Khutbah 'Idul Adha 1437 H

Contoh atau konsep khutbah 'idul adhha 1437 H dengan judul Mengambil Pelajaran dari Kisah Keluarga Nabi Ibrahim, silahkan bagi yang berminat dan semoga bermanfaat bagi sesama

KHUTBAH IDUL ADHHA 1437 H

Mentauladani Pengorbanan Nabi Ibrahim 'alahis salam

السلام عليكم ورحمة الله وبر كاته
   
الله اكبر، الله اكبر، الله اكبر، الله اكبر، الله اكبر، الله اكبر، الله اكبر، الله اكبر، الله اكبر،  لا إله إلا الله والله اكبر، الله اكبر و لله الحمد .
اَلْحَمْدُ لِلّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ, وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ . اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَباَرِكْ وأَنْعِمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَاَصْحَابِهِ اَجْمَعِيْنَ. اَمَّا بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ اللهِ : اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَ اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Hadirin wal hadirat jama’ah shalat ‘idul adha yang dimuliakan Allah.

Alhamdulillah, segala puji dan syukur hanyalah bagi Allah Subahanahu Wa Ta’ala, Tuhan semesta alam yang senantiasa menganugerahkan nikmat-Nya kepada kita semua. Nikmat yang tak terhitung banyaknya, hingga yang paling utama dan paling besar adalah nikmat iman dan Islam yang masih bersemayam di dalam dada kita.

Nikmat yang mampu menjadikan kita tetap menyembah-Nya dengan sepenuh jiwa raga. Nikmat yang mampu mengantarkan kita ke tempat mulia ini, untuk bertakbir, bertahmid, bertahlil, bertasbih, shalat ‘id hingga nanti memotong hewan qurban.

Semoga kita diberi kemampuan oleh Allah Yang Maha Kuasa, untuk senantiasa istiqamah dalam menjaga nikmat iman dan Islam ini, hingga nanti mati dalam keadaan khusnul khatimah. Aamiin.

Untuk itu, maka marilah kita senantiasa berusaha meningkatkan kualitas iman dan taqwa kita kepada Allah, agar Allah berkenan mengampuni dosa-dosa kita, seperti janji-Nya di dalam surah al-Ahzab : 70 - 71:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًاۙ يُّصْلِحْ لَكُمْ اَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْۗ وَمَنْ يُّطِعِ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا
(70). Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar.
(71). Niscaya Dia (Allah) akan memperbaiki amal-amalmu dan mengampuni dosa-dosamu. Siapa yang menaati Allah dan Rasul-Nya, sungguh, dia menang dengan kemenangan yang besar.

Jamaah shalat ‘ied yang berbahagia,

Tatkala kita berjumpa dengan Hari Raya Idul Adha atau Hari Raya Qurban atau hari raya haji, maka kita diajak untuk merenungi kembali kisah keteladanan keluarga Nabi Ibrahim ‘Alaihis Salam. Gambaran sebuah keluarga yang ta’at dan berbakti kepada Allah tanpa pernah menolak sedikitpun perintah-Nya.

Sebuah keluarga yang saling menguatkan dan saling melengkapi dalam beribadah kepada-Nya. Keluarga yang saling mengingatkan, saling menasihati, saling memberi dan saling menjaga agar senantiasa menjadi hamba-hamba Allah.

Keluarga yang sabar, tabah, dan kuat dalam menghadapi berbagai ujian dari Allah. Keluarga yang rela berkorban demi memenuhi perintah Allah. Sekaligus keluarga yang mampu menghadapi godaan syaitan dengan penuh tawakkal kepada Allah SWT.

Lihatlah bagaimana ketika Nabi Ibrahim diperintahkan oleh Allah untuk menempatkan istri beliau yakni Siti Hajar dan puteranya Ismail yang masih bayi, di suatu lembah yang sangat gersang dan tandus, tidak ada siapa-siapa dan tanpa apa-apa. Siti Hajar dan Isma’il hanya dibekali dengan sedikit kurma dan tempat minum berisi air.

Nabi Ibrahim sendiri tidak mengetahui apa sebenarnya maksud dari perintah Allah untuk meninggalkan istri dan putranya yang masih bayi di suatu tempat yang tidak ada manusia lain, tidak ada sumber air dan makanan, namun perintah itu tetap dilaksanakannya.

