Khutbah Jum'at : Pentingnya Memurnikan Tauhid

Ma'asyirol Muslimin rahimakumullah ...

Syukur alhamdulillah kita masih dapat berkumpul bersama di masjid ini untuk melaksanakan sholat jum'at berjama'ah. Oleh karena itu mari kita senantiasa meningkatkan kualitas iman dan taqwa kepada Allah swt.

Ma'asyirol Muslimin rahimakumullah ...

Khutbah kita kali ini adalah menyambung khutbah yang terdahulu, yaitu mengenai tauhid kepada Allah dan menjauhi kesyirikan dengan berlandaskan pada Firman Allah Swt dalam Q.S An-Nisa : 116

اِنَّ اللّٰهَ لَا يَغْفِرُ اَنْ يُّشْرَكَ بِهٖ وَيَغْفِرُ مَا دُوْنَ ذٰلِكَ لِمَنْ يَّشَاۤءُ ۗ وَمَنْ يُّشْرِكْ بِاللّٰهِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلٰلًا ۢ بَعِيْدًا
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) karena mempersekutukan-Nya (syirik), tetapi Dia mengampuni apa (dosa) yang selain (syirik) itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Siapa pun yang mempersekutukan Allah sungguh telah tersesat jauh.

Tauhid adalah pegangan pokok dan sangat menentukan bagi kehidupan manusia, karena tauhid menjadi landasan bagi setiap amal, menurut tuntunan Islam, tauhidlah yang akan menghantarkan manusia kepada kehidupan yang baik dan kebahagiaan yang hakiki di alam akhirat nanti. Dan amal yang tidak dilandasi dengan tauhid akan sia-sia, tidak dikabulkan oleh Allah dan lebih dari itu, amal yang dilandasi dengan syirik akan menyengsarakannya di dunia dan di akhirat. Sebagaimana firman Allah:

وَلَقَدْ اُوْحِيَ اِلَيْكَ وَاِلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكَۚ لَىِٕنْ اَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُوْنَنَّ مِنَ الْخٰسِرِيْنَ بَلِ اللّٰهَ فَاعْبُدْ وَكُنْ مِّنَ الشّٰكِرِيْنَ
65. Sungguh, benar-benar telah diwahyukan kepadamu dan kepada orang-orang (para nabi) sebelummu, “Sungguh, jika engkau mempersekutukan (Allah), niscaya akan gugurlah amalmu dan tentulah engkau termasuk orang-orang yang rugi.
66. Oleh karena itu, sembahlah Allah (saja) dan jadilah engkau termasuk orang-orang yang bersyukur".
(Az-Zumar: 65-66)

Ayyuhal Ikhwan ...

Tauhid bukan sekedar mengenal dan mengerti bahwa pencipta alam semesta ini adalah Allah, bukan sekedar mengetahui bukti-bukti secara akal tentang kebenaran wujud (keberadaan) Allah dan wahdaniyah (keesaan)Nya dan bukan pula sekedar mengenal Asma’ dan sifat-Nya.

Iblis mempercayai bahwa Tuhannya adalah Allah, bahkan mengakui Keesaaan dan Kemahakuasaan Allah dengan permintaannya kepada Allah melalui Asma dan sifat-Nya. Kaum Jahiliyah Kuno yang dihadapi Rasulullah juga meyakini bahwa pencipta, Pengatur, Pemelihara dan Penguasa alam semesta ini adalah Allah. Sebagaimana Allah berfirman:

وَلَىِٕنْ سَاَلْتَهُمْ مَّنْ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ لَيَقُوْلُنَّ اللّٰهُ ۗقُلِ الْحَمْدُ لِلّٰهِ ۗبَلْ اَكْثَرُهُمْ لَا يَعْلَمُوْنَ
Sungguh, jika engkau (Nabi Muhammad) bertanya kepada mereka, “Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?” pasti mereka akan menjawab, “Allah.” Katakanlah, “Segala puji bagi Allah,” tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (Luqman: 25).

Namun kepercayaan mereka dan keyakinan mereka itu belumlah menjadikan mereka sebagai makhluk yang berpredikat Muslim, yang beriman kepada Allah. Dari sini lalu timbullah pertanyaan: “Apakah hakikat tauhid itu?”

Hadirin yang berbahagia ...

Hakikat Tauhid, ialah pemurnian ibadah kepada Allah, yaitu: menghambakan diri hanya kepada Allah secara murni dan konsekuen, dengan mentaati segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya dengan penuh rasa rendah diri, cinta, harap dan takut kepada-Nya. Untuk inilah sebenarnya manusia diciptakan Allah. Dan sesungguhnya misi para Rasul adalah untuk menegakkan tauhid. Mulai Rasul yang pertama, hingga Rasul terakhir, yakni Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم. Sebagaimana firman Allah:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ
Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku. (Adz-Dzariyat: 56).

