Khutbah Idul Fitri 1443 H, Ciri-ciri Orang Yang Bertaqwa
CIRI-CIRI ORANG YANG BERTAQWA
Oleh
ABDUL KHOLIS BIN MUHAMMAD AMIN BIN ZAINUDDIN
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِى جَعَلَ لِلْمُسْلِمِيْنَ عِيْدَ اْلفِطْرِ بَعْدَ صِياَمِ رَمَضَانَ .أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُ الْمُبِيْنُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ خَاتَمُ النَّبِيِّيْنَ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ واَصَحْابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ،
أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ،.. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ: أَعُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ، بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ ..يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَّفْسٍ وَّاحِدَةٍ وَّخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيْرًا وَّنِسَاۤءً ۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ الَّذِيْ تَسَاۤءَلُوْنَ بِهٖ وَالْاَرْحَامَ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
Hadirin wal hadirot rohimakumullah
Marilah kita senantiasa bersyukur kepada Allah SWT, yang terus menerus memberikan nikmat dan karunia-Nya kepada kita walau hati kita sering lalai dari mengingat-Nya. Yang memberikan udara untuk bernafas, air untuk minum dan berbagai rezeki walau kita sering melalaikan perintah-Nya.
Hadirin wal hadirot rohimakumullah
Terbenamnya matahari sore kemarin, lalu disambut dengan gema takbir, tahmid, dan tahlil yang menggema di berbagai tempat menjadi pertanda bahwa bulan yang mulia, yang kehadirannya selalu dirindukan oleh orang-orang yang beriman, telah berlalu. Adakah jaminan bahwa kita akan berjumpa lagi dengannya, wallahu a’lam.
Hadirin wal hadirat Jamaah ‘iedul fitri rahimakumullaah
Kita telah melewati fase karantina selama sebulan lamanya. Selama masa karantina itu, kita dididik untuk berhati-hati bahkan dari yang halal sekalipun. Kita berusaha agar puasa tidak sia-sia, tanpa pahala dan hanya mendapat lapar dan dahaga.
Oleh karena itu, hendaknya nilai-nilai yang terkandung di dalam perintah puasa Ramadhan dapat terus kita pertahankan untuk hari-hari berikutnya. Kita isi sisa-sisa umur ini dengan ketaqwaan kepada Allah. Taqwa dalam pengertian, mengerjakan segala perintah Allah dan meninggalkan segala larangan-Nya.
Taqwa adalah tujuan utama dari perintah berpuasa di bulan romadhon. Sehingga, orang yang menjalani ibadah puasa dengan sebaik-baiknya, maka dialah yang berhak untuk mendapatkan prediket orang yang bertaqwa.
Lalu apa ciri-ciri orang yang bertaqwa itu? Sebenarnya ada beberapa ayat al-Qur’an yang menjelaskan ciri-ciri orang yang bertaqwa. Namun dalam kesempatan ini, kita bahas ciri-ciri orang yang bertaqwa sebagaimana yang disebutkan dalam surah Ali Imron: 133-135.
Bersegeralah menuju ampunan dari Tuhanmu dan surga (yang) luasnya (seperti) langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang selalu berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, orang-orang yang mengendalikan kemurkaannya, dan orang-orang yang memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan. Demikian (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri, mereka (segera) mengingat Allah lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya. Siapa (lagi) yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Allah? Mereka pun tidak meneruskan apa yang mereka kerjakan (perbuatan dosa itu) sedangkan mereka mengetahui(-nya).
Hadirin wal hadirat Jamaah ‘iedul fitri rahimakumullaah
Ciri-ciri yang pertama adalah : الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ
(orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit).
Bersedekah ataupun berinfaq di saat kita serba berkecukupan, itu biasa. Namun yang luar biasa adalah, orang yang hidupnya serba pas-pasan namun suka bersedekah dan berinfaq.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya sedekah mana yang paling afdhol. Beliau menjawab, جَهْدُ الْمُقِلِّ “Sedekah dari orang yang serba kekurangan.” (HR. An-Nasa’i)
Melalui puasa Ramadhan, kita diajarkan untuk menjadi orang yang gemar bersedekah. Dari Zaid bin Khalid Al-Juhani radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Siapa memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun juga.” (HR. Tirmidzi)
Di akhir romadhon, kita diwajibkan membayar zakat fitrah. Ini juga merupakan didikan agar kita memiliki sifat darmawan, sehingga kita dapat bersama-sama merayakan hari raya ini dalam kegembiraan.
