa yang akan dilaksanakan.

Hadirin yang berbahagia

Dengan telah bergantinya tahun, berarti telah bertambah hitungan umur kita. Sejalan dengan itu, maka jatah yang telah Allah tetapkan semakin berkurang. Sehingga, di awal tahun ini mari kita memperbanyak tafakur, merenung untuk bermuhasabah atau mengoreksi diri untuk selanjutnya berusaha melakukan perbaikan-perbaikan.

Merenunglah, koreksilah bagaimana ibadah kita tahun lalu. Koreksilah, bagaimana kualitas iman kita kepada Allah.. hitunglah, berapa banyak maksiat yang telah kita lakukan.

Mari kita ulang-ulangi firman Allah dalam surah al-Hasyr: 18

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَلۡتَنظُرۡ نَفۡسٞ مَّا قَدَّمَتۡ لِغَدٖۖ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرُۢ بِمَا تَعۡمَلُونَ
18. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Hadirin yang berbahagia

Setiap detak jarum jam, setiap terbenamnya matahari yang merupakan pergantian hari menurut penanggalan Islam, semuanya itu sejatinya merupakan perjalanan hidup kita menuju kematian.

Coba perhatikan shaf sholat kita hari ini. Lihat ke kiri dan ke kanan. Di mana sahabat kita yang biasanya berjama’ah bersama kita.

Perhatikan dalam anggota keluarga kita,. Ke mana saudara kita yang biasanya kita lihat senyumnya. Kemana ayah atau ibu, yang kemarin masih sempat kita cium tangan keriput mereka. Kemana kakak atau adik Kita, yang kemarin kita masih bisa bersenda gurau dengannya.

Perhatikan pula lingkungan masyarakat kita, kemana Fulan yang biasanya bersama-sama dalam sebuah kegiatan.. jawabannya, mereka telah menjumpai sesuatu yang pasti, yakni kematian. Sehingga para ulama mengatakan bahwa kematian itu adalah sebaik-baik nasihat.

Hadirin yang berbahagia

Kita meyakini bahwa mati itu pasti. Namun mengapa kita masih lalai untuk mempersiapkan bekal. Di dunia ini, seseorang yang akan melakukan perjalanan ke suatu daerah yang mungkin membutuhkan waktu beberapa hari, maka pasti ia akan membawa bekal yang cukup agar tidak kesulitan dalam perjalanan.

Lantas mengapa untuk suatu perjalanan yang sangat panjang, menuju suatu tempat yang asing, serta penuh dengan fitnah dan ujian kita berani tanpa membawa bekal dan teman. Bekal dan teman dalam perjalanan yang sangat panjang itu adalah amal sholeh.

….. وَتَزَوَّدُواْ فَإِنَّ خَيۡرَ ٱلزَّادِ ٱلتَّقۡوَىٰۖ وَٱتَّقُونِ يَٰٓأُوْلِي ٱلۡأَلۡبَٰبِ
Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal. (al-Baqoroh:197)

Hadirin yang berbahagia

Kematian tidak mengenal umur. Juga tidak memilih yang sehat ataupun sakit. Tidak pernah diberitahukan kapan, di mana dan dalam keadaan bagaimana.

Beruntunglah orang yang jika saat ajal menjemutnya ia sedang atau telah melaksanakan kebaikan. Namun, dapat kita bayangkan seandainya ajal datang di saat kita sedang melakukan maksiat. Saat ajal datang kita belum bertaubat.

Kita tentunya sudah sering mendengar nasihat tentang bagaimana dahsyatnya ketika sakarotul maut. Bagaimana ngerinya kehidupan di alam kubur. Juga bagimana dahsyatnya hari kiamat.

Oleh karenanya, lewat mimbar yang mulia ini, saya mengajak kepada saudara-saudara ku kaum muslimin, jangan lengah dalam menjalani kehidupan ini. Allah masih memberikan kesempatan, maka pergunakan sebaik-baiknya.

حَتَّىٰٓ إِذَا جَآءَ أَحَدَهُمُ ٱلۡمَوۡتُ قَالَ رَبِّ ٱرۡجِعُونِ لَعَلِّيٓ أَعۡمَلُ صَٰلِحٗا فِيمَا تَرَكۡتُۚ كَلَّآۚ إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَآئِلُهَاۖ وَمِن وَرَآئِهِم بَرۡزَخٌ إِلَىٰ يَوۡمِ يُبۡعَثُونَ
(Demikianlah Keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, Dia berkata: "Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia). Agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah Perkataan yang diucapkannya saja. dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan (al-Mukminun:99-100)

Perbaiki sholat kita diawali dengan memperbaiki istinja’ dan wudhu’. Jangan pernah menyekutukan Allah dengan apapun. Perbanyaklah membaca al-qur’an sebab bacaan al-qur’an akan menerangi kubur kita.

Bersedekahlah, sebab sedekah kita di dunia ini akan menjadi tameng dari azab kubur. Dan penyesalan terbesar dari ummat manusia ketika telah masuk ke alam kubur adalah mengapa dulu ketika masih di dunia tidak mau bersedekah.

وَأَنفِقُواْ مِن مَّا رَزَقۡنَٰكُم مِّن قَبۡلِ أَن يَأۡتِيَ أَحَدَكُمُ ٱلۡمَوۡتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوۡلَآ أَخَّرۡتَنِيٓ إِلَىٰٓ أَجَلٖ قَرِيبٖ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُن مِّنَ ٱلصَّٰلِحِينَ
dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: "Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku Termasuk orang-orang yang saleh?" (al-Munafiqun:10)

Infakkan harta di jalan Allah sehingga menjadi amal jariyah yang pahalanya terus mengalir walau kita telah mati. Didiklah anak dengan pendidikan agama agar mereka terus mendo’akan orang tuanya.

Perbaiki hubungan dengan sesama manusia, sebab, pepatah mengatakan “gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, dan manusia mati meninggalkan nama”.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan taufik dan hidayahnya kepada kita semua, dan menjadikan perkataan kita ketika datang ajal adalah kalimat laa ilaa ha illaAllah, mati dalam keadaan husnul khotimah. Aamiin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَلَّ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

Posting Komentar untuk "Khutbah Jumat Singkat Renungan Di Bulan Muharram"