Begitu Nabi Ibrahim hendak berangkat kembali ke wilayah Palestina, Siti Hajar mengikutinya dan bertanya, “Hendak kemanakah engkau wahai Nabiyullah Ibrahim? Engkau meninggalkan kami di lembah yang tiada siapapun atau apa pun?” Hajar mengulang pertanyaannya beberapa kali

Saat itu Nabi Ibrahim hanya diam dan tetap terdiam tanpa jawaban. Padahal betapa Nabi Ibrahim itu orang yang berhati lembut, penyantun lagi penuh kasih kepada keluarganya. Ia tak kuasa menjawab pertanyaan itu dan tak tega melihat kedua manusia yang dicintainya itu, untuk memenuhi perintah Allah agar meninggalkan mereka berdua di tempat terasing tersebut.

Lalu, dengan penuh keimanan pula, Siti Hajar pun akhirnya bertanya, “Apakah Allah yang menyuruh engkau berbuat demikian?” Nabi Ibrahim menjawab. “Benar” . Siti Hajar pun berkata, “Jika demikian, maka Allah tentu tidak akan menelantarkan kami”.

Kemudian Nabi Ibrahim pergi meninggalkan istri dan anaknya itu, tidak begitu jauh berjalan, ia membalikkan badan menghadap ke arah ka’bah dan berdo’a yang do’a ini diabadikan oleh Allah dalam surah al-Baqarah : 126

وَاِذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّ اجْعَلْ هٰذَا بَلَدًا اٰمِنًا وَّارْزُقْ اَهْلَهٗ مِنَ الثَّمَرٰتِ مَنْ اٰمَنَ مِنْهُمْ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِۗ قَالَ وَمَنْ كَفَرَ فَاُمَتِّعُهٗ قَلِيْلًا ثُمَّ اَضْطَرُّهٗٓ اِلٰى عَذَابِ النَّارِ ۗ وَبِئْسَ الْمَصِيْرُ
126. (Ingatlah) ketika Ibrahim berdoa, “Ya Tuhanku, jadikanlah (negeri Makkah) ini negeri yang aman dan berilah rezeki berupa buah-buahan (hasil tanaman, tumbuhan yang bisa dimakan) kepada penduduknya, yaitu orang yang beriman di antara mereka kepada Allah dan hari Akhir.” Dia (Allah) berfirman, “Siapa yang kufur akan Aku beri kesenangan sementara, kemudian akan Aku paksa dia ke dalam azab neraka. Itulah seburuk-buruk tempat kembali.”

Do’a Nabi Ibrahim ini dikabulkan Allah. Bahkan bukan hanya kepada orang yang beriman saja, orang yang ingkar pun Allah berikan nikmat. Lanjutan ayat tadi jawaban Allah.

Allah berfirman: "Dan kepada orang yang kafirpun aku beri kesenangan sementara, kemudian aku paksa ia menjalani siksa neraka dan Itulah seburuk-buruk tempat kembali".

Jama'ah shalat ‘id yang berbahagia

Allah tidak akan menyia-nyiakan pengorbanan dan pengabdian hamba-hamba-Nya. Juga karena kepasrahan Siti Hajar dalam menjalankan perintah Allah untuk tinggal di lembah tandus yang kemudian dinamai dengan Bakkah atau Mekkah, lalu Allah menganugerahkan berupa mata air yang tidak pernah kering, yakni air zam-zam.

Dan karena adanya mata air itu pula maka lembah yang tadinya sepi tidak berpenghuni berubah menjadi perkampungan bahkan menjadi kota yang makmur dan aman berkat do’a Nabi Ibrahim serta selalu dikunjungi oleh ummat Islam dari seluruh penjuru dunia.

الله اكبر الله اكبر ولله الحمد
Ujian, cobaan dan perintah Allah bukan hanya sampai di situ. Masih ada lagi ujian yang sangat berat yang mungkin hanya mampu dilakukan oleh Nabi Ibrahim dan puteranya Isma’il.