Sesungguhnya tauhid tercermin dalam kesaksian bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah. Maknanya, tidak ada yang berhak disembah melainkan Allah dan tidak ada ibadah yang benar kecuali ibadah yang sesuai dengan tuntunan Rasul yaitu As-Sunnah. Orang yang mengikrarkannya akan masuk Surga selama tidak dirusak oleh syirik atau kufur akbar.

Sebagaimana firman Allah:

اَلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَلَمْ يَلْبِسُوْٓا اِيْمَانَهُمْ بِظُلْمٍ اُولٰۤىِٕكَ لَهُمُ الْاَمْنُ وَهُمْ مُّهْتَدُوْنَ ࣖ
Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), merekalah orang-orang yang mendapat rasa aman dan mendapat petunjuk. (Al-An’am: 82)

Abdullah bin Mas’ud meriwayatkan:
“Ketika ayat ini turun, para sahabat merasa sedih dan berat. Mereka berkata, siapa di antara kita yang tidak berlaku dzalim kepada diri sendiri..? lalu Rasul menjawab:

لَيْسَ ذَلِكَ، إِنَّمَا هُوَ الشِّرْكُ، أَلَمْ تَسْمَعُوْا قَوْلَ لُقْمَانَ لاِبْنِهِ: {يَا بُنَيَّ لاَ تُشْرِكْ بِاللهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ}. (متفق عليه).
"Yang dimaksud bukan (kedzaliman) itu, tetapi syirik. Tidak-kah kalian mendengar nasihat Luqman kepada puteranya, ‘Wahai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah. Sesungguhnya mempersekutukan Allah benar-benar suatu kedzaliman yang besar".” (Luqman: 13) (Muttafaqun alaih).

Ayat ini memberi kabar gembira kepada orang-orang yang beriman yang mengesakan Allah. Orang-orang yang tidak mencampur-adukkan antara keimanan dengan syirik serta menjauhi segala perbuatan syirik. Sungguh mereka akan mendapatkan keamanan yang sempurna dari siksa Allah di akhirat. Mereka itulah yang mendapatkan petunjuk di dunia.

Jama’ah Jum’ah rahimakumullah ...

Seorang Muslim yang ahli tauhid yang murni dan bersih dari noda-noda syirik serta ikhlas mengucapkan “لا اله الا الله محمد رسو ل الله” maka tauhid kepada Allah menjadi penyebab utama bagi kebahagiaan dirinya, serta menjadi penyebab bagi penghapusan dosa-dosa dan kejahatannya. Sebagaimana telah dijelaskan dalam sabda Rasulullah صلى الله عليه وسلم yang diriwayatkan ‘Ubadah bin Ash-Shamit:

“Barangsiapa bersaksi bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Allah, tiada sekutu bagi-Nya, dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, dan (bersaksi) bahwa Isa adalah hamba Allah, utusanNya dan kalimat yang disampaikanNya kepada Maryam serta ruh dari padaNya, dan (bersaksi pula bahwa) Surga adalah benar adanya dan Nerakapun benar adanya maka Allah pasti akan memasukkan ke dalam Surga, apapun amal yang diperbuatnya". (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Maksudnya, segenap persaksian yang dilakukan oleh seorang Muslim sebagaimana yang terkandung dalam hadist tadi berhak memasukkan dirinya ke Surga. Sekalipun dalam sebagian amal perbuatannya terdapat dosa dan maksiat. Hal ini sebagaimana ditegaskan di dalam hadist qudsi, Allah berfirman:

"Hai anak Adam, seandainya kamu datang kepadaKu dengan membawa dosa sepenuh bumi, sedangkan engkau ketika menemuiKu dalam keadaan tidak menyekutukanKu sedikitpun, niscaya aku berikan kepadamu ampunan sepenuh bumi pula". (HR. At-Tirmidzi dan Adh-Dhiya’, hadist hasan).

Hadist tersebut menegaskan tentang keutamaan tauhid. Tauhid merupakan faktor terpenting bagi kebahagiaan seorang hamba. Tauhid merupakan sarana paling agung untuk melebur dosa-dosa dan maksiat.

Hadirin...

Perjalanan hidup seorang hamba, seringkali terpeleset dan terjerumus kedalam perbuatan-perbuatan atau amalan-amalan yang menyekutukan Allah (Perbuatan Syirik). Sebagai contoh, ketika kita atau keluarga kita sakit, lantas kita berobat kepada dokter dan alhamdulillah sembuh, lantas tanpa sadar sering kita berkata betul-betul dia seorang dokter yang ahli, penyakitku sembuh setelah berobat kepadanya,, astaghfirullah, ayyuhal ikhwan, bukan dokter atau tabib yang menyembuhkan, didalam al-Qur’an banyak ditemukan ayat-ayat yang menerangkan bahwa Allah yang menyembuhkan kita dari sakit, seorang dokter, sehebat apapun dia, tidak akan pernah bisa menyembuhkan tanpa izin Allah Swt.