Ketahuilah, kadar iman kita ditentukan sejauh mana kepedulian kita terhadap saudara-saudara kita, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Dari Anas bin Malik, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Salah seorang kamu belum beriman, hingga ia mengasihi saudaranya seperti ia mengasihi dirinya sendiri”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Hadirin wal hadirat Jamaah ‘iedul fitri rahimakumullaah
Bersedekahlah selagi masih bisa, karena salah satu penyesalan pada orang yang sudah meninggal adalah tidak mau bersedekah ketika di dunia. Hal ini Allah terangkan dalam firman-Nya surah al-Munafiqun: 10
Infakkanlah sebagian dari apa yang telah Kami anugerahkan kepadamu sebelum kematian datang kepada salah seorang di antaramu. Dia lalu berkata (sambil menyesal), “Ya Tuhanku, sekiranya Engkau berkenan menunda (kematian)-ku sedikit waktu lagi, aku akan dapat bersedekah dan aku akan termasuk orang-orang saleh.”
Ciri-ciri yang kedua: وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ (orang-orang yang menahan amarahnya).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Orang yang kuat bukanlah orang yang menang bergulat, akan tetapi orang yang kuat adalah orang yang mampu menguasai dirinya ketika ia marah”. (HR. Bukhari).
Marah adalah sifat manusiawi yang tidak mungkin dihilangkan sebagaimana rasa lapar dan kantuk. Namun orang yang bertaqwa kepada Allah, tidak akan mudah mengumbar amarahnya. Amarah yang tidak terbendung akan sangat merugikan diri kita sendiri dan hanya akan berakhir penyesalan. Sehingga pantaslah jika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan لَا تَغْضَبْ (jangan marah).
Keutamaan menahan marah disebutkan dalam hadits dari Mu’adz bin Anas, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Siapa yang dapat menahan marahnya padahal ia mampu untuk meluapkannya, maka Allah akan memanggilnya di hadapan para makhluk pada hari kiamat sehingga orang itu memilih bidadari cantik sesuka hatinya.” (HR. Abu Daud)
Persoalan-persoalan semisal perkelahian bahkan pemb*nuhan, perceraian dan lain sebagainya, latar belakangnya adalah rasa marah yang tidak terbendung, bercampur dengan nafsu dan bisikan iblis. Di sinilah ibadah puasa mendidik kita untuk menahan amarah, agar rasa yang awalnya manusiawi itu, tidak terkontaminasi oleh sifat iblisiyah.
Dari Abu Hurairah. ra, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Jika salah seorang dari kalian sedang berpuasa, maka janganlah berkata-kata kotor, dan jangan pula bertindak bodoh. Jika ada seseorang yang mencelanya atau mengganggunya, hendaklah mengucapkan: sesungguhnya aku sedang berpuasa.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ciri-ciri yang ketiga: وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ (mema'afkan (kesalahan) orang lain).
Hadirin wal hadirat Jamaah ‘iedul fitri rahimakumullaah
Ada orang yang mampu menahan amarah, tapi sulit untuk memaafkan kesalahan orang lain. Orang yang bertakwa memiliki kedua sifat ini, yakni mampu menahan amarah, sekaligus memaafkan kesalahan orang lain.
Selama sebulan ramadhan kita banyak meminta ampunan kepada Allah Swt, dengan berdo’a
“Wahai Tuhan, Engkau Maha Pengampun, menyukai orang yang minta ampunan, maka ampunilah aku.”
Maka di bulan Syawal ini, mari kita sempurnakan dengan meminta maaf kepada sesama manusia. Di waktu yang sama, kita juga membuka pintu maaf atas segala kesalahan orang lain. Ketahuilah bahwa dosa-dosa kita terhadap sesama manusia tidak akan Allah ampuni apabila kita tidak saling memaafkan.
Jika kita seorang suami, jangan malu dan segan untuk meminta maaf kepada istrinya, demikian juga sebaliknya, sebagai seorang istri jangan merasa gengsi untuk meminta maaf kepada suaminya.
Sebagai seorang anak, pada hari ini, yang masih memiliki orang tua, duduk bersimpuhlah di hadapan mereka, minta maaf yang setulus-tulusnya kepada ayah dan bunda, minta keridoan mereka agar hidup kita barokah, karena do’a mereka sangat mustajab dan termasuk salah satu do’a yang tidak akan ditolak oleh Allah Swt.