Nabi Ibrahim dikenal sebagai orang yang sangat dermawan, penyantun, taqwa, dan cinta kepada Allah. Beliau pernah menyembelih 1.000 ekor kambing, 300 ekor lembu, dan 100 ekor unta yang dagingnya dibagi-bagikan kepada fakir miskin. Hal ini membuat orang-orang dan para malaikat sekalipun terheran-heran.

Nabi Ibrahim berkata, “Setiap apapun yang membuat aku dekat dengan Allah, maka tidak ada sesuatu yang berharga bagiku. Demi Allah, jika aku mempunyai seorang anak, niscaya aku pun akan menyembelihnya ke jalan Allah. Jika itu bisa membuatku dekat kepada Allah”. Ketika itu beliau belum memiliki seorang anak pun.

Imam Ibnu Katsir menyebutkan bahwa perkataan Nabi Ibrahim inilah yang kelak menjadi ujian baginya melalui mimpi selama beberapa malam berturut-turut agar mengorbankan puteranya.

Ketika perintah penyembelihan itu datang, usia Isma’il sekitar 7-12 tahun, saat dimana anak sangat dimanja oleh orang tuanya, apalagi nabi Ibrahim sudah bertahun-tahun tidak berjumpa dengan puteranya ini, begitu berjumpa bersamaan dengan perintah penyembelihan.

Kita temukan ini dalam ayat 102 surah ash-Shaffat:

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يٰبُنَيَّ اِنِّيْٓ اَرٰى فِى الْمَنَامِ اَنِّيْٓ اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرٰىۗ
102. Ketika anak itu sampai pada (umur) ia sanggup bekerja bersamanya, ia (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku, sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Pikirkanlah apa pendapatmu?” ....

Hati seorang ayah manakah yang akan tega dan kuat melaksanakan perintah Allah yang sedemikian itu? Lalu, anak seperti apa pula yang sanggup menerima permintaan ayahnya sendiri untuk disembelih.

Masih dalam ayat 102 surah ash-Shaffat, Isma’il kecil menjawab:

قَالَ يٰٓاَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُۖ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْنَ
Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu! Insyaallah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang sabar.”

Pada hari penyembelihan itu Iblis lebih sibuk dan lebih gugup, datang dan kembali. Ia berusaha menggoda mereka, dan berusaha agar penyembelihan tersebut gagal. Iblis menggoda Nabi Ibrahim, namun gagal.

Lalu ia berusaha untuk menggoda Siti Hajar, juga gagal, terakhir Iblis berusaha untuk menggoda Isma’il, namun Nabi Isma’il malah mengambil batu-batu dan melemparkannya kepada Iblis. Kemudian Iblis pun pergi dengan kecewa dan putus asa.

Nah, pada tempat itulah bagi orang yang melaksanakan ibadah haji diwajibkan untuk melempar jumrah sebagaimana yang telah dilakukan oleh Nabi Ismail.

Maka, kejadian selanjutnya Allah sebutkan dalam ayat 103-108 surah ash-Shaffat:

فَلَمَّآ اَسْلَمَا وَتَلَّهٗ لِلْجَبِيْنِۚ وَنَادَيْنٰهُ اَنْ يّٰٓاِبْرٰهِيْمُ ۙ قَدْ صَدَّقْتَ الرُّءْيَا ۚاِنَّا كَذٰلِكَ نَجْزِى الْمُحْسِنِيْنَ اِنَّ هٰذَا لَهُوَ الْبَلٰۤؤُا الْمُبِيْنُ وَفَدَيْنٰهُ بِذِبْحٍ عَظِيْمٍ وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِى الْاٰخِرِيْنَ ۖ
103. Ketika keduanya telah berserah diri dan dia (Ibrahim) meletakkan pelipis anaknya di atas gundukan (untuk melaksanakan perintah Allah),
104. Kami memanggil dia, “Wahai Ibrahim,
105. sungguh, engkau telah membenarkan mimpi itu.” Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat kebaikan.
106. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata.
107. Kami menebusnya dengan seekor (hewan) sembelihan yang besar.*)
*) Peristiwa itu menjadi dasar disyariatkannya penyembelihan hewan kurban pada hari raya Idul adha.
108. Kami mengabadikan untuknya (pujian) pada orang-orang yang datang kemudian.

