khutbah Idul Adha : PENDIDIKAN AKHLAQ BAGI GENERASI MUDA

الله اكبر 9 الله اكبر كبيرا والحمدلله كثيرا وسبحان الله بكرةواصيلا, لااله الا الله والله اكبر الله اكبر ولله الحمد.. الحمد لله, الحمد لله الذي انعم علينا بنعمة لايمان والاسلام. وجعل هذاليوم المعظم لشعا ئر الاسلام. اشهد ان لا ا له الا الله و حده لا شريك له الملك العلام, واشهد ان محمدا عبده ورسوله, امام الهدى ومصباح الظلام. اللهم صل و سلم و با رك على سيدنا محمد وعلى اله واصحابه اجمعين. ا ما بعد. فيا ايهاالاخوان المسلمون و المسلمات رحمكم الله, اوصيكم ونفسي بتقوالله فقد قاذالمتقون , اتقالله حق تقا ته ولا تموتن الا وانتم مسلمون .........الله اكبر 3 ولله الحمد

Saudara-saudara kaum muslimin dan muslimat jama’ah sholat idul adha yang berbahagia.

Tak terasa kita telah memasuki bulan mulia, bulan di dalamnya ada hari raya haji atau ‘idul adha, hari pelaksanaan ibadah haji dan pelaksanaan kurban, yaitu bulan Dzulhijjah.

Untuk itu marilah kita senantiasa bersyukur kepada Allah SWT, Tuhan alam semesta yang telah melimpahkan rahmat dan nikmat-Nya kepada kita semua, sehingga masih bisa berjumpa dengan bulan yang mulia ini, berkumpul bersama di rumah Allah ini untuk melaksanakan sholat ‘id, bersama-sama kita bertakbir, bertahmid, bertahlil dan bertasbih, mengagungkan, merenungi dengan sedalam-dalamnya bahwa betapa agung nya Allah SWT.

Dia lah Allah, Tuhan yang serba Maha, yang telah menciptakan langit tanpa tiang, bumi yang terhampar luas, serta beraneka ragam makhluk ciptaan Allah yang lain baik yang ada di daratan maupun yang ada di lautan. juga rasa syukur atas nikmat-nikmat yang lain yang tentu saja kita tidak akan pernah sanggup untuk menghitungnya. Jadi sudah sepantasnyalah jika kita mengucapkan Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar waliLLahilhamd.

Hadirin wal hadirat yang berbahagia.

Allah Swt di dalam Al Qur’an telah bersumpah dengan malam-malam sepuluh hari awal bulan ini, hal ini membuktikan bahwa waktu ini sangatlah istimewa, memiliki keutamaan yang besar di sisi Allah swt. Ini adalah hari-hari untuk meningkatkan amal shaleh, dan karena itu akan mendapatkan apresiasi yang besar dan balasan yanng melimpah dari sisi Allah swt. Allah berfirman:

والفجر (1) وليا ل عشر (2) والشفع والوتر(3)
“Demi fajar. Dan malam yang sepuluh. Dan yang genap dan yang ganjil.” Al Fajr:1-3.

Pada hari-hari yang mulia ini ada momentum yang sangat berharga, yaitu hari Arafah, siapa yang melaksanakan puasa sunnah pada waktu tersebut, maka dosanya akan diampuni satu tahun yang telah lewat dan satu tahun yang akan datang.

ان رسول الله صلى الله عليه وسلم سئل عن صوم يوم عرفة قال يكفر السنة الماضية والباقية – اخرجه مسلم في الصحيح
“Rasulullah صلى الله عليه وسلم ditanya tentang puasa hari Arafah, beliau menjawab: “Puasa Arafah menghapus dosa satu tahun yang telah lewat dan satu tahun yang akan datang.” Imam Muslim dalam sahihnya.

Hari-hari ini merupakan puncak prosesi ibadah haji, waktu-waktu mahal bagi seseorang yang melaksanakan ibadah ke tanah suci.

Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:

الْعُمْرَةِ يُكَفَّرُ مَا بَيْنَهُمَا جَزَاءٌ إِلَّا الْجَنَّةُ وَالْعُمْرَتَانِ أَوْ الْعُمْرَةُ إِلَى الْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ
“Haji mabrur tiada balasan baginya kecuali surga. Dan dua umrah atau antara umrah satu dengan umrah berikutnya, menghapus kesalahan antara keduanya.” Imam Ahmad dalam musnadnya.

Di antara hari-hari inilah ada yang disebut dengan “Al Hajjul Akbar”, yaitu hari penyembelihan, penyembelihan hewan kurban yang hukumnya sunnah mu’akkadah, sunnah yang sangat dianjurkan oleh Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم. Dilaksanakan setelah shalat Idul Adha pada tanggal 10 Dzulhijjah dan dilanjutkan pada tiga hari berikutnya, 11,12, dan 13 Dzulhijjah, yang dikenal dengan “ayyamun nahr” -hari-hari penyembelihan-.

Rosulullah صلى الله عليه وسلم bersabda :

من كان له سعة فلم يضع فليمت ان شاء يهوديا ولنشاء نصرا نيا
“Barangsiapa memiliki kelapangan rizki, namun tidak mau berkurban, maka mati sajalah ia kalau perlu dalam keadaan yahudi dan kalau perlu dalam keadaan nasrani".

Hadirin wal hadirat yang berbahagia

Pada pagi yang berbahagia ini, kembali kita diajak untuk merenungi suatu peristiwa agung, di mana Allah SWT telah membuktikan cinta kasih-Nya terhadap hamba Nya yang benar-benar tulus dan ikhlas dalam berbakti dan mengabdi kepada Allah SWT. Dua orang Hamba Allah yang imannya Allah Uji, sabar dan ridho dalam menerima segala ujian dari Allah, dia adalah Nabi Allah Ibrahim dan Isma’il 'Alaihimas salam.

Kita semua tahu bahwa Nabi Ibrahim Ridho dan Ikhlas serta mantap hatinya menyembelih anak semata wayangnya, yaitu Isma’il. Si buah hati belahan jantung. Walau begitu besar rasa sayang Nabi Ibrahim kepada anaknya, namun karena itu adalah perintah dari Allah SWT dan demi cintanya kepada Allah jauh lebih besar mengalahkan rasa cinta kepada apapun yang ada di dunia ini, maka perintah itupun ia laksanakan dengan begitu mantap dan yakin tanpa terselip sedikitpun keraguan.

Dapat kita bayangkan, 40 tahun Nabi Ibrahim menikah namun belum juga dikaruniakan oleh Allah seorang anak, namun ia tidak pernah putus asa dalam berdo’a kepada Allah agar dikaruniakan keturunan yang kelak bisa menggantikan serta meneruskan perjuangannya. Do’a itu baru terjawab saat rambut sudah mulai memutih. Allah SWT mengkaruniakan Nabi Isma’il kepada Nabi Ibrahim 'Alaihimas salam. Alangkah senangnya hati, karena apa yang di idam-idamkan selama ini tercapai juga.

Isma’il dididik dan dirawat dengan penuh kasih sayang sehingga ia memiliki Iman yang mantap dan kokoh kepada Allah SWT serta mempunya akhlak yang mulia terhadap orang tua dan masyarakat lingkungannya. Tatkala sang anak sedang lucu-lucunya, ketika Nabi Ibrahim baru saja sudah membangun Ka’bah dengan perintah Allah bersama putranya Isma’il, Allah kembali memberikan atas kepada Nabi Ibrahim As, namun kali ini perintah itu lain dari yang lain dan bukan hal yang biasa.

Perintah tersebut adalah agar Nabi Ibrahim As menyembelih putra kesayangannya, Isma’il As. Perintah tersebut melalui mimpi tiga malam berturut-turut, yaitu pada malam tanggal 8,9 dan 10 bulan Zulhijjah. Harus kita ketahui bahwa mimpi para Nabi itu adalah benar. Maka tanpa ragu-ragu Nabi Ibrahim menyampaikan mimpi tersebut kepada putranya, Isma’il As.