Memafkan adalah sifat yang mulia. Memang tidak mudah untuk menumbuhkan rasa pemaaf ini dalam diri kita. Hal ini dikarenakan kita terus memelihara rasa sakit hati yang berbuah rasa dendam.
Oleh karena itu, kiat agar dapat menumbuhkan rasa pemaaf ini adalah dengan menyadari bahwa tidak ada manusia yang luput dari salah. Sadarilah bahwa kita sendiri bukanlah manusia suci yang tidak pernah salah.
Sehingga pada akhirnya, dengan menahan amarah yang diiringi sikap saling memaafkan, maka kita dapat menjalin silaturrahim yang tulus. Menjalin silaturrahim berarti kita telah menjalin hubungan baik dengan Allah Swt, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam sebuah hadits Qudsi:
Allah berfirman, “Aku adalah Allah, Aku adalah Yang Maha Penyayang. Aku ciptakan rahim dan aku ambil dari nama-Ku. Siapa yang menyambungkan tali silaturahim, maka aku jalin hubungan dengannya dan orang yang memutuskan tali silaturahim, maka Aku putuskan hubungan dengannya”. (HR. Al-Hakim).
Hari ini, hari raya ‘idul fitri mari kita rajut kembali hubungan kekerabatan yang hampir retak, sambung kembali tali persaudaraan yang hampir putus agar kita benar-benar kembali kepada fitrah bagaikan bayi yang baru dilahirkan oleh ibunya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang merupakan nasihat beliau kepada Abu Hurairah Ra. Dan tentunya untuk kita semua, yang diriwayatkan oleh Imam al-Baihaqi sebagai berikut :
Wahai Abu Hurairah, Engkau harus berakhlaq mulia ! Abu Hurairah bertanya, apakah yang dimaksud dengan akhlaq mulia itu wahai Rasul ? Nabipun menjawab : Engkau hubungkan silaturrahim dengan orang yang memutuskannya dari padamu, engkau ma’afkan orang yang berbuat zalim kepadamu, dan engkau beri sesuatu orang yang mengharamkanmu (maksudnya berbuat jahat kepada mu).
Ciri-ciri yang keempat:
إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ
(Orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka).
Hadirin wal Hadirat yang berbahagia
Inilah ciri-ciri orang yang bertaqwa, yakni orang-orang yang apabila terlanjur berbuat salah dan dosa, maka ia segera sadar dan ingat kepada Allah, lalu segera bertaubat dan memohon ampunan kepada Allah serta berjanji untuk tidak mengulangi lagi kesalahan tersebut.
Jika semua itu mampu kita laksanakan dalam kehidupan ini, maka berarti ibadah puasa yang telah kita laksanakan berhasil mencapai tujuannya, yakni agar kita bertaqwa. Dan taqwa adalah sebaik-baik bekal bagi kita ketika nanti tiba masanya kita menghadap Allah SWT. Tiada cita-cita terbesar dari seorang muslim kecuali dapat menutup mata, mengakhiri hidupnya dalam keadaan mengucapkan kalimat لااله الاالله محمد رسول الله
Semoga khutbah ini ada manfaatnya. Sebagai penutup, saya ucapkan SELAMAT HARI RAYA ‘IDUL FITRI 1444 H, MINAL ‘AIDINA WAL FAIZIN, TAQOBBALALLAHU MINNA WAMINGKUM, MOHON MAAF LAHIR DAN BATHIN.
. قال الله عز و جل: يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢبِمَا تَعْمَلُوْنَ اللهم اغفر لنا ذنوبنا خطيانا كلها .. اللهم اغفر لنا ذنوبنا ولوالدينا وارحمهما كما ربيانا صغيرا..
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيْن وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ .وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ .
اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ.
. اللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ، وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ، وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَبَارِكْ لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُلُوبِنَا وَأَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا، وَتُبْ عَلَيْنَا، إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
رَبَّنَا افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَا بِاْلحَقِّ وَأَنْتَ خَيْرُ اْلفَاتِحِيْنَ
اللّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ إِيْمَانًا كَامِلاً وَيَقِيْنًا صَادِقًا وَقَلْبًا خَاشِعًا وَلِسَانًا ذَاكِرًا وَتَوْبَةً نَصُوْحًا
رَبَّنا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الاخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّار
عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ
Jika Anda Membutuhkan File dalam format PDF silahkan Unduh pada tombol Download
Posting Komentar untuk "Khutbah Idul Fitri 1443 H, Ciri-ciri Orang Yang Bertaqwa"
Saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan artikel di atas.