Khutbah Jum'at : Didiklah Anakmu
Mengawali khutbah jum'at ini, marilah kita terus berusaha untuk menjadi orang yang bersyukur atas segala nikmat yang telah Allah berikan kepada kita. Sebab sangat banyak nikmat yang telah Allah karuniakan dan Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman:
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (QS. Ibrahim: 7)
Dan tanda bahwa kita bersyukur atas segala nikmat itu adalah dengan terus berusaha meningkatkan ketaqwaan kepada Allah. Baik kwantitas maupun kwalitas, jumlah ataupun mutunya
Hadirin yang dimuliakan Allah.
Pada khutbah kita kali ini, saya akan menyampaikan mengenai pendidikan anak walaupun saya tahu sudah banyak khotib yang membahas tema tersebut.
Anak merupakan penghias mata dan hati bagi orang tuanya. Kehadiran anak dalam keluarga akan semakin mempererat cinta kasih diantara suami istri. Selain itu, anak adalah amanah yang dibebankan atas orang tua yang tidak boleh disia-siakan. Seseorang yang dititipi amanah harus menjaga dengan baik kondisi titipan agar tidak rusak. Sebab orang tua kelak pada hari kiamat akan ditanya tentang tanggung jawabnya.
Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:
Setiap anak itu terlahir dalam keadaan fitrah. Kewajiban orang tuanya untuk mendidik dan menjaga agar tidak menyimpang dari akidah yang lurus, agar selamat dari siksa api neraka. Selain itu, anak yang shalih akan menjadi modal investasi pahala bagi kedua orang tuanya.
Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman:
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS. At-Tahrim: 6)
Saidina Ali Ra. berkata dalam menafsiri ayat ini: “Didik dan ajarilah mereka”.
Hadirin jamaah Jum’at yang dimuliakan Allah.
Maka, mulai sekarang hendaknya para orang tua sadar terhadap kewajiban mereka untuk mendidik anak-anak mereka agar menjadi hamba Allah yang taat. Selain diserahkan kepada lembaga pendidikan, orang tua juga wajib memberikan contoh yang baik dan nasihat dengan lemah lembut.
Jangan biarkan mereka menghabiskan waktunya dengan bermain-main, jangan berkata-kata kotor di depan meraka, awasi apa yang mereka baca dan apa yang mereka tonton, karena semua itu akan membekas dalam otak mereka dan akan mengubah perilakunya.
Kita ketahui sendiri bagaimana tayangan televisi sekarang ini sangat berpengaruh terhadap kelakuan mereka, apa yang mereka lihat akan ingin mereka praktikkan, terutama tayangan tv yang jelas-jelas berisi tentang suatu agama selain Islam, di sini saya katakan, larang anak-anak kita untuk menonton tayangan yang bisa merusak akidah dan akhlaq mereka.
Kelalaian dalam hal ini, berarti pengkhianatan terhadap amanat dari Allah. Ingatlah akibat yang akan menimpa kita dan keluarga di akhirat kelak jika kita lalai akan pendidikan agamanya.
Dari mimbar ini kami ingatkan kembali, marilah kita mulai dengan memberikan perhatian yang besar terhadap pendidikan anak kita.
Al-Qur’an telah bercerita tentang kisah seorang ayah yang mendidik anaknya agar mengenal Allah dan tidak menyekutukan-Nya. Dialah Luqmanul Hakim, yang dimuliakan Allah Swt dengan diabadikan nama dan perkataannya di dalam Al-Qur’an. Untuk lebih jelasnya silahkan baca terjemahan al-qur’an surah Luqman ayat 12-19.
Dalam ayat tersebut, Luqmanul Hakim memulai pelajaran bagi anaknya agar senantiasa bersyukur kepada Allah, karena barang siapa yang bersyukur kepada Allah, pada hakikatnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri, barang siapa yang ingkar atau kufur, maka sesungguhnya Allah itu Maha Kaya lagi Maha Terpuji.
Kemudian pelajaran dilanjutkan agar anaknya meng-Esakan Allah serta tidak menyekutukan-Nya dengan apapun, kemudian dilanjutkan dengan kewajiban berbakti dan taat kepada orang tua selama perintah orang tua itu tidak menentang aturan Allah. Menghormati ibu sebab ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah dan payah serta menyusuinya selama 2 tahun.
Pelajaran berikutnya adalah keyakinan akan datangnya hari pembalasan, bahwa tidak ada amal yang dikerjakan selama di dunia ini melainkan Allah akan membalasnya di akhirat kelak.
Lalu dilanjutkan dengan penjelasan agar mendirikan sholat, amar ma’ruf dan nahi mungkar serta sikap sabar dalam pelaksanaan amar ma’ruf nahi munkar tersebut.
Berikutnya beliau mengajari anaknya menganai adab-adab dalam kehidupan sehari-hari. Di antaranya adalah jangan memalingkan wajah ketika berbicara dengan orang lain, sebab ini sebab itu merupakan suatu kesombongan. Beliau juga melarang anaknya berjalan di muka bumi dengan angkuh sebab Allah swt tidak menyukai orang-orang yang sombong.
Pelajaran berikutnya adalah Lukmanul Hakim mengajari anaknya agar sederhana dalam berjalan, tidak terlalu lambat ataupun terlalu cepat. Dan nasihat yang terakhir adalah agar anaknya merendahkan suara, tidak dengan suara keras yang dapat menyinggung perasaan orang lain.
Demikianlah wasiat Luqmanul Hakim kepada anaknya, yang penuh dengan hikmah dan manfaat bagi buah hatinya dalam menempuh jalan kehidupan yang penuh onak dan duri, sehingga akan selamat hidup di dunia dan selamat pula di akhirat kelak.
Cukuplah kiranya perkataan Lukmanul Hakim tadi yang mengajari anaknya menjadi contoh bagi kita selaku kepala keluarga. Memenuhi kebutuhan jasmani mereka yang memang penting, namun harus diingat pula, kebutuhan rohani mereka yang meliputi pendidikan agama jauh lebih penting.
Jamaah Jum’at yang berbahagia.
Jangan pernah meninggalkan generasi yang bodoh akan agamanya, sungguh sangat menyedihkan ketika seorang ayah atau ibu mati, anak-anaknya hanya duduk di luar masjid menunggu sampai sholat jenazah selesai dilaksanakan, sebab apa? Karena dia tidak mengetahui bagaimana tatacara sholat jenazah itu. Nastaghfirullah.
Padahal Do’a anak yang shalih adalah yang sangat diharapkan oleh orang tua yang sudah meninggalkan dunia ini, bukan kuburan yang dihias dengan kijing yang mahal.
Intinya, bagaimana seorang anak kelak ketika dewasa adalah bergantung dengan bagaimana orang tuanya mengarah ketika sang anak masih kecil.
Lalu bagaimana jika sang anak sekarang telah besar ? memang agak susah untuk mengarahkan jika anak sudah besar, namun orang tua tidak boleh menyerah di hadapan anak-anaknya, sebab suatu pertanda kecelakaan besar apabila sang ayah sudah tunduk di bawah keinginan anak-anaknya.
Tidak ada kata terlambat untuk memperbaiki semua kesalahan itu. Semoga uraian ini memberikan kesadaran dan perbaikan bagi kita dalam mendidik anak ke depan.
Posting Komentar untuk "Khutbah Jum'at : Didiklah Anakmu"
Saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan artikel di atas.