Kisah ini diabadikan oleh Allah SWT di dalam al-Qur'an surah As-Shoffat ayat 102

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يٰبُنَيَّ اِنِّيْٓ اَرٰى فِى الْمَنَامِ اَنِّيْٓ اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرٰىۗ
Artinya : "Maka tatkala anak itu sampai (kepada umur sanggup untuk) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata : hai anak ku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu, maka fikirkanlah apa pendapatmu?".

Hadirin wal hadirot jama’ah idul adha yang dimuliakan Allah

Mendengar perkataan bapaknya itu, lantas apa jawaban dari Nabi Isma’il, apakah ia menolak dan keberatan? Atau membantah dengan tegas? Mari kita simak lanjutan ayat tersebut:

قَالَ يٰٓاَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُۖ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْنَ
Artinya: "Ia (Isma’il) menjawab, Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepada mu. Insya Allah kamu akan mendapati aku termasuk orang-orang yang sabar".

Hadirin yang berbahagia

Ternyata rasa cinta kepada Allah yang berlandaskan Iman yang kokoh jika sudah mendarah daging, akan dapat membuat orang rela mengorbankan segala-galanya demi memenuhi perintah Allah SWT walau harus mati sekalipun. Iman yang mantap juga akan membuat orang rela kehilangan sesuatu yang amat dicintainya demi memenuhi perintah dari Allah yang memang harus lebih dicintai diatas segala-galanya. Karena dari keimanan yang mantap pula akan timbul keyakinan yang mendalam bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan hamba-hamba Nya yang Ikhlas melaksanakan perintah-Nya.

Keyakinan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail As ini dibuktikan oleh Allah SWT setelah keduanya pasrah berserah diri kepada Allah. Silahkan baca QS. As-Shoffat ayat 103-111 sebagai kelanjutan kisah diatas.

Dalam ayat tersebut Allah memanggil Ibrahim karena telah membenarkan mimpi itu, dan Allah pasti akan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik, karena itu suatu ujian yang telah dilaksanakan dengan penuh keikhlasan oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail 'Alaihimas salam, maka Allah menebus nya dengan seekor sembelihan yang besar.

الله اكبر الله اكبر الله اكبر ولله الحمد
Hadirin kaum muslimin wal muslimat rohimakumullah.

Tidak dapat kita uraikan dengan mendetail kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail tadi karena terbatasnya waktu, namun di balik semua itu ada hal yang paling penting untuk kita jadikan bahan renungan bersama, yaitu hikmah apa yang terkandung dalam kisah teladan tersebut kemudian kita jadikan pedoman dalam mengarungi kehidupan ini.

Secara singkat dapat kita katakan ada beberapa poin penting yang patut mendapat perhatian dari kita semua, yaitu :

Pertama , Apa kunci kesuksesan Nabi Ibrahim dalam membina keluarga dan mendidik anaknya.
Kedua, Bagimana kesabaran, pengorbanan dan keikhlasan dari kedua tokoh ini.
Ketiga, Apa tujuan Allah menguji hamba-hamba-Nya.

Hadirin wal hadirot yang berbahagia

Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail adalah manusia teladan yang kisahnya diabadikan oleh Allah dalam Al-Qur’an untuk kita jadikan tauladan jika kita ingin berbahagia hidup di dunia dan di akhirat. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa kebahagiaan adalah dambaan setiap manusia.

Setiap anak Adam bekerja siang malam, pergi pagi pulang petang, kaki jadi kepala kepala jadi kaki demi untuk mencari sesuatu yang dapat membuatnya bahagia. Namum mesti kita ketahui bahwa kebahagiaan itu bukan semata-mata urusan harta, kebahagiaan itu tidak dapat diukur dengan materi, pangkat dan jabatan yang tinggi, sederet gelar akademik, setumpuk uang, anak yang banyak dan cantik-cantik atau tampan-tampan, tetapi kebahagiaan itu adalah urusan hati.