الله اكبر الله اكبر الله اكبر ولله الحمد
Malaikat Jibril datang dengan membawa seekor domba yang besar dari dalam surga. Kemudian domba tersebut dijadikan tebusan atau ganti Nabi Ismail. Malaikat Jibril merasa kagum akan ketaatan ayah dan anak ini, yakni Nabi Ibrahim dan Nabi Isma’il ‘alaihimas salam sehingga terlontarlah kalimat takbir الله اكبر الله اكبر الله اكبر lalu disambut oleh Nabi Ibrahim لااله الا الله والله اكبر yang kemudian disambung oleh Nabi Isma’il ولله الحمد

Hadirin wal hadirat yang sama-sama mengharap ridha Allah

Lalu, pelajaran apakah yang dapat kita petik dan amalkan dari kisah Keteladanan Keluarga Nabi Ibrahim ini? pelajaran itu antara lain adalah:

1. Di saat kita akan melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, pastinya syetan akan senantiasa menggoda, oleh karena itu lontarlah atau lawanlah godaan itu dengan penuh kesungguhan dan dengan memohon pertolongan Allah SWT.

2. Setiap orang pasti punya rasa cinta dan sayang kepada keluarganya, namun, Allah dan Rasul-Nya harus lebih didahulukan daripada istri dan anak-anak.

3. Harta kekayaan dan anak-anak, serta segala yang kita miliki hanyalah titipan Allah. Karena itu, perlakukan titipan itu dengan sebaik-baiknya. Harta yang kita miliki harus rela kita korbankan demi kepentingan agama. Anak-anak yang kita miliki, harus dididik dengan baik agar tidak durhaka kepada Allah.

4. Bagi kita kaum Muslimin yang memiliki kemampuan untuk berqurban, maka marilah kita berqurban dengan hewan ternak, baik kambing, atau sapi sesuai kemampuan. Allah SWT selaku pembuat syari’at, Maha mengetahui bahwa kita tidak akan mampu berqurban dengan anak kita seperti Nabi Ibrahim.

Dan Allah pun pasti akan mengganti qurban kita dengan pahala sejumlah bulu dan rambut yang ada di hewan qurban kita serta Allah ganti sebagai kendaraan kita menju syurga-Nya. Namun jika kita mampu tetapi tidak mau berkurban, maka Rasulullah SAW mengancam dalam sabda beliau :

“Barang siapa memiliki kelapangan riski, namun tidak menyembelih hewan kurban, maka janganlah ia mendekati tempat shalat kami.” {HR. Imam Ahmad dan Ibnu Majah}

5. Pendidikan agama bagi anak adalah pondasi utama untuk yang menginginkan anak yang shalih. Sebab, Nabi Isma’il tidak akan mau disembelih oleh ayahnya jika dia tidak memiliki kekuatan tauhid dan pengetahuan akan agama Allah yang dibawa oleh Nabi Ibrahim. As

6. Seorang istri dalam sebuah keluarga, sangat menentukan kemana arah bahtera rumah tangga itu akan berlayar. Seorang istri yang beriman dan memiliki pengetahuan agama, tentu akan menjadi istri yang patuh dan taat kepada suami.

Dia juga akan menjadi ibu yang baik bagi anak-anaknya. Dia dengan bekal ilmu yang dimiliki dapat mendidik anak-anaknya agar menjadi anak yang baik, anak yang sopan santun dan berguna bagi agama, nusa dan bangsa. Sebab ketahuilah, bahwa ibu itu adalah madrosatul ula (tempat pendidikan pertama) bagi anak-anaknya.

Namun sebaliknya, jika istri tidak mengamalkan ajaran agama, maka itu akan membawa bahtera rumah tangga menjadi karam. Kita lihat bagaimana kepatuhan Siti Hajar, istri mana yang mau ditinggalkan ditempat gersang dan tidak ada siapa-siapa. Istri mana yang rela anak kesayangannya disembelih oleh suami. Semua itu adalah semata-mata karena iman yang sudah sangat kokoh.

7. Melalui hari raya ‘idul adhha ini, kita ummat Islam juga diajarkan agar memiliki sikap dan rasa rela berkorban demi tegaknya agama ini. jangan menjadi orang yang egois yang hanya mementingkan kesenangan pribadi tanpa memikirkan kesenangan orang lain.