Contoh lain, ketika kita ditimpa kesusahan, lantas kita berucap, wahai syekh saman, wahai syekh abdul qodir al-jailani, tolonglah aku, maka ini juga merupakan perbuatan menyekutukan Allah, kenapa kita tidak meminta langsung kepada Allah dengan berucap, ya Allah, tolonglah aku, atau kalimat "Ya Hayyu ya qoyyum, birohmatika astaghits"…

Hadirin….

Banyak contoh-contoh perbuatan yang akan mengantarkan kita kepada perbuatan syirik, misalnya mempercayai kekuatan batu cincin, keris, atau misalnya jika menderita kesusahan lantas mendatangi dukun, minta bantuan dukun, padahal dukun itu sendiri dalam prakteknya membangun persekongkolan dengan jin, dan jin dalam menolong manusia tidak ada yang gratis, bayarannya bukan rupiah atau dolar, melainkan perbuatan-perbuatan yang menyimpang dari ajaran Islam.

Disinilah pentingnya kita untuk mengetahui ilmu tauhid, yaitu ilmu yang mempelajari tentang bagaimana mengesakan Allah, esa dalam zat, esa dalam sifat dan esa dalam af’al (perbuatan), dan beribadah hanya kepada Allah swt. Sebab sekali lagi saya ulangi firman Allah di awal tadi, bahwa Allah tidak akan mengampuni dosa-dosa orang yang mati dalam keadaan berbuat syirik dan belum sempat taubat sebelum mati.

Juga termasuk kategori syirik kecil adalah perbuatan riya’ (yaitu orang yang beribadah bukan karena Allah semata, melainkan mengharapkan sanjungan dari orang lain). Padahal jika kita mau merenung, apa perlunya kita beramal karena seseorang, bukan karena Allah, apakah orang lain itu bisa memberikan kita pahala…?apakah orang lain itu bisa memberikan kita jaminan bebas dari siksa neraka…? Sekali-kali tidak.

Hadirin…

Tauhid membentuk kepribadian yang kokoh. Arah hidup-nya jelas, tidak menggantungkan diri kepada selain Allah. Hanya kepada Allah ia berdo’a dalam keadaan lapang atau sempit, meminta pertolongan ataupun perlindungan.

Berbeda dengan seorang musyrik yang hatinya terbagi-bagi untuk tuhan-tuhan dan sesembahan yang banyak. Orang Mukmin menyembah satu Tuhan. Ia mengetahui apa yang membuatNya ridla dan murka. Ia akan melakukan apa yang membuat Allah ridha, sehingga hati menjadi tenteram.

Tauhid mengisi hati para ahlinya dengan keamanan dan ketenangan. Tidak merasa takut kecuali kepada Allah. Tauhid menutup rapat celah-celah kekhawatiran terhadap rizki, jiwa dan keluarga. Ketakutan terhadap manusia, jin, kematian dan lainnya menjadi sirna.

Seorang Mukmin hanya takut kepada Allah. Karena itu ia merasa aman ketika kebanyakan orang merasa ketakutan, ia merasa tenang ketika mereka kalut. Kita ambil contoh Nabi Ibrahim As, ketika sudah berada dalam api yang sangat besar karena dihukum oleh raja Namrud ‘alaihi laknatullah, ketika itu datanglah kepadanya malaikat jibril menawarkan bantuan namun ditolak oleh Nabi Ibrahim dengan mengatakan Hasbunallahu wani’mal wakil.

Tauhid memberikan nilai Rohani kepada pemilik-nya. Karena jiwanya hanya penuh harap kepada Allah, percaya dan tawakal kepadaNya, ridha atas qadar (ketentuan) Nya, sabar atas musibah serta sama sekali tak mengharap sesuatu kepada makhluk. Ia hanya menghadap dan meminta kepada Allah. Bila datang musibah ia segera mengharap kepada Allah agar segera dibebaskan darinya. Ia tidak meminta kepada orang-orang mati. Semboyan hidupnya adalah sabda Rasulullah صلى الله عليه وسلم:

إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللهَ، وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللهِ. (رواه الترمذي وقال حسن صحيح).
"Bila kamu meminta maka mintalah kepada Allah. Dan bila kamu memohon pertolongan maka mohonlah kepada Allah".” (HR. At-Tirmidzi, ia berkata hadits hasan shahih)

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ ........
.................................................................................................................

اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَنَا الَّذِيْ هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الَّتِيْ فِيْهَا مَعَاشُنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِيْ إِلَيْهَا مَعَادُنَا، وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِيْ كُلِّ خَيْرٍ، وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَتَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. أَقِيْمُوا الصَّلاَةَ
(sumber : alsofwah.or.id)

Posting Komentar untuk "Khutbah Jum'at : Pentingnya Memurnikan Tauhid"