Banyak orang berkata bahwa dengan uang dan harta kita bisa melakukan apa saja, dengan begitu kita akan berbahagia. Apakah benar seperti itu?

Sekali lagi kita katakan bahwa kebahagiaan itu tolak ukurnya bukan pada materi. Lihatlah, tidak sedikit orang yang hidupnya bergelimang harta, uang bertumpuk, pangkat dan jabatan bergengsi, tetapi hatinya tidak pernah merasakan ketenangan, batinnya dipenuhi kegelisahan dan kecemasan, rumah tangga nya berantakan, ada banyak isak dan tangis dari rumah tersebut. Di sisi lain, kita melihat orang yang jika diukur dengan kaca mata materi, hidup mereka serba kekurangan, tetapi senyuman indah selalu menghiasi dirinya. Kebahagiaan dan ketenangan terpancar dari mereka.

Kita semua pasti mendambakan memiliki keluarga yang bahagia seperti keluarga Nabi Ibrahim, ataupun keluarga Nabi Muhammad Rosulullah صلى الله عليه وسلم. Bagimana Nabi Ibrahim ataupun Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم bisa mencapai kebahagiaan dalam keluarganya? Tidak lain dan tidak bukan adalah iman kepada Allah SWT. Suami istri dalam keluarga nabi Allah itu adalah orang yang sholeh dan sholehah, yang berbakti kepada Allah SWT, anak nya adalah anak yang sholeh, yang berbakti kepada Allah dan berbakti kepada kedua orang tua nya.

Coba kita simak kembali bagaimana tanggapan Nabi Ismail terhadap perkataan ayahnya, dia tidak menolak, melainkan pasrah dan meng-iyakan apa yang diucapkan oleh ayahnya tersebut. Bagimana pula dengan sang istri, yaitu Siti Hajar,saat sang anak ingin disembelih? Ia pasrah karena tau itu adalah perintah Allah, sehingga syetan pun tidak mampu menggodanya, peristiwa melontar jumroh ini tiap tahun dilakukan oleh para jamaah haji sebagi napak tilas kisah syetan dilontar karena ingin menggagalkan penyembelihan tersebut.

Hadirin wal hadirot yang berbahagia

Apa rahasia Nabi Ibrahim sehingga sang anak begitu penurutnya, sehingga mati pun ia rela?

Rahasianya adalah pertama sang ayah haruslah menjadi orang yang jujur terhadap keluarganya.

Sebagaimana Nabi Ismail, ia tidak pernah merasa dibohongi oleh ayahnya, sehingga ia yakin betul terhadap apa yang diucapkan oleh ayahnya tersebut. Maka kejujuran seorang ayah terhadap anak dan istrinya sangatlah penting artinya dalam membina suatu rumah tangga serta dalam membentuk watak atau karakter seorang anak.

Kita tahu bahwa anak adalah amanah dari Allah, yang mesti kita didik dan kita sayangi sesuai dengan porsinya, karena setiap amanah pasti akan dimintai pertanggung jawabannya. Sehingga dengan demikian anak akan menjadi Qurrota a’yun penyejuk mata dan hati, pelipur lara, dan akan membawa suasana bahagia, tenteram dalam keluarga.

Untuk mencapai semua itu, maka sejak dini hendaknya sang anak sudah dikenalkan dengan islam, ajarkan kepadanya tentang agama Allah ini, bagimana Islam itu sebenarnya, kenalkan mereka kepada Tuhannya, yaitu Allah SWT. Dengan demikian, insya Allah anak akan menjadi generasi unggulan, generasi yang dipundaknya tergantung pengharapan tegaknya Agama dan bangsa ini, generasi yang berakhlak mulia, sebagimana kepribadian Nabi Ismail As.

Ingatlah wahai saudaraku, jika kita abaikan semua itu, jangan pernah menyesal ataupun menyalahkan anak jika suatu saat ia akan menjadi musuh bagi kita sendiri, menyusahkan kita sendiri dan menjadi bara api dalam keluarga kita.