Kita akan merasa marah ketika ada ummat Islam berhasil dimurtadkan oleh ummat agama lain, namun sudahkah kita peduli dengan penderitaan saudara kita itu. Ketika mereka kesusahan, ketika mereka kelaparan, sudahkan kita membantu mereka. Jadi jangan disalahkan apabila mereka dibantu oleh ummat lain dengan jaminan menggadaikan akidah mereka. Kasus pemurtadan seperti ini sangat banyak terjadi di tanah air kita.

الله اكبر  الله اكبر  لااله الا الله والله اكبر الله اكبر  ولله الحمد
Ma’asyiral muslimin wal muslimat, rahimakumullah.

Kemarin, tanggal 9 dzulhijjah, seluruh jama’ah haji berkumpul di padang arafah untuk melaksanakan puncak ibadah haji, yakni wukuf. Mereka datang dari negara, suku dan pangkat sosial yang berbeda-beda, namun memiliki kesamaan dengan menggunkan pakain yang tidak berjahit yang menggambarkan bahwa semua manusia itu dihadapan Allah sama kedudukannya, yang membedakan hanyalah taqwa.

Di padang arafah ini pula, 14 abad yang lalu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersama dengan sekitar 144 ribu para sahabatnya ketika melaksanakan haji wada’ (haji terakhir beliau), Nabi Saw menerima wahyu yang terakhir, yakni surah al-maidah : 3

………ۗ اَلْيَوْمَ اَكْمَلْتُ لَكُمْ دِيْنَكُمْ وَاَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِيْ وَرَضِيْتُ لَكُمُ الْاِسْلَامَ دِيْنًاۗ …….
…..Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridai Islam sebagai agamamu. …….

Di Padang Arafah ini pula Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menyampaikan Khutbatul Wada’, atau khutbah perpisahan, yakni tanggal 9 Dzulhijjah tahun 10 Hijriyah. Karena tahun berikutnya beliau wafat.

Khutbah yang menggetarkan nilai-nilai kemanusiaan, betapa beliau sangat menghargai harga diri seorang Muslim yang tidak boleh tertumpah darah darinya, dan betapa sesama Muslim adalah bersaudara. Jadi adalah suatu kebohongan besar jika hari ini orang-orang barat menggembor-gemborkan masalah HAM, seolah-olah Islam itu adalah agama yang anti HAM, padahal Rasulullah SAW telah terlebih dahulu mencontohkannya.

Di antara khutbah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam  itu adalah:

أَيُّهَا النَّاسُ، إِنَّ دِ مَاءَكُمْ وَأَمْوَالَكُمْ حَرَامٌ عَلَيْكُمْ إِلَى أَنْ تَلْقَوْا رَبَّكُمْ كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا فِى شَهْرِكُمْ هَذَا فِى بَلَدِكُمْ هَذَا.
Artinya : “Wahai manusia, sesungguhnya darah kalian dan harta kalian haram atas kalian hingga kalian bertemu Tuhan kalian (hari Kiamat) seperti keharaman hari kalian ini, di bulan kalian ini, di negeri kalian ini”.
وَإِنَّمَا النِّسَاءُ عِنْدَكُمْ عَوَانٌ، لاَ يَمْلِكْنَ لأَنْفُسِهِنَّ شَيْئًا، وَإِنَّكُمْ إِنَّمَا أَخَذْتُمُوهُنَّ بِأَمَانَةِ اللهِ وَاسْتَحْلَلْتُمْ فُرُوجَهُنَّ بِكَلِمَةِ اللهِ، فَاتَّقُوا اللهَ فِي النِّسَاءِ وَاسْتَوْصُوا بِهِنَّ خَيْرًا.
Artinya: “Dan sesungguhnya perempuan (isteri) di sisi kalian ibarat tawanan, mereka sedikitpun tidak berkuasa atas diri mereka sendiri, dan sesungguhnya kalian mengambil mereka dengan amanah Allah dan kalian menjadikan kemaluan mereka halal (untuk kalian) dengan kalimat Allah, bertaqwalah kalian kepada Allah di dalam urusannya perempuan (isteri), dan nasehatlah dengan baik kepada mereka.”
أَيُّهَا النَّاسُ، إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ وَلاَ يَحِلُّ لامْرِئٍ مَالٌ لأَخِيهِ إِلاَّ عَنْ طَيِّبِ نَفْسٍ مِنْهُ
Artinya: “Wahai manusia, Sesungguhnya orang-orang beriman adalah bersaudara, dan tidak halal bagi seseorang harta saudaranya kecuali disertai kerelaan dirinya”.
تَرَكْتُ فِيكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا كِتَابَ اللهِ وَسُنَّةَ نَبِيِّهِ
Artinya: “Telah aku tinggalkan di kalangan kalian dua perkara yang kalian tidak akan sesat selagi berpegang teguh pada keduanya yaitu Kitab Allah dan Sunnah Nabi-Nya.”
أَيُّهَا النَّاسُ، أَلاَ إِنَّ رَبَّكُمْ وَاحِدٌ، وَإِنَّ أَبَاكُمْ وَاحِدٌ، أَلاَ لاَ فَضْلَ لِعَرَبِيٍّ عَلَى أَعْجَمِيٍّ، وَلاَ لِعَجَمِيٍّ عَلَى عَرَبِيٍّ، وَلاَ لأَحْمَرَ عَلَى أَسْوَدَ، وَلاَ أَسْوَدَ عَلَى أَحْمَرَ إِلاَّ بِالتَّقْوَى.
Artinya: “Wahai manusia, ingatlah sesungguhnya Tuhan kalian itu satu, bapak kalian itu satu, ingatlah tidak ada keutamaan orang Arab melebihi orang A’jam (non-Arab), dan tidak ada keutamaan orang A’jam melebihi orang Arab, dan tidak ada keutamaan orang kulit merah mengalahkan orang kulit hitam, tidak ada keutamaan orang kulit hitam mengalahkan orang kulit merah, melainkan dengan sebab takwa”.

الله اكبر, الله اكبر, لااله الاالله والله اكبر, الله اكبر ولله الحمد

Ma’asyiral muslimin wal muslimat

Akhir dari khutbah ini, secara khusus kepada kaum muslimat, Khatib pesankan kepada kalian pandai-pandailah bersyukur kepada Allah, berbakti kepada orang tua, meningkatkan infaq dan amal sholih, serta tidak ketinggalan menopang perjuangan jihad fi sabilillah. Seperti dukungan Siti Hajar pada Nabi Ibrahim ‘Alaihis Salam.

Tidak lupa, perbanyaklah berterima kasih kepada suami yang dengan takdir Allah sebagai pimpinan di rumah tangga kalian, apapun dan bagaimanapun keadaannya, itulah pimpinan kalian wahai kaum muslimat. Jangan pernah sekali-kali durhaka kepada nya karena itu akan mengantarkan mu menuju neraka.

Jika suami kalian, ayah dari anak-anak kalian, sedang berusaha mencari nafkah, kuatkanlah dan do’akanlah. Juga jika suami kalian, ayah dari anak-anak kalian, sedang dilanda kerugian, masalah, dan musibah, maka sabarkanlah, semangatilah, dan bantu dengan do’a. Atau jika suami kalian, ayah dari anak-anak kalian, sedang terpuruk ke jurang dosa dan maksiat, sadarkanlah, ingatkanlah dengan tetap berbakti kepadanya, do’akanlah, ajaklah untuk bertaubat dan taqarrub kepada Allah.

Semoga kaum muslimat semuanya menjadi wanita shalihat yang diridhai Allah Subhananhu Wa Ta’ala. Amin Yaa Robal ‘alamin.

Demikian khutbah kali ini, semoga bermanfaat bagi kita semua, terima kasih atas segala perhatian dan mohon maaf atas segala kekurangan atau  kata-kata yang tidak pada tempatnya.