الله اكبر الله اكبر الله اكبر ولله الحمد

Hadirin wal hadirot yang berbahagia

Kita semua tentu menginginkan rumah tangga kita menjadi rumah tangga yang aman, damai, tenteram, bahagia, keluarga yang sakinah, mawaddah warohmah, tetapi kadang kita lupa bahwa semua itu modalnya adalah iman dan taqwa kepada Allah SWT sebagimana yang dicontohkan oleh Nabi Ibrahim As ataupun baginda Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم . Tanpa iman dan taqwa, kebahagiaan itu hanya akan menjadi sebuah ucapan tanpa akan pernah kita dapati bahkan mungkin akan hancur berantakan.

Bagaimana tidak, jika di antara komponen keluarga tersebut tidak mau menjaga hal-hal yang dapat mendatngkan kebahagiaan dan tidak mau mengamalkan ajaran Rosulullah صلى الله عليه وسلم, baik itu istri, suami ataupun anak, mustahil akan merasakan kebahagiaan. Rumah tangga tidak akan pernah tenteram jika seorang istri suka membantah, susah diatur, dan kurang ajar kepada suami padahal suami adalah imam dalam keluarganya yang harus ditaati dan dihormati.

Seorang suami terkadang sering pula maunya menang sendiri, suka berbohong, suka main kekerasan, padahal wanita itu adalah lemah yang harus di sayangi dan dilindungi. Allah berfirman:

الر جا ل قواموان على النساء (النسا ء : 34)
Artinya : Laki-laki itu adalah pemimpin atau pelindung bagi wanita

الله اكبر الله اكبر الله اكبر ولله الحمد

Pelajaran selanjutnya dari kisah Nabi Ibrahim adalah bagaimana kesabarannya dan keikhlasannya berkorban.

Dalam sejarah dapat kita ketahui bahwa Nabi Ibrahim pernah menyebelih korban sebanyak seratus ekor onta dan dagingnya dibagi-bagikan kepada penduduk di sekitarnya, demi untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Sudah demikian hebatnya ibadah Nabi Ibrahim ini, namun Allah masih ingin mengujinya, sampai seberapa hebatkah Nabi Ibrahim ini dalam menghadapi ujian dari Allah. Ternyata ujian kali ini pun ia lulus dengan ujian yang begitu berat, yaitu menyembelih putra tercinta dan semata wayang pula.

Mari kita renungi, untuk kita yang diberikan oleh Allah kelebihan rezeki, adakah kita berkorban tahun ini. Pada awal khutbah tadi sudah saya bacakan hadits Nabi صلى الله عليه وسلم , yang dengan tegas mengenai orang yang mampu tapi tidak mau berkurban.

Dalam hadits lain Nabi bersabda :

“Barang siapa memiliki kelapangan riski, namun tidak menyembelih hewan kurban, maka janganlah ia mendekati tempat shalat kami.” HR. Imam Ahmad dan Ibnu Majah.

Dalam surah Al-Kautsar, Allah SWT juga sudah mengingatkan:

النا اعطينا ك الكوثر(1) فصل لربك والنحر
Artinya : "Sesungguhnya kami telah membirikan kepadamu nikmat yang banyak, maka dirikanlah sholat dan berkurbanlah".

Hadirin wal hadirot yang berbahagia.

Uraian terakhir dari hikmah hari raya kurban atau idul adha ini adalah bagimana kita menyikapi setiap ujian yang datang dari Allah SWT.

Setiap kita pasti pernah mengalami ujian dalam hidup ini. Hanya saja kadar dan bentuknya saja yang berbeda. Semakin tinggi tingkat keimanan seseorang, maka makin hebat pula ujian yang dihadapinya. Para Nabi adalah orang-orang yang paling hebat ujiannya, dan mereka bersabar dalam menghadapi ujian tersebut, sehingga Allah Swt menaikkan derajat mereka.