با رك الله لى ولكم فى القران العظيم, ونفعنى وايا كم بما فيه من الايا ة والذ كرالحكيم, اقول قولى هذا زاستغفروه انه هوالغفور الرحيم

Khutbah ke 2

اللهُ أَكْبَرُ  اللهُ أَكْبَرُ  اللهُ أَكْبَرُ  اللهُ أَكْبَرُ  اللهُ أَكْبَرُ  اللهُ أَكْبَرُ  اللهُ أَكْبَرُ
لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرُ اللهُ اَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ. الحَمْدُللهِ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَه وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَاَعَزَّ جُنْدَهُ وَحَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَه. أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نبَيَّ بَعْدَه. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَباَرِكْ وأَنْعِمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَاَصْحَابِهِ اَجْمَعِيْنَ. اَمَّا بَعْدُ فَيَا عِباَدَ اللهِ اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ.

Marilah kita tundukkan jiwa, rendahkan hati, untuk munajat doa kepada Allah Yang Maha Kuasa. Pada hari mulia ini, mulai detik ini, marilah kita bertaubat dengan taubatan nasuha, kembali ke jalan yang diridhai-Nya, kembali memperbaiki amal ibadah kita yang selama ini kurang sempurna, kita bergandeng tangan menjalin rasa persaudaraan, kembali tanamkan tekad untuk berjuang demi tegaknya agama Islam ini.

Ingatlah saudara-saudaraku seiman, bahwa kelak kita akan menghadap Allah tanpa ada yang menemani kecuali amal sholih kita sendiri selama kita hidup di dunia yang fana ini. Lalu kita akan mempertanggungjawabkan segala apa yang telah kita katakan dan apa-apa yang sudah kita kerjakan.

الحَمْدُ لله رَبِّ العَلَمِيْنَ. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَباَرِكْ وأَنْعِمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَاَصْحَابِهِ اَجْمَعِيْنَ .أَللَّهُمَّ مُنْزِلَ الْكِتَابِ وَمُجْرِيَ السَّحَابِ وَهَازِمَ اْلأَحْزَابِ اَللَّهُمَّ هْزِمْهُمْ وَانْصُرْنَا عَلَيْهِمْ. أَللَّهُمَّ مُنْزِلَ الْكِتَابِ سَرِيْعَ اْلحِسَابِ اِهْزِمِ اْلأَحْزَابِ أَللَّهُمَّ اهْزِمْهُمْ وَزَلْزِلْهُمْ. أَللَّهُمَّ احْيِ اْلمُسْلِمِيْنَ وَاِمَامَهُمْ بِجَمَاعَةِ اْلمُسْلِمِيْنَ حَيَاةً كَامِلَةً طَيِّبَةً وَارْزُقْهُمْ قُوَّةً غَالِبَةً عَلَى كُلِّ بَاطِلٍ وَظَالِمٍ وَسُوْءٍ وَفَاحِشٍ وَمُنْكَرٍ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ .رَبَّنَا ءَامَنَّا بِمَا أَنْزَلْتَ وَاتَّبَعْنَا الرَّسُولَ فَاكْتُبْنَا مَعَ الشَّاهِدِينَ. رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ. اللَّهُمَّ انْجِ الْمُسْلِمِيْنَ. اللَّهُمَّ انْجِ الْمُؤْمِنِيْنَ فىِ بِلاَدِ الْعِرَاقِ وَأَفْغَانِسْتَانِ وَسُورِيَة وَرَاهِنْياَ وَفَلَسْطِيْنَ خَاصَّةً, وَفىِ بُلْدَانِ اْلمُؤْمِنِيْنَ عَامَّةً. اللَّهُمَّ اشْدُدْ وَطْأ َتَكَ عَلَى كُفَّارِ أَمِيْرِكَ وَيَهُوْدِ إِسْرَائِيْلَ وَشُرَكَائِهِمْ. اللَّهُمَّ وَشَطَّطْ شَمْلَهُمْ وَفَرِّقْ جَمْعَهُمْ اللَّهُمَّ اهْزِمْهُمْ وَزَلْزِلْهُمْ. رَبَّنَا اَتِنَا فِىْ الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى ْالأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَ أَدْخِلْنَا الْجَنَّةَ مَعَ اْلأَبْرَارِ يَا عَزِيْزٌ يَا غَفَّارٌ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَ الْحَمْدُ للهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ. تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّاوَمِنْكُمْ, تَقَبَّلْ يَاكَرِيْم

berapa bagian isi khutbah ini hasil membaca : mirajnews.com

Posting Komentar untuk "Khutbah 'Idul Adha 1437 H"