Mari kita simak firman Allah SWT dalam QS. Al-Ankabut : 2-3

اَحَسِبَ النَّاسُ اَنْ يُّتْرَكُوْٓا اَنْ يَّقُوْلُوْٓا اٰمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُوْنَ وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللّٰهُ الَّذِيْنَ صَدَقُوْا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكٰذِبِيْنَ
Artinya : "Apakah manusia itu mengira mereka itu dibiarkan saja mengatakan kami telah beriman sedang mereka tidak diuji lagi? dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang pendusta".

Hadirin wal hadirot yang berbahagia

Ada beberapa hal yang berkaitan dengan cobaan ataupun ujian Allah SWT.

Pertama, Allah SWT menjadikan cobaan sebagai sunnah-Nya untuk mengetahui siapa yang jujur dan siapa yang dusta, siapa yang mikmin dan siapa yang munafik. Andaikata semua ujian itu enak dan mudah, niscaya semua orang akan mengakui bahwa dirinya jujur dan benar. Akan tetapi Allah menampakkan siapa orang-orang yang betul-betul jujur dan siapa yang hanya sebatas ucapan,

Kedua, dengan adanya ujian ataupun cobaan, Allah SWT membersihkan barisan Islam. Akan terseleksi siapa yang suka mencela Islam, memusuhi orang-orang sholeh, alim ulama’ dan siapa yang benar-benar memperjuangkan Islam serta mencintai orang-orang sholeh dan Ulama’ yang memperjuangkan Islam.

Ketiga, dengan ujian itu Allah hendak membersihkan dosa-dosa dan kesalahan kita. Maka dari itu, mari kita senantiasa memohon kepada Allah agar termasuk orang-orang yang apabila berbuat dosa diberi kekuatan dan kesempatan untuk bertaubat dan diterima taubat kita, apabila diberi nikmat, kita mohon agar menjadi orang yang bersyukur, apabila diberi cobaan, kita menjadi orang yang bersabar.

Keempat, dengan adanya cobaan itu, akan semakin menyadarkan kita bahwa betapa kerdilnya diri ini, dan betapa Maha Besarnya Allah SWT, sehingga dalan hidup kita hanya bergantung dan pasrah kepada Allah semata.

Kelima, dengan adanya cobaan, hendaknya kita segera bangkit untuk memulai hidup yang baru dari bawah. Jika kita menderita karena menegakkan agama Allah, maka bersabarlah. Jika kita mendapatkan cobaan dalam rangka menafkahkan keluarga, maka bersabarlah sambil terus meningkatkan kemampuan yang kita miliki, apapun hasilnya, kita serahkan sepenuhnya kepada Allah semata.

Keenam, cobaan dan ujian itu membenarkan kalimat tauhid, karena kalimat tauhid tidak bisa muncul secara spontan dan kuat dari seseorang kecuali pada saat ia ditimpa cobaan.

Pada saat seperti itu, kalimat tauhid akan muncul secara jujur dari hatinya. Allah tidak akan marah walaupun nama Nya disebut hanya pada saat kita kaget ataupun pada saat genting yang tidak ada lagi yang bisa diharapkan pertolongannya.

Akhirnya, semoga Allah memberikan kekuatan kepada kita untuk selalu taat dalam menjalankan perintahnya, menjauhi larangannya, bersyukur jika mendapat nikmat dan bersabar jika mendapat musibah. Amin yarobbal ‘alamin. Demikian khutbah kali ini, semoga bermanfaat bagi kita semua, terima kasih atas segala perhatian dan mohon maaf atas segala kekurangan danjika ada kata-kata yang tidak pada tempatnya.

با رك الله لى ولكم فى القران العظيم, ونفعنى وايا كم بما فيه من الايا ة والذ كرالحكيم, اقول قولى هذا زاستغفروه انه هوالغفور الرحيم
Teks Khutbah Idul Adha yang lain

Posting Komentar untuk "khutbah Idul Adha : PENDIDIKAN AKHLAQ BAGI GENERASI MUDA"